Sociopreneurship: Pengertian, Karakteristik, dan Contohnya di Indonesia

Diperbarui 13 Jan 2022 - Dibaca 11 mnt

Isi Artikel

    Punya jiwa bisnis dan sosial yang tinggi? Menjadi Sociopreneurship akan menjawab dua passion-mu tersebut.

    Istilah sociopreneurship semakin tenar beberapa waktu belakangan, termasuk di Indonesia.

    Hal ini dibuktikan dengan kutipan CNN Indonesia yang mengatakan, terdapat setidaknya 340.000 sociopreneurship atau bisnis sosial di Indonesia hingga 2018.

    Jumlah ini terus bertambah dan didominasi oleh generasi milenial.

    Dilansir dari Kumparan, sebanyak 67 persen pemimpin bisnis sosial di Indonesia merupakan anak muda dengan usia 18-34 tahun.

    Nah, jika kalian belum familiar dengan istilah yang satu ini, simak penjelasan Glints berikut ini ya!

    Baca Juga: Berkarier sebagai Pekerja Sosial, Kenapa Tidak?

    Apa Itu Sociopreneurship?

    sales volume adalah

    © Freepik.com

    Sociopreneurship adalah gabungan dari kata social dan entrepreneurship.

    Sesuai namanya, sociopreneurship menggabungkan konsep bisnis dengan isu sosial.

    Dikutip dari Investopedia, sociopreneur adalah seseorang yang berusaha menggunakan berbagai cara bisnis untuk mengatasi masalah bersama.

    Seorang sociopreneur harus berani mengambil risiko dan berusaha keras untuk memberikan dampak positif melalui berbagai inisiatif yang dilakukannya.

    Jika bisnis pada umumnya berusaha mengejar profit setinggi-tingginya. Namun, berbeda dengan sociopreneurship.

    Sociopreneurship memiliki jauh lebih menekankan pada unsur isu sosial daripada keuntungan semata.

    Namun, bukan berarti sociopreneurship mengabaikan keuntungan, ya.

    Sociopreneurship tetap menghasilkan profit. Namun, profit tersebut lebih banyak dimanfaatkan untuk membuat sebuah aksi positif daripada keuntungan pribadi.

    Hubspot menulis, ukuran kesuksesan sebuah sociopreneurship adalah ketika bisnis tersebut mampu memberikan dampak positif yang berarti bagi dunia.

    Ada berbagai bidang sociopreneurship yang banyak dipilih saat ini.

    Mulai dari pendidikan, industri kreatif, ekonomi, kesehatan, kemanusiaan, hingga penyediaan akses di daerah terpencil.

    Dikutip CNN Indonesia, ada tiga bidang yang paling diminati oleh para sociopreneur lokal.

    Tiga bidang tersebut adalah industri kreatif (22 persen), agrikultur dan perikanan (16 persen), dan pendidikan (15 persen).

    Karakter Sociopreneurship

    bisnis milenial

    © freepik.com

    Beberapa karakter yang berkaitan dengan sociopreneurship adalah sebagai berikut.

    1. Fokus pada misi sosial

    Sociopreneurship harus fokus pada visi dan misi sosial yang telah mereka pilih sejak awal.

    Sebagai contoh, sociopreneur bisa memilih untuk fokus pada isu pendidikan di desa terpencil. 

    Maka, segala usaha yang dilakukan bisnis sosial tersebut harus mengacu pada pemenuhan hak pendidikan di desa terpencil.

    2. Memiliki skala dampak yang besar

    Setelah memilih misi, sociopreneur juga harus memiliki target skala dampak yang ingin dicapai. 

    Misalnya, akan lebih baik jika bisnis sosial yang dijalankan bisa memberi dampak pendidikan bagi desa-desa di seluruh Indonesia, bukan hanya satu desa saja.

    3. Inovatif

    Sebuah bisnis sosial harus peka dan inovatif dalam menciptakan cara terbaik untuk mencapai tujuan usahanya. 

    4. Terbuka pada feedback

    Bisnis sosial tidak hanya tentang bisnis itu sendiri, tetapi juga tentang banyak orang yang akan merasakan dampaknya.

    Oleh karena itu, sociopreneurship harus mengedepankan feedback orang lain untuk terus beradaptasi dan mengembangkan usahanya.

    Baca Juga: Inilah 7 Hal yang Harus Kamu Perhatikan sebelum Kerja NGO

    Contoh Sociopreneurship di Indonesia

    1. Waste4Change

    sociopreneurship

    © nowjakarta.co.id

    Salah satu sociopreneurship ternama di Indonesia adalah Waste4Change.

    Waste4Change merupakan bisnis sosial yang berfokus pada pengelolaan sampah yang ramah lingkungan dan bertanggung jawab.

    Bisnis yang didirikan pada 2014 silam ini memiliki tujuan untuk menjadikan Indonesia bebas sampah.

    Caranya, mereka melakukan berbagai kolaborasi dan pemanfaatan teknologi dalam pengelolaan sampah.

    Mereka memiliki prinsip 4C, yaitu Consult atau jasa konsultasi pengelolaan sampah, Campaign atau mengedukasi masyarakat, Collect atau bantuan mengumpulkan sampah, dan Create atau mengubah sampah menjadi bahan daur ulang.

    2. Mendekor

    sociopreneurship di indonesia

    © hitekno.com

    Sociopreneurship lainnya adalah Mendekor.

    Mendekor berdiri pada 2016 dengan tujuan memajukan industri kreatif di Indonesia.

    Mendekor bergerak di bidang penjualan dan pembuatan produk interior seperti furnitur, dekorasi, dan lampu hias. Produk-produk tersebut dibuat oleh para pengrajin lokal.

    Selain itu, Mendekor juga menyediakan layanan desain interior dari pengembangan desain sampai konstruksi.

    Mendekor memiliki moto “Menghias Ruang, Menata Hidup”.

    Dengan moto tersebut, Mendekor ingin membantu masyarakat Indonesia menghias ruangan mereka sekaligus menata hidup para pengrajin lokal.

    Selain membantu pengrajin lokal, pada Maret 2020, Mendekor juga telah meresmikan taman bacaan ramah anak bersama Taman Bacaan Pelangi di Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur

    3. WeCare.id

    sociopreneurship

    © marketeers.com

    WeCare.id merupakan sociopreneurship yang bergerak dalam bidang kesehatan.

    WeCare.id berdiri dengan maksud mengumpulkan dana bagi pasien dengan kemampuan finansial terbatas, tinggal di daerah yang sulit dijangkau, dan belum terdaftar dalam Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

    Melalui situs resmi WeCare.id, para donatur dapat melihat daftar pasien yang membutuhkan donasi.

    Bisnis yang digagas oleh anak muda ini mengedepakan transparansi dalam penggalangan dan pencairan dana. 

    4. Du Anyam

    sociopreneurship

    © wartaekonomi.co.id

    Berangkat dari masalah malnutrisi di Flores, Nusa Tenggara Timur, beberapa anak muda tergerak untuk membangun sebuah bisnis sosial bernama Du Anyam.

    Du Anyam adalah sebuah bisnis yang menjual produk kerajinan anyaman dari daun lontar, seperti tas, sepatu, dan souvenir.

    Produk-produk tersebut dibuat oleh para wanita di 15 desa di Flores.

    Keuntungan dari penjualan produk Du Anyam sebagian besar dimanfaatkan untuk peningkatan kualitas hidup di Flores.

    Du Anyam memiliki tiga pilar utama dalam menjalankan usahanya, yaitu empower women, promote culture, dan improve livelihood.

    Seperti ditulis dalam laman resminya, Du Anyam telah berhasil meningkatkan pendapatan wanita di Flores hingga  40%.

    Saat ini, produk Du Anyam juga sudah dijual di sejumlah hotel dan mal, seperti Grand Indonesia dan Pacific Place.

    Baca Juga: Ingin Menjadi Relawan untuk Kegiatan Sosial? Yuk, Simak 7 Tips Ini!

    Sociopreneurship adalah suatu jenis entrepreneurship yang membuktikan bisnis tetap bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat secara langsung.

    Jika kamu tertarik untuk menjadi seorang sociopreneur atau bekerja di sebuah bisnis sosial, kamu bisa mencari peluang kerja di Glints. Yuk, daftarkan dirimu sekarang!

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 4.4 / 5. Jumlah vote: 11

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Comments are closed.

    Artikel Terkait