User Research Kuantitatif vs Kualitatif untuk UX: Apa Bedanya, ya?

Tayang 02 Jun 2021 - Dibaca 7 mnt

Isi Artikel

    User research atau riset pengguna untuk pembuatan sebuah proyek desain UX (user experience) terbagi dua, yaitu yang bersifat kuantitatif dan kualitatif.

    Nah, keduanya ini sama-sama penting untuk dipahami bagi kamu yang ingin menjadi UX designer andal.

    Yuk, belajar bersama Glints lewat artikel ini tentang kedua tipe riset pengguna tersebut dan apa bedanya!

    User Research Kuantitatif

    user research kuantitatif dan kualitatif untuk ux

    © Clearpnt.com

    Apa yang muncul di benakmu ketika mendengar kata kuantitatif?

    Kemungkinan, kamu akan berpikir bahwa user research kuantitatif untuk UX ada hubungannya dengan angka, tidak seperti kualitatif.

    Kalau itu yang dipikirkan, berarti kamu benar.

    Menurut Career Foundry, user research yang bersifat kuantitatif merupakan proses pengumpulan dan analisis data dari berbagai jenis user testing.

    Data-data ini tentunya harus dapat diukur dan cenderung bersifat numerik.

    Selain itu, riset kuantitatif erat hubungannya dengan statistik dan matematika.

    Pertanyaan yang sering ditanyakan dalam riset yang bersifat kuantitatif adalah berapa banyak, berapa sering, dan lainnya yang bisa dijawab dengan angka.

    Sumber-sumber untuk riset kuantitatif bisa diperoleh dari insight page visit, bounce rate, conversion rate, dan metrik-metrik numerik lainnya.

    Baca Juga: 5 Rekomendasi Tools yang Membantu Pekerjaan UX Writer

    User Research Kualitatif

    user research kuantitatif dan kualitatif untuk ux

    © Miro.medium.com

    User research kualitatif untuk UX adalah kebalikan dari kuantitatif.

    Untuk user research kualitatif, data yang diolah bersifat nonnumerik.

    Jadi, kamu tidak harus mengolah angka untuk hal ini.

    Data yang diolah untuk riset kualitatif contohnya adalah opini, komentar, perilaku pengguna, perasaan, ataupun motivasi mereka.

    Guna dari analisis kualitatif adalah untuk memahami pengguna dari segi perilaku dan pola aktivitas mereka saat menggunakan suatu produk, misalnya situs atau aplikasi.

    Tidak seperti user research secara kuantitatif, riset kualitatif untuk UX tentunya tidak bisa dihitung.

    Oleh karena itu, hasil data yang dikumpulkan lebih mampu menjelaskan alasan mengapa suatu hal terjadi.

    Baca Juga: 5 Prinsip Material Design yang Wajib Dipahami UX Designer

    Metode dan Teknik Pengumpulan Data

    user research kuantitatif dan kualitatif untuk ux

    © Metarouter.io

    Menurut Dominic Rogers, ada beberapa cara untuk melakukan user research dan mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif untuk UX.

    1. Kuantitatif

    Analytics adalah salah satu cara mengumpulkan data kuantitatif yang paling umum digunakan.

    Selain itu, kamu juga bisa menggunakan cohort analysis.

    Cohort analysis dilakukan dengan mengumpulkan data berdasarkan kesamaannya, misalnya rentang waktu.

    Heat map juga adalah tool yang berguna untuk mengumpulkan data kualitatif berdasarkan interaksi pengguna dengan fitur-fitur situs atau aplikasimu.

    2. Kualitatif

    Salah satu metode kualitatif untuk melakukan riset dalam proyek desain UX adalah shadow session.

    Shadow session dilakukan dengan observasi seorang pengguna saat ia sedang menggunakan sistem yang dikembangkan.

    Selain itu, kamu juga bisa melakukan interview maupun focus group discussion.

    Ada pula funnel analysis yang bisa digunakan untuk user research UX secara kuantitatif dan kualitatif. 

    Metode ini dilakukan dengan memantau proses aktivitas pengguna hingga mencapai tujuan akhirnya.

    Tak hanya funnel analysis, A/B testing juga adalah metode yang bisa digunakan untuk riset secara kuantitatif maupun kualitatif.

    A/B testing merupakan uji yang dilakukan pada dua pilihan berbeda dan melihat mana yang menunjukkan hasil lebih bagus.

    Cara lain yang bisa digunakan untuk kedua jenis riset adalah usability testing.

    Usability testing lebih sering digunakan untuk riset kualitatif daripada kuantitatif, tetapi tetap bagus untuk keduanya.

    Kapan Harus Menggunakan Keduanya?

    riset quantitative vs qualitative untuk ux

    © Mrmonge.net

    User research untuk UX secara kualitatif dapat dilakukan kapan saja, sementara metode kuantitatif lebih baik dilakukan ketika produk akhirnya sudah jadi.

    Pasalnya, tujuan dari riset kuantitatif adalah mengevaluasi metrik dari produk yang sudah selesai.

    Data-data tersebut digunakan untuk mengetahui kekurangan produknya dan melakukan desain ulang jika diperlukan.

    Baca Juga: 16 Istilah yang Wajib Diketahui dalam UX Design Beserta Artinya

    Nah, setelah memahami perbedaan user research kualitatif dan kuantitatif untuk UX, tentu kamu ingin memperdalam pemahamanmu, kan?

    Yuk, ikuti kelas di Glints ExpertClass bersama pakar di bidang UX.

    Dengan begitu, kamu bisa langsung bertanya pada ahlinya dan mendapat ilmu mendalam tentang desain UX.

    Klik di sini untuk mencari kelas dan mendaftarkan dirimu, ya!

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 0 / 5. Jumlah vote: 0

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Artikel Terkait