11 Mitos Entrepreneur yang Tak Perlu Dipercaya jika Mau Jadi Pengusaha

Diperbarui 04 Apr 2024 - Dibaca 9 mnt

Isi Artikel

    Apa anggapanmu tentang kewirausahaan dan sosok seorang pengusaha? Ternyata, banyak hal-hal yang dianggap fakta padahal hanya mitos entrepreneur belaka.

    Yuk, simak poin-poin di bawah ini dan pastikan pemahamanmu tentang entrepreneurship dan entrepreneur tidak lagi salah!

    Baca Juga: Mengenal Sociopreneurship, Bisnis yang Mengedepankan Dampak Sosial

    1. Semua entrepreneur berani mengambil risiko

    mitos entrepreneur

    © Freepik.com

    Sering kali kita mendengar bahwa untuk menjadi seorang entrepreneur kita harus selalu berani mengambil risiko. Padahal, ini tidak selalu benar.

    Memang, pengambilan risiko itu penting pada waktu-waktu tertentu.

    Akan tetapi, wirausahawan lebih sering berusaha mengatur bisnisnya sebaik mungkin dan merencanakan segalanya agar tidak ada hal yang di luar kendali.

    Menurut Business Town, pengambilan risiko pun tidak akan dilakukan tanpa pertimbangan yang bijak dan analisis data yang matang. 

    2. Hidup enak karena bebas mengatur jadwal sendiri

    Karena memulai bisnis sendiri, kehidupan sebagai pengusaha dianggap enak karena tak ada yang mengatur. Padahal, hal ini hanyalah mitos entrepreneur lainnya.

    Sebagai wirausahawan, kamu memiliki tanggung jawab yang besar terhadap perusahaan dan orang-orang yang terlibat dalam bisnismu seperti para stakeholder, klien, dan rekan bisnis lainnya.

    Dilansir dari Turbine, seorang entrepreneur justru harus banyak mengorbankan waktu pribadinya untuk memastikan bisnis berjalan lancar setidaknya pada beberapa tahun pertama.

    Hal ini tidak mudah, karena work-life balance menjadi sulit diatur.

    Bahkan, menurut Business News Daily, beberapa pemilik bisnis yang sukses bekerja hingga 95 jam per minggu atau 14 jam sehari, contohnya Grant Cardone.

    Gary Vaynerchuk, seorang entrepreneur tersohor pun bekerja 18 jam sehari pada tahun-tahun pertama bisnisnya dimulai.

    3. Entrepreneur harus menciptakan sesuatu yang baru

    mitos wirausahawan

    © Freepik.com

    Mitos entrepreneur selanjutnya adalah untuk menjadi seorang pebisnis, kamu harus menciptakan sesuatu yang baru. Hal ini tidak benar.

    Untuk menjadi seorang entrepreneur, skill utama yang dibutuhkan adalah pemecahan masalah dan kejelian melihat fenomena di sekitar kita.

    Masih banyak permasalahan simpel yang membutuhkan pemecahan yang juga cukup sederhana.

    Akan tetapi, tidak banyak orang yang menyadarinya.

    Biasanya, seorang entrepreneur yang visioner mampu melihat hal ini dan mencari cara penyelesaiannya dengan bisnis yang ia bangun.

    Akan tetapi, hal ini tidak tentu sesuatu yang baru.

    Memang, ada beberapa entrepreneur yang menciptakan hal yang benar-benar baru. Hanya saja, banyak juga yang memulai sukses dari hal sederhana yang terus ia kembangkan.

    Baca Juga: Beginilah Gambaran 5 Gaya Kepemimpinan Milenial di Perusahaan

    4. Bakat dari kecil

    Banyak yang beranggapan bahwa kemampuan kewirausahaan adalah bakat dari kecil dan mereka sudah terlahir seperti itu.

    Nah, ini pun merupakan mitos entrepreneur.

    Padahal, sebenarnya, semua orang bisa menjadi pengusaha jika mengasah kemampuan dan keahlian yang dibutuhkan.

    Tentu, beberapa orang bisa beradaptasi dan mempelajarinya lebih cepat dari yang lain.

    Namun, tidak ada penelitian yang dapat membuktikan bahwa skill entrepreneurship merupakan hal yang diperoleh sejak lahir.

    5. Entrepreneur harus punya investor

    investor untuk wirausahawan

    © Freepik.com

    Ragu memulai bisnismu karena beranggapan bahwa untuk menjadi entrepreneur membutuhkan uang yang banyak dan mencari dana investor? Hal ini pun sebuah mitos entrepreneur.

    Dilansir dari Forbes, banyak pebisnis sukses yang memulai bisnisnya hanya dari uangnya sendiri tanpa investor.

    Modal yang dibutuhkan untuk memulai suatu bisnis berbeda-beda tergantung industrinya.

    Yang jelas, tanpa mau mengorbankan uang sendiri, maka akan sulit untuk memulai.

    Oleh karena itu, menabunglah sebanyak mungkin.

    Yang penting untuk menjadi entrepreneur adalah kemampuan mengatur pengeluaran dan tabungan agar siap menghadapi segala konsekuensi saat menjalankan sebuah usaha.

    6. Pasti cakap di bidang teknologi

    Saat ini, technopreneurship atau entrepreneurship berbasis teknologi sedang sangat populer dan sukses.

    Hal ini membuat kesan bahwa untuk menjadi seorang entrepreneur kita harus mahir menguasai teknologi

    Padahal, ini hanyalah mitos entrepreneur lainnya.

    Memang, aplikasi teknologi tidak bisa lepas dari operasi bisnis di masa kini.

    Akan tetapi, sebagai pengusaha, kita bisa bekerjasama dengan orang yang memiliki pemahaman lebih baik mengenai hal ini.

    Tentu, seiring waktu berjalan, seorang entrepreneur juga harus memahami teknologi yang penting untuk bisnisnya.

    Akan tetapi, tak perlu terburu-buru ataupun merasa tidak bisa memulai bisnis jika belum lihai di bidang teknologi.

    7. Butuh pendidikan atau pelatihan khusus

    miskonsepsi entrepreneur

    © Freepik.com

    Masih terkait tren terkini, kamu mungkin melihat startup founder yang berasal dari universitas terkemuka tingkat dunia.

    Nah, ini merupakan mitos entrepreneur lainnya. Kamu tak perlu mendapatkan pendidikan dari Harvard atau perguruan tinggi bergengsi lainnya untuk jadi pengusaha.

    Tentu, pendidikan di institusi semacam itu akan memberimu keuntungan berupa ilmu teknis dan jejaring mumpuni.

    Meski begitu, kamu tak perlu minder jika tak punya pendidikan atau pelatihan yang bersifat glamor.

    Kamu bisa mengasah kemampuanmu dari pengalamanmu, pengalaman mereka, dan ragam pelatihan lainnya.

    8. Tidak pernah gagal

    Kamu mungkin juga kerap mendengar cerita pengusaha yang tidak berhenti sebelum berhasil.

    Padahal, banyak dari entrepreneur tidak langsung berhasil pada usaha pertama mereka. Mereka terkadang harus menghadapi kegagalan sebelum meraih sukses.

    Sebagai gambaran, ada pengusaha mungkin mengawali bisnis di bidang kecantikan. Namun, di tengah jalan bisnis itu justru merugi.

    Lalu, mereka menemukan bahwa bisnis makanan lebih menguntungkan. Nah, ia kemudian meninggalkan kegagalannya di bisnis kecantikan lalu merintis usaha makanan.

    Di situlah mungkin ia baru menemui kesuksesan.

    Kamu harus memahami bahwa risiko gagal selalu ada. Yang perlu kamu siapkan adalah rencana menurunkan risiko dan menurunkan dampaknya jika terjadi.

    9. Harus dimulai sejak muda

    tantangan wanita pengusaha

    © Freepik.com

    Lagi-lagi, kamu mungkin familier dengan kisah para startup founder yang jadi cover majalah bisnis karena jadi pengusaha kaya di usia muda.

    Tentu, usia muda memberimu keuntungan baik dari segi waktu dan energi. Meski begitu, hal itu tidak selalu benar.

    Banyak pengusaha yang justru memulai bisnis saat berusia cukup matang. Di luar itu, ada banyak faktor yang membantu kesuksesan para pengusaha muda.

    Hal-hal seperti kemampuan mendapat modal, faktor sosial budaya, hingga lokasi tempat tinggal bisa memberi pengaruh.

    Maka dari itu, menganggap usia muda sebagai keunggulan utama seorang entrepreneur bisa dibilang mitos belaka.

    10. Hanya berorientasi pada uang

    Bagi banyak pengusaha, mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya tentu adalah hal yang sangat diidamkan.

    Meski begitu, tak semua wirausaha menjadikan hal itu sebagai tujuan utama mereka saat memulai bisnis.

    Beberapa mungkin memulai usaha sendiri demi menjadi lebih mandiri tanpa bergantung pada pemberi kerja.

    Beberapa yang lain membuka bisnis karena ingin mengejar passion yang sulit tersalurkan bila bekerja di suatu perusahaan.

    11. Hanya extrovert yang sukses jadi pengusaha

    hari pekerja nasional

    © Freepik.com

    Pengusaha dapat meraih sukses karena memiliki kemampuan untuk membangun networking yang baik.

    Oleh karena itu, ada yang menganggap bahwa hanya extrovert yang bisa menjadi wirausaha yang berhasil.

    Hal ini merupakan mitos entrepreneur belaka. Introvert misalnya bisa memiliki keuntungan di awal bisnis karena ia tak ragu untuk bekerja sendiri.

    Tak hanya itu, banyak pula introvert yang punya kemampuan membangun jejaring. Metodenya bisa saja berbeda. Misalnya, mereka mungkin lebih menyukai pertemuan empat mata atau cara lainnya.

    Baca Juga: Teknologi Informasi Menunjang Pekerjaanmu dengan 6 Cara ini

    Itulah 11 mitos entrepreneur yang sudah Glints bongkar kebenarannya untukmu.

    Apakah dengan mengetahui hal-hal ini kamu jadi lebih bersemangat untuk memulai bisnis?

    Untuk memperkaya diri dengan ilmu yang relevan dalam perintisan bisnis, yuk, cek artikel lainnya di Glints Blog!

    Di Glints Blog, kamu bisa menemukan ragam info penting yang bermanfaat untuk usahamu.

    Jangan sampai ketinggalan, cek artikelnya sekarang, ya!

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 5 / 5. Jumlah vote: 1

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Comments are closed.

    Artikel Terkait