Apa Bedanya Alpha, Beta dan Gamma Testing? Jangan Sampai Salah!
Isi Artikel
Ada banyak bentuk pengujian yang dilakukan sebelum sebuah produk atau aplikasi diluncurkan. Namun tahukah kamu perbedaan dari tahap alpha, beta, dan gamma testing?
Ketiga tahap ini adalah tahapan pengujian yang umum dilakukan sebelum produk diluncurkan ke pasar.
Yuk, pahami perbedaan dari ketiga tahapan pengujian ini.
Alpha vs Beta vs Gamma Testing
Alpha testing
Ketika sebuah produk dikembangkan, alpha testing dilakukan sebagai tahap pengujian awal. Pengujian ini dilakukan ketika produk berada dalam tahap akhir pengembangan.
Pengujian ini adalah pengujian end-to-end pertama untuk memastikan produk memenuhi persyaratan bisnis dan berfungsi dengan benar.
Menurut India Times, pengujian ini dilakukan secara internal. Alpha testing biasanya dilakukan oleh tim developer dengan mencoba meniru 80% perilaku konsumen.
Pengujian ini dilakukan untuk memastikan produk benar-benar berfungsi dan melakukan semua yang seharusnya dilakukannya.
Ada tiga fase dalam alpha testing.
- Pre-alpha testing, yaitu fase untuk memastikan sistem aplikasi dapat diteruskan ke fase pengujian berikutnya.
- Alpha testing, yakni ketika aplikasi diuji secara keseluruhan. Tim developer menguji semua fitur sistem dan mengidentifikasi masalah-masalah yang muncul akibat pemakaian.
- Post-alpha testing yang dilakukan secara paralel. Pada fase ini, tim developer akan memperbaiki masalah-masalah yang muncul selama pengujian.
Alpha testing dilakukan untuk mengidentifikasi masalah yang tidak terdeteksi selama proses pengembangan. Selain itu, pengujian ini juga dilakukan untuk memahami usability dan reliablity produk.
Beta testing
Setelah alpha testing selesai dilakukan, proses pengujian yang selanjutnya dilakukan adalah beta testing.
Dilansir dari Product Plan, beta testing adalah peluang bagi konsumen untuk menggunakan produk di lingkungan produksi.
Tujuan dari pengujian adalah mengungkap bug atau masalah apa pun sehingga dapat diatasi sebelum produk dirilis.
Berbeda dengan alpha testing, pengujian pada tahap ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah yang tidak muncul dalam kondisi yang terkontrol. Untuk itulah konsumen dilibatkan sebagai beta tester.
Ada lima jenis beta testing yang biasa dilakukan untuk menguji produk.
- Closeted beta testing, yakni pengujian yang melibatkan sejumlah pengguna terpilih. Biasanya pengujian ini dibatasi dengan beberapa kriteria tertentu.
- Open beta testing yang dilakukan secara terbuka tanpa batasan kriteria tertentu. Pengujian jenis ini biasanya dilakukan sebagai follow up dari closeted beta testing.
- Technical beta testing, dilakukan untuk menemukan bug yang kompleks dan memberikan laporan kepada tim teknisi.
- Focused beta testing, yakni pengujian yang dilakukan untuk mendapatkan feedback seputar fitur produk tertentu. Pengujian ini dilakukan dengan merilis produk ke publik.
- Marketing beta testing, yaitu pengujian yang dilakukan untuk mendapatkan perhatian publik. Tujuan pengujian ini adalah untuk menganalisis platform marketing yang digunakan.
Beta testing tidak hanya dilakukan sebelum produk diluncukan. Pengujian ini juga dapat dilakukan ketika produk akan meluncurkan fungsi baru atau upgrade.
Gamma testing
Tahap pengujian yang terakhir dilakukan sebelum produk diluncurkan adalah gamma testing. Pengujian ini dilakukan untuk memastikan bahwa produk benar-benar siap untuk diluncurkan ke pasar.
Fokus dari pengujian ini adalah keamanan dan fungsionalitas produk. Oleh karena itu, setelah pengujian ini dilakukan, tidak ada perubahan lain kecuali perubahan krusial yang mempengaruhi fungsi dan keamanan produk.
Perbedaan Alpha, Beta, dan Gamma Testing
1. Tujuan pengujian
Alpha testing dilakukan untuk memvalidasi produk dalam semua perspektif. Pengujian ini memastikan kesiapan produk untuk beta testing.
Sementara itu, beta testing dilakukan untuk mendapatkan feedback dari pengguna. Selain itu, beta testing juga dilakukan untuk memastikan produk siap dirilis.
Adapun gamma testing dilakukan untuk memeriksa kesiapan produk berdasarkan persyaratan yang ditentukan.
2. Waktu pengujian
Alpha testing dilakukan di akhir proses pengembangan produk. Setelah itu, proses beta testing dilakukan. Kemudian, gamma testing dilakukan sebagai proses pengujian terakhir.
3. Pihak yang terlibat
Pada alpha testing, hanya tim developer yang terlibat pada pengujian. Sebaliknya, beta dan gamma testing masing-masing melibatkan pengguna sebagai tester.
4. Insight yang didapat dari pengujian
Ketika alpha testing dilakukan, tim developer akan mendapatkan insight seputar bug atau masalah yang tidak terdeteksi ketika proses pengembangan berlangsung.
Saat beta testing dijalankan, beta tester akan memberikan feedback seputar fungsi, usability, dan berbagai masalah lainnya yang hanya dialami oleh pengguna.
Pada gamma testing, tim developer berfokus pada keamanan dan fungsionalitas serta fitur-fitur produk yang dapat ditingkatkan.
Jangan sampai salah, atau menyamakan alpha, beta, dan gamma testing lagi, ya. Ketiganya merupakan tahapan yang berbeda untuk tim developer sebelum merilis produk atau aplikasi.
Kamu juga bisa mendapatkan berbagai informasi bermanfaat lainnya melalui newsletter Glints, lho. Glints akan mengirimkan artikel-artikel pilihan langsung ke inbox email kamu setiap minggunya.
Tertarik? Yuk, buruan daftar sekarang!