Memahami Value Added, Penambahan Nilai yang Membuat Produk Lebih Berharga

Diperbarui 10 Des 2020 - Dibaca 7 mnt

Isi Artikel

    Salah satu hal yang paling penting dalam bisnis adalah memberikan nilai tambah pada produk yang ditawarkan pada konsumennya. Dalam perspektif ekonomi, sebutan untuk hal ini adalah value added.

    Namun, tidak hanya secara ekonomi, value added juga dikenal dalam dunia marketing dengan definisi yang sering berbeda.

    Tentunya, ekonomi dan marketing adalah dua hal yang perlu dipertimbangkan dalam bisnis.

    Nah, untuk itu, pengetahuan tentang hal ini perlu kamu kuasai.

    Yuk, simak artikel Glints berikut ini agar bisa memahami konsep value added dengan lebih baik!

    Baca Juga: 9 Tools untuk Menunjang Kerja Harian Product Manager

    Apa Itu Value Added?

    value added adalah

    © Freepik.com

    Secara umum, value added adalah istilah yang diberikan untuk mendeskripsikan nilai ekonomi yang ditambahkan pada sebuah produk atau jasa yang ditawarkan pada konsumen.

    Menurut Investopedia, menambahkan nilai atau harga ini penting untuk mendapatkan keuntungan dari biaya yang harus dibayarkan untuk memproses produk tersebut.

    Akan tetapi, nilai tambah ini tidak selalu dalam bentuk harga.

    Kadang, nama brand pun bisa menjadi sebuah hal yang bernilai di mata konsumen tertentu.

    Biasanya ini berlaku bagi barang bermerek yang sudah terkenal.

    Selain itu, nilai tambah juga bisa didefinisikan untuk fitur atau hal baru pada suatu produk yang belum pernah terpikirkan oleh kompetitor atau orang lain sebelumnya.

    Menurut Corporate Finance Institute, contohnya adalah menambahkan aksesoris pada produk sebuah produk dasar, misalnya komputer, sehingga fungsinya bisa bertambah.

    Value Added dalam Ekonomi

    value added adalah

    © Freepik.com

    Sebuah industri swasta maupun BUMN memiliki kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) lewat value added atau nilai tambah suatu industri.

    Jika produksi dilakukan dalam suatu negara, nilai tambah dari produknya perlu dihitung dalam PDB.

    Nah, value added atau nilai tambah total dari harga pasar sebuah produk atau jasa adalah dasar perhitungan pajak pertambahan nilai (PPN).

    Dalam akuntansi, value added cost atau biaya nilai tambah juga merupakan hal yang perlu diperhitungkan.

    Biaya ini dikeluarkan sebuah perusahaan untuk memberikan nilai tambah pada para konsumennya.

    Akuntan perusahaan harus bisa menghitung biaya seminimal mungkin namun tetap bisa menghasilkan keuntungan sebanyak-banyaknya.

    Baca Juga: 8 Skill yang Harus Dimiliki Product Manager untuk Karier Lebih Mantap

    Value Added dalam Marketing

    value added adalah

    © Freepik.com

    Seperti yang sudah sedikit dijelaskan sebelumnya, penambahan logo produk atau brand yang sudah dipercaya para pelanggannya adalah salah satu bentuk value added atau penambahan nilai.

    Dengan melakukan hal sederhana ini, sebuah produk bisa dijual dengan harga yang lebih mahal dari para kompetitornya.

    Contohnya, produk-produk Apple, Nike, BMW, dan masih banyak lagi.

    Pasalnya, dengan penambahan logo merek terkenal seperti itu membuat kesan produk lebih berkualitas dan bergengsi.

    Selain itu, dalam dunia marketing, ada beberapa value added yang semakin populer belakangan ini, yaitu:

    1. Gratis ongkos kirim

    Gratis ongkos kirim yang biasanya ditawarkan platform-platform e-commerce adalah salah satu contoh value added.

    Tidak hanya menarik, hal ini bisa membuat konsumen lebih memilih suatu e-commerce dibanding yang lainnya karena nilai tambah ini.

    Bahkan, saat ini gratis ongkos kirim adalah salah satu pertimbangan utama konsumen ketika memilih tempat berbelanja online.

    2. Kemasan

    Pengemasan dan presentasi sebuah produk fisik bisa jadi nilai tambah yang sangat memengaruhi minat beli seseorang.

    Konsumen cenderung membandingkan kemasan suatu produk dengan kompetitor yang menawarkan hal sejenis.

    Tentunya, mereka akan membeli yang memiliki kemasan lebih menarik.

    Kemasan yang bagus memberikan kesan kualitas tinggi sehingga mendorong minat konsumen untuk membeli produkmu.

    3. Collateral material

    Collateral material merupakan hal-hal tambahan yang diberikan pada konsumen ketika mereka membeli suatu produk.

    Contoh value added ini adalah cara menggunakan produk atau tips dan triknya, maupun saran cara lain menggunakannya.

    Saat ini, collateral material sebagai nilai tambah semakin sering ditemukan di berbagai produk, mulai dari makanan, bahan memasak dalam kemasan, hingga produk-produk kecantikan.

    Baca Juga: Tak Perlu Bingung, Ini 3 Beda Pekerjaan Product Manager dan Product Owner

    Itu dia penjelasan Glints soal value added baik dalam bidang ekonomi maupun marketing.

    Jika kamu ingin memulai sebuah usaha, jangan lupa untuk pertimbangkan memberikan nilai tambah yang tidak hanya menarik pelanggan tetapi juga bisa mendatangkan keuntungan bagi bisnismu, ya.

    Di blog Glints, masih ada banyak sumber bacaan tentang bisnis, ekonomi, marketing, dan lainnya, lho.

    Kalau tidak mau ketinggalan artikel menarik, yuk, berlangganan newsletter Glints.

    Dengan berlangganan, kamu akan langsung mendapat rekomendasi artikel-artikel terbaru dan terpercaya ke kotak masuk emailmu.

    Buat akun di sini dan langsung langganan, ya!

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 4.1 / 5. Jumlah vote: 7

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Comments are closed.

    Artikel Terkait