Orphaned Content: Halaman Tanpa “Ayah-Ibu” yang Bisa Hambat Performa Situsmu

Diperbarui 16 Agu 2022 - Dibaca 8 mnt

Isi Artikel

    Ingin kontenmu ada di puncak SERP? Apabila demikian, orphaned content adalah salah satu halaman yang harus kamu tumpas.

    Sudahkah kamu memahami tentangnya? Bagaimana ia bisa mempengaruhi hasil pencarian Google?

    Jawabannya ada dalam artikel ini. Simak semuanya, yuk!

    Apa Itu Orphaned Content?

    apa itu orphaned content

    © Freepik.com

    Kita mulai pembahasan dari definisi. Sejatinya, kunci memahami konten ini ada di kata “orphan”.

    Orphan” merupakan bahasa Inggris dari anak yatim. Nah, seperti namanya, orphaned content adalah konten yang tak memiliki “orang tua”.

    Apa maksud dari ”orang tua”? Glints akan menjelaskannya kepadamu.

    Kamu tentu ingin kontenmu dilirik oleh Google. Ini merupakan salah satu tujuan konten dengan search engine optimization.

    Nah, kamu perlu memberi tahu mesin pencari ini soal keberadaan artikelmu. Salah satu caranya adalah dengan membuat internal link menuju konten tersebut. 

    Hadirnya internal link inilah yang dimaksud dengan “orang tua”. Lewat strategi ini, Google mengetahui keberadaan kontenmu.

    Mesin pencari tak sekedar tahu saja, lho. Kata Yoast, dengan memberikan “orang tua” ke konten, peluangmu ada di atas SERP semakin besar.

    Pasalnya, ini memengaruhi penilaian artikelmu. Jika internal link ke suatu halaman makin banyak, Google bisa menganggap halaman itu penting.

    Bukan cuma soal search engine saja. Pembaca juga bisa menemukannya saat membuka halamanmu di internet.

    Dengan begitu, distribusi kontenmu jadi semakin efektif. Kamu tentu mendambakan hal ini.

    Baca Juga: Ini Dia 5 Cara yang Bisa Dilakukan untuk Meningkatkan Strategi Content Marketing

    Apakah Orphaned Content Tidak Boleh Ada?

    apakah orphaned content tidak boleh ada

    © Freepik.com

    Kamu telah mengetahui definisi dari istilah content marketing ini. Lantas, apakah semua kontenmu harus ber-”orang tua”?

    Kata 3C Digital, ada beberapa pengecualian, lho. Misalnya, untuk halaman Kebijakan Privasi atau Syarat dan Ketentuan Penggunaan.

    Mereka adalah salah satu bentuk orphaned content yang wajar. 

    Pasalnya, tak banyak artikel yang bisa kamu hubungkan dengan keduanya. Oleh karena itu, penggunaan internal link ke sana tak lazim dilakukan.

    Ada pengecualian untuk jenis artikel lain. Kamu tak perlu memberi “orang tua” untuk konten musiman. 

    Misalnya, di tahun ini, kamu menulis soal banjir bandang. Ini merupakan kejadian langka yang mungkin tak terulang lagi.

    Benar saja. Di tahun berikutnya, informasi soal banjir bandang tak lagi relevan. Kamu bisa membiarkannya tak punya “orang tua”.

    Artikel ber-“orang tua” adalah artikel yang kamu anggap penting. Semua bergantung pada konteks dan jenis dari kontenmu.

    Baca Juga: Jangan Tertukar, Inilah 4 Perbedaan Content Writer dan Content Creator

    Strategi Penyelesaian Orphaned Content

    penyelesaian orphaned content

    © Freepik.com

    Kamu telah memahami bahwa “orang tua” untuk konten harus dipikirkan. Lantas, bagaimana cara mencari konten yang tak punya “orang tua”?

    Kamu tak mungkin mengecek artikel satu per satu. Terutama, untukmu yang sudah punya banyak konten.

    Tenang saja, ada strategi untuk itu. Dirangkum dari Search Engine Journal, ini dia informasinya:

    1. Identifikasi konten

    Salah satu tujuan pemberantasan orphaned content adalah mengenalkan artikelmu ke Google. Oleh karena itu, coba lihat daftar konten yang diketahui mesin pencari ini.

    Kamu dapat menggunakan tool untuk crawling. Salah satu yang bisa kamu pilih adalah ScreamingFog.

    Setelah itu, cocokkan dengan daftar konten yang kamu punya. Jangan-jangan, ada konten yang tak bisa di-crawl oleh Google?

    Mungkin saja, konten itu merupakan orphaned content. Jika itu yang terjadi, segera beri “orang tua” untuk halaman terkait, ya!

    2. Cek lewat Google Analytics

    Memang, peluang konten tanpa “orang tua” ditemukan Google sangat kecil. Akan tetapi, hal ini bukan tak mungkin.

    Oleh karena itu, kamu bisa memanfaatkan Google Analytics. Bisa saja, ada konten orphaned di sana. Namun, performanya masih belum maksimal.

    Tertarik menggunakan trik ini? Pertama-tama, buka dulu Google Analytics.

    Setelah itu, klik Behavior > Site Content > All Pages. Di sana, kamu bisa melihat semua halaman dalam website-mu.

    Klik panah di bagian Pageviews. Dengan begitu, daftar kontenmu diurutkan dari page view terendah.

    Ingat, orphaned content adalah konten yang sulit ditemukan Google. Oleh karena itu, konten yang tak punya banyak page view bisa jadi salah satunya.

    Idealnya, artikel terbawahmu tak terlalu banyak. Lewat bantuan ini, kamu bisa mengeceknya satu per satu.

    Artikel mana yang ternyata orphaned? Kamu tinggal memberikan “orang tua” untuknya.

    Baca Juga: Jangan Tertukar, Mari Kulik Perbedaan Antara SEO dan SEM

    Demikian informasi dari Glints soal orphaned content. Teliti lagi situsmu, apakah konten ini ia miliki?

    Lewat strategi ini, artikelmu bisa dilirik oleh Google. Ia pun bisa muncul sebagai konten pertama di dalam SERP.

    Sejatinya, masih banyak strategi pemasaran yang dilakukan berbagai perusahaan. Pemberian “orang tua” untuk konten hanyalah salah satunya.

    Agar situsmu tetap jadi nomor satu, kamu wajib mengetahui semua itu. Siapa tahu, strategi pemasaran baru bisa jadi senjata jitu dalam mengalahkan kompetitor.

    Kamu bisa memahami beragam trik marketing itu lewat Glints ExpertClass. Glints ExpertClass adalah kelas dengan pemateri terpercaya.

    Mereka punya pengalaman bertahun-tahun di bidangnya, lho. Jadi, kamu bisa belajar banyak dari mereka.

    Jangan sia-siakan tempat belajar ini. Ikut kelasnya sekarang, yuk!

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 5 / 5. Jumlah vote: 2

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Comments are closed.

    Artikel Terkait