Apa Itu Black Box Testing? Yuk, Kenali Arti, Manfaat, dan Jenis-jenisnya

Diperbarui 14 Feb 2021 - Dibaca 6 mnt

Isi Artikel

    Jangan salah, black box testing bukan uji terhadap kotak hitam pesawat, melainkan adalah metode pengujian sebuah software. Nah, pengujian ini cukup unik. Mengapa?

    Jika penasaran dan ingin mengetahui lebih jauh tentang black box testing, yuk, simak penjelasan Glints berikut ini!

    Baca Juga: Mengenal Lebih Dalam Profesi Software Developer

    Definisi Black Box Testing

    black box testing

    © Pexels.com

    Black box testing juga dikenal sebagai behavioral testing.

    Metode ini merupakan pengujian terhadap fungsionalitas atau kegunaan sebuah aplikasi.

    Uniknya, seperti dilansir dari Guru 99, black box testing adalah pengujian yang dilakukan sepenuhnya dengan hanya menilai kebutuhan dan spesifikasi software. 

    Black box testing cukup meninjau input dan output sistem software tersebut tanpa pengetahuan tentang internal programnya.

    Pengujian black box disebut demikian karena menggambarkan perspektif penguji yang seperti hanya melihat kotak hitam.

    Nah, black box-nya sendiri bisa jadi software atau sistem apapun yang ingin diuji, misalnya, sistem operasi seperti Windows, situs seperti Google, database seperti Oracle, bahkan aplikasi buatanmu sendiri.

    Metode pengujian black box digunakan bagi sebagian besar aplikasi yang bisa kita temukan saat ini.

    Pengujian ini penting untuk menemukan bug atau gangguan pada aplikasi tersebut sebelum dirilis secara resmi.

    Tipe Black Box Testing

    tipe tes kotak hitam

    © Pexels.com

    Menurut Imperva, ada tiga tipe pengujian black box yang bisa kamu lakukan, yaitu:

    1. Functional testing

    Functional testing adalah proses pengujian terhadap fungsi atau fitur spesifik sebuah software.

    Contoh dari pengujian ini adalah untuk mengecek apakah pengguna software mampu melakukan login dengan lancar menggunakan password, email dan username-nya masing-masing.

    Pengujian ini dapat dilakukan untuk memastikan bahwa pengguna benar-benar tidak bisa masuk tanpa informasi tersebut untuk menjaga keamanan program.

    Biasanya, functional testing berfokus pada pengujian aspek-aspek paling penting dari sebuah software dan integrasi antara komponen-komponen utamanya.

    Akan tetapi, functional testing pun dapat dilakukan untuk menguji sistemnya secara keseluruhan.

    2. Non-functional testing

    Non-functional testing yang tak kalah penting ini adalah pengujian yang dilakukan pada aspek-aspek tambahan nonfungsional.

    Jika functional testing menguji apakah sebuah software dapat menjalankan sebuah perintah atau tugas, non-functional testing dilakukan untuk mengetahui bagaimana ia melakukannya.

    Non-functional testing juga melihat apakah software yang telah dirancang dapat dioperasikan dengan baik pada perangkat dan ukuran layar serta sistem operasi yang berbeda-beda.

    3. Regression Testing

    Black box testing tipe ini adalah pengujian yang dapat dilakukan untuk melihat apakah terjadi regresi atau kemunduran ketika versi software di-upgrade.

    Pada regression test, pengecekan dilakukan pada aspek baik fungsional maupun nonfungsional.

    Contoh aspek fungsional yang diuji pada kasus ini adalah fitur yang tidak lagi bekerja dengan baik pada versi terbaru.

    Sementara itu, aspek nonfungsional yang diuji contohnya adalah performa yang melambat di versi software yang baru.

    Baca Juga: Ingin Jadi Software Developer? Pelajari Daftar Pertanyaan Interview Ini!

    Kelebihan Black Box Testing

    pengujian kotak hitam software

    © Pexels.com

    Untuk melakukan black box testing, kamu tidak membutuhkan orang yang memiliki latar belakang teknis.

    Yang penting, penguji dapat memahami pengguna dan melihat dari sudut pandang yang tepat saat melakukan pengujian software.

    Selain itu, black box testing juga cepat dalam mengidentifikasi kekurangan dari awal pengujian. Hal ini dapat dilakukan lebih efektif untuk pengujian yang kompleks sekalipun.

    Tidak hanya itu, black box testing adalah cara yang memungkinkan penguji dan pengembang bekerja secara independen tanpa mengganggu proses kerja satu sama lain.

    Pasalnya, pengujian dapat dilakukan ketika pengembangan selesai.

    Kekurangan Black Box Testing

    black box testing

    © Pexels.com

    Karena penguji tidak memiliki pengetahuan teknis, mungkin ada aspek-aspek dengan potensi kesalahan yang tidak diketahui atau dilewatkan begitu saja.

    Tak hanya itu, jika harus bekerja di waktu yang singkat dan harus mengejar deadline, kemungkinan terjadi pengujian yang kurang teliti akibat dilewatkannya beberapa uji input dan output.

    Baca Juga: Ini Perbedaan Utama Software Engineer dan Software Developer

    Itulah yang perlu kamu ketahui tentang black box testing dalam pembuatan sebuah software. Cukup menarik, ya?

    Glints masih punya lebih banyak artikel tentang teknologi untukmu yang menyukai bidang ini, lho.

    Jika kamu berlangganan newsletter blog Glints, artikel-artikel ini akan secara otomatis dikirimkan ke inbox email-mu supaya tidak ketinggalan artikel yang terbaru.

    Yuk, segera sign up dan berlangganan.

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 5 / 5. Jumlah vote: 3

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Comments are closed.

    Artikel Terkait