Lean UX, Konsep yang Mampu Tingkatkan Efektivitas Proses Desain

Tayang 17 Agu 2021 - Dibaca 9 mnt

Isi Artikel

    Berawal digunakan untuk proses manufaktur perusahaan Toyota di tahun 1930-an, lean adalah konsep yang kini digunakan di proses UX (user experience) juga.

    Metode ini terus disempurnakan dengan berkembangnya metode development agile.

    Lean UX menjadi semakin sering digunakan oleh para profesional karena mampu meningkatkan efektivitas proses desain.

    Jika ingin terus beradaptasi dengan perkembangan konsep yang digunakan untuk desain UX, tentu kamu harus mempelajarinya juga.

    Yuk, simak penjelasan Glints agar kamu juga bisa mengaplikasikannya dalam proses desain UX-mu!

    Apa Itu Lean UX?

    lean ux adalah

    © Unsplash.com

    Mengutip Inside Design, lean UX pertama diperkenalkan oleh Jeff Gothelf.

    Dalam bukunya yang berjudul “Lean UX: Designing Great Products with Agile Teams”, ia menjelaskan bahwa sistem ini tercetus saat ia merasa kesal dengan management system tim UX-nya pada saat itu.

    Dengan konsep lean, proses kerja tim ternyata bisa menjadi semakin cepat.

    Menurut UX Planet, lean UX berfokus untuk mencari cara tercepat untuk mencapai tujuan akhir dibanding proses desain UX tradisional.

    Pasalnya, dalam proses desain UX tradisional ada banyak tahap yang kurang efektif.

    Akibatnya, banyak waktu terbuang.

    Sementara, proses lean UX mengupayakan agar tim bisa mendapat feedback dengan cepat.

    Dengan mendapat feedback, tim dapat langsung mengetahui apakah sistem yang dibuat sudah dapat mencapai hasil yang diinginkan.

    Salah satu hasil desain UX dengan konsep lean adalah situs Dropbox seperti di gambar berikut ini.

    lean ux

    © Dropbox.com

    Navigasi di Dropbox sangat sederhana dan mudah.

    Pengunjung bisa langsung menemukan apa yang ia butuhkan dengan cepat.

    Untuk mencapai hasil ini, dibutuhkan proses testing, iterating, dan learning yang berulang-ulang hingga hasil akhirnya sebaik mungkin.

    Baca Juga: Ingin Menjadi Desainer UX? Yuk, Pelajari 6 Prinsip UX Design ini!

    Proses Lean UX

    lean ux adalah

    © Unsplash.com

    Menurut Hotjar, ada 3 fase atau tahap dalam lean UX.

    Tahap-tahap lean UX tersebut adalah think, make, dan check.

    Semua tim yang terlibat dalam sebuah proyek desain UX harus meningkatkan proses sebuah produk berdasarkan fase-fase tersebut.

    1. Think

    Tahap think untuk desain UX berawal dengan proses brainstorming

    Brainstorming dilakukan untuk memikirkan aspek apa yang harus dikembangkan berdasarkan feedback dari pengguna, customer research, perbandingan dengan kompetitor, dan observasi terhadap produk.

    Pada akhir tahap ini, tim memutuskan aspek tertentu yang akan ditingkatkan kualitasnya atau diperbaiki.

    2. Make

    Seperti namanya, tahap ini adalah tahap di mana tim lean UX membuat fitur baru sebuah produk berdasarkan hasil brainstorming tadi.

    Tujuan dari fitur ini harus mampu menyelesaikan permasalahan yang ada.

    3. Check

    Setelah fitur baru dikembangkan, tentunya tes perlu dilakukan.

    Tim lean UX bisa melakukan tes menggunakan berbagai macam tool, seperti UX survey, A/B testing, dan lain-lain.

    Tujuan dari tes ini adalah untuk mengetahui apakah hipotesis tim terbukti benar.

    Selain itu, tim juga bisa mengetahui bagaimana respon pelanggan terhadap fitur baru tersebut.

    Jika hasilnya tidak bisa memuaskan pelanggan atau menyelesaikan permasalahan yang ada, maka tim harus kembali ke tahap think dan mengulang semua prosesnya.

    Baca Juga: 5 Tools yang Wajib Dikuasai jika Kamu Mau Bekerja di Bidang UX Design

    Kelebihan Lean UX

    lean ux adalah

    © Unsplash.com

    Tak heran bahwa lean UX sudah semakin sering digunakan oleh para designer UX saat ini.

    Pasalnya, ada banyak kelebihan dan manfaat yang bisa didapatkan dengan memilih proses kerja yang lebih efektif ini.

    1. Hemat biaya

    Dengan metode lean UX, kamu bisa menghemat biaya desain.

    Pasalnya, waktu yang dihabiskan untuk mengerjakan proses bisa menjadi lebih singkat dan efektif.

    Dengan begitu, sumber daya bisa lebih dihemat.

    Apabila sebuah proyek hemat biaya, tim desain UX juga bisa menghindari kegagalan karena kehabisan dana.

    2. Hemat waktu

    Fokus lean UX adalah menghasilkan solusi yang cepat.

    Dengan dokumentasi yang minim, kolaborasi tim yang kuat, serta prosesnya yang iteratif, sebuah proyek bisa selesai dalam waktu yang lebih singkat.

    3. User-centered

    Desain dengan lean UX sudah pasti bersifat user-centered.

    User-centered berarti desain dirancang sangat sesuai dengan kebutuhan pengguna.

    4. Data-driven

    Lean UX adalah proses yang sangat berorientasi pada data.

    Dengan begitu, asumsi minim digunakan.

    Berkat hal ini, keputusan yang dibuat bisa semakin tepat dan kualitas akhirnya lebih baik.

    Baca Juga: Baca Ini agar Terhindar dari 10 Kesalahan dalam UX Design

    Nah, itu tadi adalah rangkuman Glints tentang lean UX.

    Cukup menarik, kan?

    Jika ingin menggali ilmu lebih dalam tentang desain UX, kamu bisa belajar langsung dari pakarnya, lho.

    Caranya adalah dengan ikut kelas di Glints ExpertClass.

    Ada banyak webinar menarik yang dibawakan para ahli di sana.

    Langsung klik di sini untuk temukan kelasnya dan daftarkan dirimu, ya!

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 4.5 / 5. Jumlah vote: 4

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Artikel Terkait