UX Case Study, Cara Tonjolkan Skill UX Designer pada Klien dan Rekruter

Diperbarui 14 Des 2020 - Dibaca 8 mnt

Isi Artikel

    Rekruter atau klien dapat membuat keputusan cepat dalam proses perekrutan dengan melihat UX case study seorang desainer. Oleh karena itu, case study yang menarik adalah aset yang sangat penting untuk bisa menampilkan kebolehanmu.

    Kalau kamu belum pernah membuat case study sebelumnya, yuk, simak penjelasan Glints seputar case study untuk proyek desain user experience berikut ini.

    Baca Juga: Intip 6 Tren UI/UX 2021 yang akan Semakin Memanjakan Pengguna

    Apa Itu UX Case Study?

    ux case study

    © Freepik.com

    Menurut Interaction Design Foundation, UX case study adalah contoh hasil desain yang sudah pernah dikerjakan seorang desainer semasa kariernya.

    Contoh hasil desain ini perlu dimuat dalam portofolio jika ingin melamar kerja sebagai UX designer.

    Dengan melihat contoh hasil kerja ini, rekruter atau calon klien bisa menilai kemampuan desainer yang akan dipekerjakan.

    Tak hanya sekadar menampilkan hasil kerjamu, case study juga menunjukkan proses pikiran, kapasitas membuat keputusan soal desain, dan kreativitasmu sebagai desainer.

    Menurut Prototypr, case study yang bagus dapat meningkatkan kemungkinan kita mendapat kesempatan kerja yang bagus dibanding dengan hanya menampilkan portofolio sederhana.

    Aspek Penting dalam UX Case Study

    ux case study

    © Bowgl.com

    Sebuah UX case study yang ideal memuat kurang lebih 2-3 contoh hasil kerja yang sudah pernah diselesaikan sebelumnya.

    Nah, dalam UX case study tersebut, elemen yang perlu dimuat menurut Inside Design adalah:

    1. Ringkasan

    Ringkasan berisi penjelasan singkat mengenai perusahaan atau produk dalam proyek tersebut.

    2. Masalah pokok

    Dalam bagian ini, jelaskan mengenai alasan mengenai mengapa proyek ini perlu dikerjakan.

    Lalu, informasikan juga apa saja tujuan atau hasil akhir yang ingin dicapai.

    3. User dan audiens

    Cantumkan user atau pengguna yang akan menggunakan produk dari proyeknya.

    4. Tugas dan tanggung jawab

    Jelaskan dengan ringkas apa tugas serta tanggung jawabmu.

    Cantumkan juga orang-orang lain yang terlibat dalam tim proyek agar dapat memberi gambaran skala proyek tersebut.

    5. Cakupan dan batasan

    Aspek dalam UX case study ini perlu diisi dengan batasan yang dihadapi saat menjalani proyek.

    Batasan ini bisa jadi uang, waktu, dan lain-lain.

    6. Proses proyek

    Paparkan apa saja langkah-langkah yang ditempuh untuk menciptakan hasil yang diinginkan serta alasan mengapa keputusan itu dibuat.

    7. Hasil dan pelajaran yang diperoleh

    Tentunya penting untuk menampilkan hasil akhir.

    Jelaskan apakah tujuan awal telah tercapai dan apa saja pelajaran yang bisa kamu petik dari proyek itu.

    Inilah contoh template case study yang bisa kamu coba.

    ux case study

    © UXportofolioformula.com

    Baca Juga: 7 Website yang Bisa Kamu Gunakan untuk Memamerkan Portofolio UX Designer

    Cara Membuat UX Case Study

    © Unsplash.com

    1. Pilih proyek

    Langkah pertama dalam membuat UX case study adalah memilih proyek mana yang akan dicantumkan sebagai portofoliomu.

    Sangat disarankan untuk memilih sebuah proyek di mana kamu paling banyak memiliki peran di dalamnya.

    Meskipun hasil akhirnya mungkin bukan yang paling bagus, ada cerita menarik yang tentunya bisa disampaikan pada rekruter atau calon klien.

    Dengan begitu, kamu bisa lebih menonjolkan proses pikir dan penanganan masalah saat mengerjakan suatu proyek.

    2. Perkenalkan proyekmu

    Proyek yang telah dipilih perlu dipresentasikan secara menarik dalam portofoliomu.

    Tak hanya secara visual, deskripsikan juga secara jelas segala hal tentang proyek tersebut.

    Lakukanlah sesuai dengan elemen-elemen penting yang perlu dijelaskan mengenai suatu proyek dalam case study yang sudah dijelaskan sebelumnya.

    3. Paparkan hasil riset

    UX research merupakan kemampuan yang penting bagi seorang desainer.

    Ini juga adalah aspek yang tak boleh dilupakan dalam sebuah proyek desain UX. 

    Oleh karena itu, jangan lupa juga untuk mendeskripsikan langkah-langkah riset dan temuan yang kamu dapatkan.

    4. Tunjukan sketch

    Sketch merupakan aspek pendukung yang kuat dalam UX case study.

    Tunjukan sketch-sketch yang sudah dibuat bersama hasil riset yang membawamu ke keputusan akhir atau ide solusi untuk proyek tersebut.

    5. Tunjukan hasil testing

    Pada tahap ini, jelaskan tentang prototype dalam UX case study yang kamu miliki dan hasil yang didapatkan dari testing.

    Baca Juga: 7 Tips Merancang Portofolio Apik untuk UX Designer

    Nah, itulah sekilas tentang UX case study dan bagaimana cara membuatnya.

    Cukup mudah, bukan? Asal kamu bisa memilih proyek yang tepat dan menjelaskannya dengan menarik, pasti rekruter dan calon klien akan tertarik.

    Supaya bisa meningkatkan skill-mu sebagai UX designer, Glints punya banyak kelas tentang desain di Glints ExpertClass, lho.

    Webinarwebinar yang ada dibawakan oleh pakar-pakar keren di bidang desain.

    Dengan membeli tiket, kamu bisa langsung mendapat akses kelas online yang tentunya inspiratif dan menambah ilmu.

    Temukan kelas serunya dan segera daftar, ya!

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 4.5 / 5. Jumlah vote: 4

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Comments are closed.

    Artikel Terkait