Lean UX, Konsep yang Mampu Tingkatkan Efektivitas Proses Desain
Isi Artikel
Berawal digunakan untuk proses manufaktur perusahaan Toyota di tahun 1930-an, lean adalah konsep yang kini digunakan di proses UX (user experience) juga.
Metode ini terus disempurnakan dengan berkembangnya metode development agile.
Lean UX menjadi semakin sering digunakan oleh para profesional karena mampu meningkatkan efektivitas proses desain.
Jika ingin terus beradaptasi dengan perkembangan konsep yang digunakan untuk desain UX, tentu kamu harus mempelajarinya juga.
Yuk, simak penjelasan Glints agar kamu juga bisa mengaplikasikannya dalam proses desain UX-mu!
Apa Itu Lean UX?
Mengutip Inside Design, lean UX pertama diperkenalkan oleh Jeff Gothelf.
Dalam bukunya yang berjudul “Lean UX: Designing Great Products with Agile Teams”, ia menjelaskan bahwa sistem ini tercetus saat ia merasa kesal dengan management system tim UX-nya pada saat itu.
Dengan konsep lean, proses kerja tim ternyata bisa menjadi semakin cepat.
Menurut UX Planet, lean UX berfokus untuk mencari cara tercepat untuk mencapai tujuan akhir dibanding proses desain UX tradisional.
Pasalnya, dalam proses desain UX tradisional ada banyak tahap yang kurang efektif.
Akibatnya, banyak waktu terbuang.
Sementara, proses lean UX mengupayakan agar tim bisa mendapat feedback dengan cepat.
Dengan mendapat feedback, tim dapat langsung mengetahui apakah sistem yang dibuat sudah dapat mencapai hasil yang diinginkan.
Salah satu hasil desain UX dengan konsep lean adalah situs Dropbox seperti di gambar berikut ini.
Navigasi di Dropbox sangat sederhana dan mudah.
Pengunjung bisa langsung menemukan apa yang ia butuhkan dengan cepat.
Untuk mencapai hasil ini, dibutuhkan proses testing, iterating, dan learning yang berulang-ulang hingga hasil akhirnya sebaik mungkin.
Proses Lean UX
Menurut Hotjar, ada 3 fase atau tahap dalam lean UX.
Tahap-tahap lean UX tersebut adalah think, make, dan check.
Semua tim yang terlibat dalam sebuah proyek desain UX harus meningkatkan proses sebuah produk berdasarkan fase-fase tersebut.
1. Think
Tahap think untuk desain UX berawal dengan proses brainstorming.
Brainstorming dilakukan untuk memikirkan aspek apa yang harus dikembangkan berdasarkan feedback dari pengguna, customer research, perbandingan dengan kompetitor, dan observasi terhadap produk.
Pada akhir tahap ini, tim memutuskan aspek tertentu yang akan ditingkatkan kualitasnya atau diperbaiki.
2. Make
Seperti namanya, tahap ini adalah tahap di mana tim lean UX membuat fitur baru sebuah produk berdasarkan hasil brainstorming tadi.
Tujuan dari fitur ini harus mampu menyelesaikan permasalahan yang ada.
3. Check
Setelah fitur baru dikembangkan, tentunya tes perlu dilakukan.
Tim lean UX bisa melakukan tes menggunakan berbagai macam tool, seperti UX survey, A/B testing, dan lain-lain.
Tujuan dari tes ini adalah untuk mengetahui apakah hipotesis tim terbukti benar.
Selain itu, tim juga bisa mengetahui bagaimana respon pelanggan terhadap fitur baru tersebut.
Jika hasilnya tidak bisa memuaskan pelanggan atau menyelesaikan permasalahan yang ada, maka tim harus kembali ke tahap think dan mengulang semua prosesnya.
Kelebihan Lean UX
Tak heran bahwa lean UX sudah semakin sering digunakan oleh para designer UX saat ini.
Pasalnya, ada banyak kelebihan dan manfaat yang bisa didapatkan dengan memilih proses kerja yang lebih efektif ini.
1. Hemat biaya
Dengan metode lean UX, kamu bisa menghemat biaya desain.
Pasalnya, waktu yang dihabiskan untuk mengerjakan proses bisa menjadi lebih singkat dan efektif.
Dengan begitu, sumber daya bisa lebih dihemat.
Apabila sebuah proyek hemat biaya, tim desain UX juga bisa menghindari kegagalan karena kehabisan dana.
2. Hemat waktu
Fokus lean UX adalah menghasilkan solusi yang cepat.
Dengan dokumentasi yang minim, kolaborasi tim yang kuat, serta prosesnya yang iteratif, sebuah proyek bisa selesai dalam waktu yang lebih singkat.
3. User-centered
Desain dengan lean UX sudah pasti bersifat user-centered.
User-centered berarti desain dirancang sangat sesuai dengan kebutuhan pengguna.
4. Data-driven
Lean UX adalah proses yang sangat berorientasi pada data.
Dengan begitu, asumsi minim digunakan.
Berkat hal ini, keputusan yang dibuat bisa semakin tepat dan kualitas akhirnya lebih baik.
Nah, itu tadi adalah rangkuman Glints tentang lean UX.
Cukup menarik, kan?
Jika ingin menggali ilmu lebih dalam tentang desain UX, kamu bisa belajar langsung dari pakarnya, lho.
Caranya adalah dengan ikut kelas di Glints ExpertClass.
Ada banyak webinar menarik yang dibawakan para ahli di sana.
Langsung klik di sini untuk temukan kelasnya dan daftarkan dirimu, ya!