Pahami Dulu Apa Itu Risk Tolerance dan Faktor Pentingnya Sebelum Berinvestasi

Diperbarui 20 Jan 2023 - Dibaca 10 mnt

Isi Artikel

    Sebelum mulai melakukan investasi, ada satu hal penting yang perlu dipahami oleh calon investor. Hal tersebut adalah tentang risk tolerance.

    Saat ini sudah banyak milenial yang paham dengan pentingnya investasi. Namun, tak sedikit pula dari mereka yang kurang persiapan saat melakukan investasi sehingga hasilnya kurang maksimal.

    Itulah mengapa, ada banyak hal yang perlu dipersiapkan sebelum mulai melakukan investasi dan salah satunya adalah mempelajari tentang risk tolerance.

    Jadi apa sebenarnya risk tolerance itu? Mengapa hal yang satu ini disebut penting untuk dipahami?

    Jika penasaran dengan jawabannya, sebaiknya kamu simak terus penjelasan yang sudah Glints persiapkan di bawah ini, ya.

    Baca Juga: Kupas Tuntas 6 Mitos yang Membuatmu Ragu Investasi Saham

    Apa Itu Risk Tolerance?

    risk tolerance adalah

    © Freepik.com

    Investopedia menyebutkan bahwa risk tolerance adalah komponen penting dalam berinvestasi.

    Mengapa disebut komponen yang sangat penting? Rupanya karena risk tolerance adalah tingkat keadaan yang berubah-ubah dalam hasil investasi.

    Jadi, dengan memahami risk tolerance, maka investor akan paham dengan kemampuannya dalam menerima perubahan besar dalam nilai investasi.

    Misalnya, tiba-tiba investasi sahamnya mengalami penurunan yang signifikan. Tentu saja bagi investor yang masih pemula hal itu bisa membuatnya panik dan bingung harus berbuat apa.

    Tidak sedikit mereka yang akhirnya mengambil risiko dengan menjual sahamnya di waktu yang salah sehingga akhirnya mengalami kerugian.

    Nah, supaya menghindari kepanikan saat terjadi hal yang kurang menguntungkan dalam investasi, sebaiknya setiap investor perlu mengukur risk tolerance mereka.

    Dengan paham risk tolerance, tentu saja investor akan mengetahui mana jenis investasi yang cocok dengan mereka dan menghindari yang kurang sesuai.

    Jenis Investor Berdasarkan Risk Tolerance

    © Freepik.com

    Investor dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori utama berdasarkan seberapa besar risiko yang dapat ditoleransi. Berikut ini penjelasannya:

    1. Agresif

    Investor yang dikategorikan agresif biasanya sangat memahami pasar dan berani mengambil risiko besar.

    Mereka juga dikenal sebagai investor yang bermodal besar, berpengalaman, dan memiliki portofolio yang bagus.

    Dalam berinvestasi, investor yang agresif juga lebih memilih aset dengan pergerakan harga yang dinamis seperti ekuitas.

    Memang lebih berisiko, tapi hal tersebut juga membuat mereka lebih cepat mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

    Hal yang menarik dari investor agresif adalah mereka juga tidak mudah panik saat terdapat krisis di pasar modal karena terbiasa melihat fluktuasi setiap harinya.

    2. Sedang

    Investor dengan risk tolerance yang sedang lebih mencari tempat aman saat berinvestasi.

    Investor sedang lebih memilih menyeimbangkan investasinya antara kelas aset yang berisiko dan aman. Jadi, berbeda dengan investor agresif yang lebih memilih hanya berinvestasi pada aset yang berisiko saja.

    Hal itu membuat investor sedang mendapatkan penghasilan yang lebih rendah dan tidak mengalami banyak kerugian saat harga aset terjun bebas.

    3. Konservatif

    Jenis investor terakhir berdasarkan risk tolerance adalah konservatif. Mereka yang masuk ke dalam kategori ini lebih memilih untuk bermain aman saat berinvestasi.

    Umumnya jenis investor konservatif mengambil risiko paling sedikit. Jadi, mereka tidak akan mencoba berinvestasi pada aset yang berisiko.

    Prioritas mereka adalah menghindari kerugian daripada menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu, aset yang dipilih untuk investasi biasanya berupa obligasi atau investasi yang menghasilkan penghasilan pasti.

    Baca Juga: Reksa Dana dan Saham: Apa Saja Perbedaannya, Ya?

    Cara Mengetahui Risk Tolerance

    risk tolerance adalah

    © Freepik.com

    Risk tolerance biasanya dilakukan dengan mengisi kuesioner profil risiko yang diberikan oleh financial planner, menurut The Balance.

    Seorang financial planner akan memberikan beberapa pertanyaan seputar kesiapan kita dalam melakukan investasi.

    Pertanyaan yang diajukan biasanya seputar skenario dalam pasar modal yang umum terjadi. Misalnya, pertanyaan tentang apa hal yang akan dilakukan jika pasar saham tiba-tiba menurun hingga 20%.

    Calon investor bisa diberikan beberapa opsi jawaban seperti tidak melakukan apa-apa, menunggu beberapa bulan untuk membuat keputusan, atau segera menjual saham.

    Seorang investor yang agresif biasanya berani ambil risiko sehingga mereka tidak akan melakukan apa pun.

    Sementara itu, investor sedang lebih memilih untuk menunggu beberapa bulan untuk membuat keputusan.

    Berbeda dengan investor konservatif yang kemungkinan besar akan segera menjual saham miliknya.

    Pertanyaan kuesioner tersebut digunakan untuk membantu financial planner untuk membangun portofolio investasi dari calon investor.

    Tujuannya adalah untuk mencegah calon investor tersebut melakukan investasi yang berisiko karena bisa merusak rencana keuangannya.

    Faktor yang Mempengaruhi Risk Tolerance

    © Freepik.com

    Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi risk tolerance seseorang. Dilansir dari CFI, berikut ini penjelasan lengkapnya:

    1. Timeline

    Setiap investor tentunya memiliki timeline rencana investasi yang berbeda-beda. Hal yang satu ini rupanya juga berpengaruh pada risk tolerance.

    Umumnya seseorang yang memiliki jangka waktu lebih lama saat berinvestasi maka lebih banyak risiko yang bisa diambil.

    Jadi, misalnya kamu ingin menyiapkan sejumlah dana investasi untuk 15 tahun ke depan, maka mengambil investasi dengan risiko besar bisa dicoba.

    Namun, jika kamu ingin mendapatkan keuntungan dalam jangka waktu yang pendek, tentunya investasi yang aman akan lebih baik.

    2. Tujuan

    Faktor selanjutnya yang mempengaruhi risk tolerance adalah tujuannya saat berinvestasi.

    Misalnya ada seseorang dengan tujuan berinvestasi hanya untuk coba-coba atau seseorang yang berinvestasi demi menyiapkan sejumlah dana.

    Tentunya toleransi risiko mereka sangat berbeda saat akan memilih instrumen investasi.

    3. Umur

    Umur juga berpengaruh pada risk tolerance. Umumnya semakin muda seseorang, maka lebih cenderung memilih mengambil lebih banyak risiko daripada orang yang sudah tua.

    Seseorang yang masih muda memiliki banyak waktu untuk mempelajari fluktuasi pasar sehingga mereka berani mengambil investasi yang berisiko.

    4. Ukuran portofolio

    Semakin besar portofolio seseorang tentunya membuat mereka lebih toleran dengan risiko yang dihadapinya saat berinvestasi.

    Misalnya seorang investor dengan portofolio sebesar Rp500 juta tentunya akan mengambil risiko lebih banyak daripada investor dengan portofolio Rp50 juta.

    5. Tingkat kenyamanan investor

    Faktor terakhir yang mempengaruhi risk tolerance adalah tingkat kenyamanan investor.

    Ada beberapa investor yang memang lebih suka mengambil risiko sehingga mereka cenderung lebih berani dalam menghadapi kerugian.

    Sebaliknya, ada pula investor yang lebih baik menghindari risiko dan mencari tempat yang aman. Biasanya mereka hanya ingin dijauhkan dari kerugian saja.

    Baca Juga: Jangan Takut! Ini Pilihan Bijak Investasi untuk Pemula

    Sebelum melakukan investasi memang perlu mempersiapkan banyak hal dan pemahaman soal risk tolerance adalah salah satunya.  

    Semoga setelah membaca penjelasan yang sudah Glints persiapkan di atas, kamu bisa lebih paham dengan risk tolerance dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

    Selain informasi di atas, kamu juga bisa mendapatkan info lain soal dunia keuangan dan investasi hanya di Glints Komunitas.

    Jadi, supaya tidak ketinggalan dengan informasi menarik lainnya, kamu bisa mulai berdikusi dalam forum tanya jawab tersebut.

    Yuk, daftar dan mulai berdikusi!

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 3 / 5. Jumlah vote: 2

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Comments are closed.

    Artikel Terkait