Apa Itu Adhocracy Culture, Kultur Perusahaan yang Diterapkan Facebook

Diperbarui 15 Feb 2023 - Dibaca 10 mnt

Isi Artikel

    Budaya kerja bisa jadi salah satu faktor yang membuat kamu bertahan di perusahaan. Nah, adhocracy culture adalah salah satu budaya kerja yang mungkin dicari para pemilik kreativitas tinggi.

    Dinamika yang tinggi dan keterlibatan setiap anggota tim menjadi hal utama yang dituntut pada budaya kerja ini. 

    Yuk, kenali lebih lanjut mengenai adhocracy culture berikut ini.

    Apa Itu Adhocracy Culture?

    ciri-ciri pemimpin yang baik

    © Freepik.com

    Merangkum dari McKinsey, adhocracy culture adalah budaya kerja yang mengutamakan fleksibilitas, improvement, dan eksperimen.

    Istilah ini pertama kali dipakai oleh Alvin Toffler pada sekitar 1970.

    Sederhananya, Investopedia menyebut adhocracy culture merupakan kebalikan dari hierarchical culture yang rumit dengan birokrasi.

    Hal yang paling membedakan budaya kerja ini dibandingkan yang lainnya adalah dalam pengambilan keputusan. 

    Pada perusahaan yang mengadopsi adhocracy culture, pengambilan keputusan sering kali berangkat dari intuisi dan tindakan yang cepat, dibandingkan teori.

    Misalnya saja, saat diharuskan mengambil keputusan sulit, perusahaan yang menganut hierarchical culture mungkin akan secara otomatis meneruskannya kepada atasan.

    Nah, di perusahaan dengan adhocracy culture, anggota tim bisa langsung mengambil bertindak mengambil keputusan berdasarkan intuisi.

    Eksperimen sangat terasa kental pada budaya kerja ini. Namun, tentu saja tetap dengan pertimbangan yang terukur, ya.

    Budaya perusahaan semacam ini mungkin akan lebih banyak ditemui pada perusahaan start-up dan berbasis digital.

    Facebook adalah salah satu perusahaan yang mengadopsi adhocracy culture ini.

    Baca Juga: 5 Etos Kerja Jepang Yang Bisa Kamu Terapkan

    Ciri Adhocracy Culture dalam Perusahaan

    Breathe HR menuliskan beberapa karakteristik dari perusahaan yang mengadopsi adhocracy culture.

    1. Pola pikir adaptif

    sales tools adalah

    © Freepik.com

    Dalam pengambilan keputusan, perusahaan dengan kultur adhocracy akan melihat yang sedang terjadi dan berusaha untuk mencari jalan lain.

    Terlebih jika kemungkinan kedua jalan tersebut sama-sama memiliki risiko.

    Mereka yang senang berpikir out of the box dan kemudian mewujudkannya cenderung menyukai budaya kerja adhocracy

    Ritme kerjanya pun jadi lebih cepat. Ketika menemui suatu masalah, dengan cepat para anggota tim harus menemukan solusi yang baru.

    Tentu, ini juga punya kekurangannya. Ritmenya yang cepat membuat kamu hanya punya sedikit waktu untuk menguji apakah teori atau keputusan yang kamu ambil sudah sesuai.

    Itu sebabnya, kamu perlu kepercayaan diri dengan segala data pendukung sebelum akhirnya ketuk palu untuk menjalankannya. 

    2. Situasi kerja yang fleksibel

    kerja dengan waktu fleksibel agar tidak malas saat puasa

    © Freepik.com

    Bisa dibilang, adhocracy culture adalah budaya kerja yang sangat cocok bagi milenial.

    Kebanyakan kaum milenial berpegang pada prinsip bahwa bekerja dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja.

    Kita tak perlu lagi terikat pada jam kantor yang kaku ataupun kubikel kantor yang itu-itu saja.

    Sebelum WFH populer, kantor yang menganut budaya adhocracy sudah menetapkannya lebih dulu. Itu sebabnya budaya kerja start-up dinilai cocok bagi pasar milenial.

    Tantangannya, diperlukan komitmen dari setiap orang untuk tetap disiplin pada masing-masing pekerjaan.

    Mengingat, atasan kamu tidak mungkin memperhatikan kamu secara terus-menerus, seperti ketika kamu di kantor, bukan?

    Baca Juga: Serupa Tapi Tak Sama, Ini Dia Perbedaan WFH dan Remote Working

    3. Mengikuti tren terbaru

    cara menghadapi teman kantor penjilat

    © Freepik.com

    Mengikuti perkembangan terbaru bisa membuat kamu dan perusahaan bermain di posisi puncak. Artinya, kamu dan perusahaan tidak akan tertinggal dari keramaian yang ada.

    Jadi perusahaan akan selalu up-to-date mengikuti perkembangan zaman. Keuntungannya, untuk tetap menjadi pertama dalam industri.

    Ini tentu jadi angin segar buat para pelaku industri kreatif. Mereka akan dituntut untuk update, demi mengetahui baru produk apa yang bisa dihasilkan.

    Hal ini bahkan bisa menghasilkan hal yang ternyata kamu butuhkan. Kuncinya di eksperimen dan berpikir out of the box.

    4. Dinamis

    © Freepik.com

    Salah satu ciri utama yang tak bisa lepas dari adhocracy culture adalah dinamis. Budaya kerja adhocracy menuntut inovasi terus-menerus.

    Kamu dan manajer kamu mungkin akan sering mengevaluasi hasil pekerjaanmu, melihat celahnya, dan berusaha memperbaikinya untuk mendapatkan hasil yang lebih baik lagi.

    Cara ini mampu menumbuhkan rasa kepemilikan di setiap anggota tim. Manfaatnya, kamu mungkin merasa lebih didengar.

    Dengan kata lain, employee engagement di sini dapat terbangun dengan baik.

    Namun, kekurangann,ya jika tim atau perusahaan berisi para expert yang gemar bekerja secara individu, kepentingan perusahaan kadang sering jadi abu-abu dengan kepentingan personalnya.

    Nah, inilah yang mungkin menjadi konflik. Di sini, peran manager tentu sangat besar untuk menyatukan pandangan demi tujuan perusahaan.

    Baca Juga: Wajib Tahu, Ini 5 Tanda Kantor yang Punya Budaya Kerja Toxic

    Plus dan Minus Adhocracy Culture

    budaya kerja

    © Freepik.com

    Sama seperti budaya kerja lain, budaya adhocracy juga punya plus minusnya.

    Masih mengutip Investopedia, inilah keuntungan adhocracy culture:

    • sangat efektif untuk masalah problem solving dan inovasi
    • kamu bisa berkembang dalam lingkungan dan skill yang beragam
    • inovasi dan teknologi bisa menghemat waktu dan sumber daya

    Akan tetapi, karena cirinya yang cepat, dinamis, dan fleksibel, beberapa kekurangan adhocracy culture adalah:

    • keputusan yang muncul mungkin saja belum matang
    • ritme kerja yang begitu cepat tidak cocok dengan semua orang
    • mudahnya burnout dan stres

    Lingkungan kerja tentu jadi salah satu pertimbangan kamu dalam memilih dunia kerja. Sayangnya, kamu tidak akan benar-benar tahu sampai kamu terjun di dalamnya.

    Itulah yang harus kamu tahu tentang adhocracy culture dalam perusahaan. Jadi menurutmu perusahaanmu sudah menerapkan budaya ini belum?

    Yuk, pelajari dan cari tahu lebih banyak tentang budaya perusahaan. Glints sudah siapkan kumpulan artikel terkait hanya untuk kamu.

    Cek selengkapnya di sini!

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 4 / 5. Jumlah vote: 5

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Artikel Terkait