Unsubscribe Rate: Perannya dalam Strategi Email Marketing dan Cara Mengurangi

Tayang 21 Mar 2021 - Dibaca 9 mnt

Isi Artikel

    Unsubscribe rate adalah salah satu aspek yang menjadi tolak ukur untuk mengetahui kesalahan dalam email marketing.

    Meski punya peran penting, nyatanya, belum semua marketer mengetahui manfaat dari unsubscribe rate.

    Oleh karena itu, Glints telah merangkum serba-serbi rasio tersebut dalam artikel kali ini.

    Baca Juga: Memahami Bounce Email, Kesalahan yang Harus Diperbaiki dalam Email Marketing

    Apa Itu Unsubscribe Rate

    unsubscribe rate adalah

    © Pexels.com

    Menyadur Sendpulse, unsubscribe rate adalah sarana tolak ukur untuk menunjukkan persentase pengguna yang telah memilih keluar dari daftar penerima email.

    Jumlah user yang memilih untuk berhenti berlangganan akan memengaruhi total pengiriman email.

    Maka dari itu, semakin besar jumlah pengguna yang berhenti berlangganan maka semakin besar konsekuensi negatif yang akan datang dari penyedia layanan seperti Gmail, Yahoo, dan Outlook.

    Persentase unsubscribe rate dihitung dengan cara membagi jumlah user yang berhenti berlangganan dengan jumlah email yang dikirim, lalu dikalikan seratus:

    • (Jumlah user / email yang dikirim x 100 = unsubscribe rate%)

    Peran Unsubscribe Rate dalam Email Marketing

    unsubscribe rate adalah

    © Pexels.com

    Seperti yang sudah Glints jelaskan, unsubscribe rate adalah sebuah alat tolak ukur yang berperan penting untuk strategi email marketing.

    Melansir Campaign Monitor, marketer dapat memantau jumlah user yang berhenti berlangganan untuk mengukur keberhasilan strategi pemasaran email bersama dengan metrik lain seperti open rate dan click-through rate.

    Berdasarkan penjelasan tersebut, unsubscribe rate tidak dapat dijadikan satu-satunya referensi sebagai bahan evaluasi terhadap strategi email marketing.

    Jumlah unsubscribe rate hanya dapat dijadikan tolak ukur setelah adanya analisis terhadap metrik yang lain.

    Sebenarnya, user yang memilih untuk berhenti berlangganan dapat disebut sebagai “pembersihan” pada daftar penerima email yang telah dirancang.

    Dalam arti, kemungkinan jumlah email tak terbaca secara langsung berkurang.

    Kendati demikian, semakin banyak pengguna yang berhenti berlangganan, maka reputasi pengirim biasanya akan berkurang.

    Unsubscribe rate yang tinggi menunjukkan bahwa beberapa elemen dari strategi yang digunakan memiliki kelemahan.

    Maka, jika tim marketing melihat total rasio unsubscribe yang membengkak, evaluasi terhadap strategi kampanye pemasaran harus segera mereka laksanakan.

    Biasanya, penyebab melambungnya unsubscribe rate diakibatkan oleh:

    • volume pengiriman email yang terlalu tinggi
    • konten yang dikirim tidak relevan dengan kebutuhan pengguna
    • template email terlihat tidak profesional dan ketinggalan zaman
    Baca Juga: Mengenal Open Rate, Indikator Keberhasilan dalam Strategi Email Marketing

    Bentuk Unsubscribe Rate yang Baik

    Sejatinya, unsubscribe rate bukanlah suatu aspek yang sifatnya merugikan. 

    Menurut Oberlo, tingkat unsubscribe rate yang rendah adalah bukti bahwa strategi yang digunakan berhasil.

    Namun, seperti apa sih unsubscribe rate yang baik? Total rata-rata rasio unsubscribe yang bagus akan sangat bergantung pada standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

    Akan tetapi angka di bawah 0,5% sudah bisa dianggap baik. Sementara itu, angka 0,5-1% dianggap masuk akal, namun masih ada beberapa faktor yang dapat ditingkatkan.

    Pelajari lebih jauh tentang rasio unsubscribe rate di webinar digital marketing Glints ExpertClass.

    Dalam kelas-kelas tersebut, akan ada pakar di bidang marketing dari berbagai perusahaan ternama siap berbagi ilmunya kepadamu.

    Tertarik? Klik banner di bawah ini untuk mendaftar, sekarang juga!

    GEC marketing class

    © Glints

    Cara Mengurangi Angka Unsubscribe Rate

    Nah, setelah mengetahui bahwa jumlah unsubscribe rate yang kecil adalah pertanda baik untuk strategi pemasaran email, bagaimana, sih, cara mengurangi jumlah rasionya?

    Berikut adalah pemaparannya.

    1. Ciptakan kategori untuk subscribers

    Langkah pertama untuk mengurangi jumlah unsubscribe rate adalah untuk membuat kategori email untuk masing-masing subscriber.

    Menurut Optinmonster, kunci pemasaran email yang efektif adalah untuk menyampaikan pesan sesuai dengan kebutuhan masing-masing pengguna.

    Marketer dapat membuat daftar kategori menggunakan jenis data seperti demografi, lokasi, atau segmentasi perilaku pengguna yang bisa dilihat dari sejarah aktivitas penelusuran dan pembelian.

    2. Buat konten yang lebih relevan

    Selain itu, konten dalam email harus relevan dengan keperluan para user.

    Meskipun marketer telah menciptakan kategori subscriber, umumnya pengguna masih memiliki beberapa kebutuhan dan minat yang sama.

    Caranya mudah, marketer perlu memeriksa tren melalui media sosial dan perbincangan yang terjadi di komunitas pengguna.

    Bila ingin metode yang lebih akurat, marketer bisa menyebarkan kuesioner kepada user untuk mengetahui jenis konten yang mereka ingin baca.

    3. Kurangi jumlah pengiriman email

    Marketer perlu hati-hati dan mempertimbangkan kembali strategi serta jumlah email yang harus dikirim tiap minggunya.

    Bila mereka mengirim terlalu banyak email, angka unsubscribe rate bisa meningkat dengan drastis.

    Lebih parah lagi, email dari perusahaan akan masuk sebagai spam, dan angka email tak terbaca akan melambung.

    Baca Juga: 5 Email Marketing Tools dan Fitur Uniknya

    Itulah serba-serbi unsubscribe rate yang bisa Glints jelaskan untukmu.

    Ringkasnya, unsubscribe rate adalah alat tolak ukur yang dapat memperlihatkan kesalahan pada sebuah strategi email marketing.

    Namun, rasio ini tidak hanya menunjukkan dampak negatif, kok. Bila rasio user yang berhenti berlangganan kecil, maka strategi yang sudah diterapkan bisa dianggap efektif.

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 0 / 5. Jumlah vote: 0

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Comments are closed.

    Artikel Terkait