Penuhi Non-Functional Requirements untuk Menghasilkan Produk Terbaik

Diperbarui 11 Des 2023 - Dibaca 10 mnt

Isi Artikel

    Dalam proses mengembangkan produk, non-functional requirements dikenal sebagai kunci untuk membuat hasil yang terbaik.

    Pasalnya, kebutuhan non fungsional tersebut bisa dibilang menunjukkan bagaimana kualitas dari suatu produk yang digunakan. 

    Memang, apa sebenarnya non-functional requirements ini? Simak rangkuman lengkap dari Glints berikut.

    Pengertian Non-Functional Requirements

    belajar bahasa baru saat WFH

    © Freepik.com

    Bersumber dari Scaledagileframework, non-functional requirements (NFR) adalah kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan sistem dalam menjalankan produk secara optimal. Namun, kebutuhan ini tidak mempengaruhi bagaimana sistem bekerja.

    NFR pun dipakai untuk menandakan kelayakan kondisi dari suatu sistem yang digunakan.

    Beberapa sistem tertentu bisa saja menjalankan fungsi yang sama, tapi kualitasnya akan berbeda ketika dapat memenuhi non-functional requirements. 

    Misalnya, ketika suatu sistem dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini, maka akan memberikan kenyamanan tersendiri bagi pengguna.

    Semakin mudah pengoperasian suatu sistem, maka semakin baik non-functional requirements tersebut bekerja.

    Indikator Non-Functional Requirements

    non-functional requirements adalah

    © Freepik.com

    Untuk dapat memastikan apakah suatu sistem tersebut memenuhi non-functional requirements yang dibutuhkan, maka perlu kamu tahu indikator-indikator berikut: 

    1. Kegunaan produk

    Indikator pertama dalam non-functional requirements adalah usability. Usability atau kegunaan adalah suatu indikator apakah suatu sistem tersebut dapat digunakan dengan nyaman.

    Hal ini bisa dilihat dari bentuknya apakah mudah untuk dipegang, warnanya tidak mengganggu kenyamanan, penulisannya mudah dibaca, serta sistem pengoperasiannya mudah digunakan. 

    Terlihat sepele, tapi cukup penting untuk memberikan kenyamanan bagi pengguna sehingga kebutuhan-kebutuhan fungsional dapat berjalan dengan maksimal.

    2. Kemudahan menggunakan produk

    Selanjutnya adalah portability, maksudnya, kemudahan suatu sistem untuk dapat diakses, bagaimana konektivitasnya dengan perangkat lain, serta media apa saja yang mendukung user.

    Hal ini juga termasuk apakah software dan hardware akan mendapatkan update yang lebih mumpuni ke depannya, serta dapat beradaptasi dengan perubahan pada sistem yang dilakukan berkala. 

    3. Daya tahan produk

    Poin selanjutnya yaitu reliability, bagaimana ketahanan suatu sistem untuk dapat bekerja di berbagai kondisi.

    Baik untuk keperluan ringan, sedang, hingga berat. Apakah mungkin sistem dapat bekerja saat daya sedang minim. 

    4. Dukungan terhadap sistem

    Kemudian terdapat supportability, hal ini untuk mengindikasikan apakah sistem mendapat dukungan dari perangkat, konektivitas, hingga aksesoris.

    Mengapa penting? Karena dengan adanya dukungan tersebut, sistem dalam prduk tetap bekerja sebagaimana mestinya.

    5. Kemampuan sistem bekerja

    Selanjutnya, yang menjadi indikator dari non-functional requirements adalah performance, atau bagaimana kemampuan sistem tersebut dapat bekerja.

    Pada jaringan misalnya, performa dapat dilihat dari kecepatan untuk mengakses suatu website atau aplikasi.

    Apakah ada delay yang terjadi saat melakukan komunikasi, serta tingkat latency yang terjadi. 

    Selain itu, respon yang diberikan suatu sistem kala diberikan perintah juga menjadi bagian yang mempengaruhi performance ini. 

    6. Keamanan

    Indikator terakhir dari non-functional requirements adalah security atau keamanan.

    Seperti yang diketahui, banyak terjadi kasus pembobolan data yang mengganggu privasi user. Tentu, suatu sistem yang akan digunakan haruslah memiliki keamanan yang tinggi dan terjamin.

    Hal ini seperti, adanya autentifikasi yang diperlukan dalam mengaksesnya dan siapa saja yang dapat mengakses sistem tersebut. 

    Indikator-indikator di atas biasanya tidak semuanya harus dipenuhi, karena akan berbeda tergantung tujuan penggunaan, kebijakan produsen, serta skenario pemakaiannya.

    Oleh karenanya, ada suatu sistem yang bagi perusahaan tertentu dapat memenuhi kebutuhan fungsionalnya, tapi tidak bagi lainnya.

    Menentukan Standar Non-Functional Requirements yang Dibutuhkan

    © Freepik.com

    Disebutkan sebelumnya bahwa kebutuhan ini akan berbeda bagi tiap user. Maka, mengutip Altexsoft, untuk mengetahui standar non-functional requirements ada beberapa cara berikut:

    1. Buat pengukuran untuk kebutuhan

    Seperti yang diketahui, kebutuhan untuk tiap-tiap user terhadap suatu sistem akan berbeda. Oleh karenanya, kamu perlu membuat pengukuran tersendiri.

    Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan poin-poin yang paling dibutuhkan:

    • seperti dapat terkoneksi dengan perangkat apa saja
    • sistem tersebut harus dapat diakses menggunakan apa
    • memudahkan pengoperasian bagi siapa

    Jika telah memenuhi kebutuhan tersebut, maka sistem tersebut bisa dibilang sudah memenuhi kebutuhan non fungsionalmu. 

    2. Hubungkan kebutuhan dengan kepentingan bisnis

    Setelah menentukan pengukuran yang diperlukan, selanjutnya dalam mengetahui  pemenuhan non-functional requirements adalah kamu perlu menghubungkannya dengan kepentingan bisnis.

    Hal ini untuk mengetahui skenario penggunaan seperti apa yang akan terjadi pada sistem tersebut.

    Misal, perusahaanmu tidak terlalu mementingkan mengenai reliability, karena berada di lokasi yang mumpuni untuk menerapkan sistem.

    Maka tanpa adanya indikator tersebut, bisa dianggap sistem tersebut telah memenuhi kebutuhan non fungsionalnya.

    3. Pertimbangkan keterbatasan yang ada

    Hal yang perlu kamu pertimbangkan selanjutnya adalah keterbatasan. Maksudnya, apa saja kemungkinan yang tidak dapat dilakukan sistem tersebut tanpa adanya dukungan.

    Misal kamu ingin menerapkan suatu sistem, tapi kamu tidak memiliki arsitektur yang tepat.

    Dari hal tersebut, dapat diketahui apakah keterbatasan tersebut mempengaruhi indikator-indikator lain yang kamu tetapkan atau tidak. 

    4. Cek standar yang dimiliki OS

    Cara selanjutnya untuk mengetahui non-functional requirements adalah dengan mengecek standar yang dimiliki operating system atau sistem operasi.

    Hal ini dapat dilakukan terutama jika kamu belum terlalu memahami apa saja sebenarnya standar dibutuhkan dari suatu produk. 

    Untuk penggunaan aplikasi misalnya, kamu bisa mengecek guideline yang dimiliki Android dan iOS, untuk mengetahui apakah sistemmu sudah sesuai atai belum

    Nah, itulah yang harus kamu tahu soal non-functional requirements. Secara singkat, NFR memiliki peran untuk  kenyamanan penggunaan dari suatu sistem.

    Kamu juga bisa melihat apakah produk yang dikembangkan sudah memenuhi kebutuhan-kebutuhan user atau belum.

    Memang, dalam mengembangkan suatu produk kamu tak cukup hanya mengetahui mengenai non-functional requirements.

    Namun terdapat hal lain yang dibutuhkan dan bisa kamu pelajari di Glints ExpertClass.

    Di dalamnya terdapat webinar dan workshop pilihan yang dipandu oleh pakar di bidangnya. Tertarik?

    Yuk langsung klik di sini untuk memilih kelas-kelas produk, sebelum kehabisan kuota!

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 4 / 5. Jumlah vote: 1

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Comments are closed.

    Artikel Terkait