Wajib Dihindari Para Marketer, Kenali Vanity Metrics dan Cara Mengidentifikasinya

Diperbarui 23 Nov 2022 - Dibaca 10 mnt

Isi Artikel

    Jika ingin terjun ke dalam dunia digital marketing, vanity metrics adalah sebuah istilah yang wajib kamu pahami.

    Alat tolok ukur satu ini akan sering kamu temukan saat mengukur kualitas kampanye pemasaran, baik itu di media sosial atau platform lainnya.

    Namun, vanity metrics sering dianggap para profesional sebagai suatu hal yang berbahaya. 

    Ia bisa membuatmu membentuk strategi pemasaran yang sia-sia untuk masa mendatang.

    Nah, maka dari itu, kali ini Glints akan paparkan serba-serbinya, mulai dari definisi hingga cara mengidentifikasi. Simak rangkuman lengkapnya di bawah ini.

    Baca Juga: Unsubscribe Rate: Perannya dalam Strategi Email Marketing dan cara Mengurangi

    Apa Itu Vanity Metrics?

    vanity metrics adalah

    © Freepik.com

    Melansir laman Tableau, vanity metrics adalah sebuah parameter yang bisa membuat strategi pemasaranmu terlihat memuaskan.

    Meskipun demikian, hasil dari metrik tidak bisa membantumu dalam memahami kinerja strategi tersebut.

    Dalam kata lain, ia menawarkan laporan yang positif, tetapi, tidak memberikan konteks untuk keputusan pemasaran di masa mendatang.

    Vanity metrics sendiri hadir dalam berbagai bentuk, seperti jumlah followers di media sosial, page views, dan hasil analitik mencolok lainnya.

    Metrik-metrik ini memang menarik untuk ditunjukkan. Akan tetapi, ia sering kali tidak dapat ditindaklanjuti dan bahkan tidak memiliki keterkaitan dengan apa pun yang dapat kamu kelola.

    Vanity metrics sering dikontraskan dengan actionable metrics, yaitu data yang bisa membantumu dalam membuat keputusan dan membantu bisnis mencapai targetnya.

    Penting untuk disebutkan bahwa setiap alat tolak ukur dapat menjadi vanity metrics.

    Mereka dapat ditemukan sebagai metrik kosong yang terlihat bagus di permukaan , tetapi, sama sekali tidak memiliki substansi. 

    Misalnya, memiliki 10.000 total akun yang terdaftar bisa tampak mengesankan.

    Namun, angka itu tak berarti jika hanya ada 100 pengguna aktif setiap bulannya.

    Contoh-Contoh Vanity Metrics

    vanity metrics adalah

    © Freepik.com

    Berdasarkan penjelasan di atas, jelas bahwa vanity metrics adalah sebuah hal yang wajib dihindari para marketer.

    Meskipun demikian, banyak pegiat marketing masih belum terbiasa dalam menemukan metrik yang perlu mereka waspadai.

    Nah, agar upaya pemasaranmu bisa maksimal, berikut adalah beberapa contoh vanity metrics yang pada dasarnya selalu dijauhkan oleh marketer profesional.

    1. Jumlah penggemar di Facebook Fanpage

    Menurut Hubspot, salah satu bentuk vanity metrics yang masih sering digunakan marketer adalah jumlah penggemar di Facebook Fanpage.

    Mengapa demikian? Sebab, angka engagement di Facebook sendiri turun hingga 20% per tahun lalu.

    Lalu, terlepas dari berapa banyak orang yang mengklik like di Fanpage, sebagian besar dari mereka tidak pernah kembali untuk melihat konten di laman tersebut.

    Baca Juga: Jadi Penentu Nilai Utama Produk Perusahaan, Apa Itu North Star Metrics?

    2. Followers di Twitter

    Bentuk vanity metrics lainnya yang perlu kamu hindari adalah jumlah followers di Twitter.

    Pada dasarnya, kebanyakan pengguna Twitter hanya follow akun untuk alasan yang tidak berkaitan dengan minat mereka. 

    Banyak pengguna yang memencet tombol follow hanya karena mereka ingin diikuti balik sebagai timbal balik.

    Jika mereka tidak di-follow kembali, sering kali mereka akan hilang dalam beberapa hari kemudian.

    3. Pageviews pada blog

    Menurut Content Marketing Institute, pageviews pada blog adalah salah satu vanity metrics yang patut kamu hindari.

    Alat tolok ukur ini bisa memberikan kesan bahwa kamu telah menciptakan konten yang digemari audiens.

    Namun, nyatanya pageviews tidak bisa menunjukkan alasan audiens membaca konten tersebut.

    Kamu bahkan tak bisa melihat berapa lama waktu yang dihabiskan audiens pada halaman konten.

    4. Jumlah subscriber newsletter 

    Bentuk vanity metrics terakhir yang masih sering dimanfaatkan marketer adalah jumlah subscriber newsletter.

    Melacak jumlah audiens yang berhasil dikonversi menjadi pelanggan tetap memang mudah untuk dilacak.

    Akan tetapi, metrik satu ini tak dapat digunakan untuk melihat kualitas konten yang kamu sebarkan.

    Dalam kata lain, subscriber tak memberikan gambaran terkait apakah audiens benar-benar menggemari kontenmu atau tidak.

    Cara Mengidentifikasi Vanity Metrics

    vanity metrics adalah

    © Freepik.com

    Sejatinya, vanity metrics adalah sebuah parameter yang cukup sulit untuk diidentifikasi.

    Pasalnya, hampir semua alat tolak ukur dapat menjadi vanity metrics bila tidak bisa memberikan gambaran yang jelas terkait kualitas strategi pemasaran.

    Namun, melansir G2, satu-satunya cara untuk mengidentifikasi vanity metrics adalah dengan melihat apakah metrik dapat menggambarkan kualitas pemasaranmu atau tidak.

    Kamu bisa melihat hal ini dari cara metrik memberikan alasan terkait pencapaian yang telah kamu raih.

    Jika metrik yang dipertimbangkan tidak bisa membantu dalam proses perencanaan strategi marketing, lebih baik bagimu untuk menghindarinya.

    Baca Juga: Memahami Apa Itu Bounce Rate dan Cara Menurunkannya

    Itulah pemaparan singkat Glints mengenai vanity metrics serta tips untuk mengidentifikasinya.

    Intinya, vanity metrics adalah sebuah aspek yang perlu kamu hindari saat mengevaluasi kinerja strategi pemasaran.

    Meskipun sulit untuk ditemukan, kamu bisa menemukannya dengan mencatat tips yang sudah Glints paparkan di atas.

    Nah, selain vanity metrics, ada banyak alat tolak ukur lainnya yang perlu kamu kuasai sebelum terjun ke dunia pemasaran.

    Penasaran apa saja? Tenang, kamu bisa pelajari selengkapnya di Glints ExpertClass.

    Di sana, para pakar dan praktisi ternama siap membagikan ilmu mereka untukmu di kelas kategori marketing.

    Menarik bukan? Yuk, cek kelasnya dan daftar sekarang juga. Jangan sampai ketinggalan!

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 5 / 5. Jumlah vote: 1

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Artikel Terkait