Depresi Ekonomi: Arti, Bedanya dengan Resesi & Penyebab

Diperbarui 29 Jul 2023 - Dibaca 7 mnt

Isi Artikel

    Saat ini, banyak negara yang dilanda ketakutan akibat buruknya pertumbuhan ekonomi. Salah satu keadaan yang paling menghantui adalah depresi ekonomi.

    Sejak beberapa bulan yang lalu, resesi ekonomi selalu menjadi bahan perhatian akibat pandemi corona yang tak kunjung berakhir.

    Tidak berhenti di situ, kini banyak pakar yang memprediksi hal yang lebih buruk dari resesi ekonomi bisa terjadi. Kondisi tersebut adalah depresi ekonomi.

    Jadi apa sebenarnya depresi ekonomi itu? Lalu, mengapa banyak negara yang takut dengan kondisi tersebut?

    Yuk, cari tahu penjelasannya di bawah ini.

    Baca Juga: Jika Terjadi Resesi, Apa Dampak bagi Pekerja?

    Apa Itu Depresi Ekonomi?

    depresi ekonomi

    © Freepik.com

    Definisi dari Investopedia mengatakan bahwa depresi ekonomi adalah penurunan aktivitas ekonomi yang buruk dan berkepanjangan.

    Dalam ilmu ekonomi, depresi umumnya disebut sebagai resesi ekstrem yang berlangsung selama 3 tahun atau lebih.

    Hal tersebut juga menyebabkan adanya penurunan PDB (Produk Domestik Bruto) riil hingga minimal 10% di tahun tertentu.

    Jadi, sederhananya, saat suatu negara sudah mengalami resesi dan tidak segera bangkit, hal itu bisa mengantarkannya pada kondisi perekonomian yang terburuk.

    Salah satu peristiwa depresi ekonomi terburuk sepanjang sejarah terjadi di Amerika Serikat pada tahun 1929 hingga 1939.

    Menurut History, hal tersebut dimulai dari jatuhnya pasar saham di bulan Oktober 1929 yang membuat pialang di Wall Street panik dan kehilangan jutaan investor.

    Fenomena yang disebut dengan The Great Depression tersebut mengakibatkan banyaknya pengangguran di Amerika Serikat.

    Titik terendah dari fenomena tersebut terjadi di tahun 1933. Saat itu tercatat sebanyak 15 juta warga Amerika Serikat menganggur dan hampir setengah dari bank di negara tersebut bangkrut.

    Baca Juga: Sikapi Resesi dengan 7 Hal Ini untuk Kariermu

    Perbedaan Resesi dan Depresi Ekonomi

    depresi ekonomi adalah

    © Freepik.com

    Resesi ekonomi dapat terjadi saat penurunan PDB berada di kisaran 0,3% hingga -5,1%. Jangka waktu terjadinya pun lebih singkat yaitu berlangsung selama 6 sampai 18 bulan.

    Sementara itu, depresi ekonomi adalah kemerosotan ekonomi yang sangat buruk dan bisa berlangsung selama beberapa tahun.

    Saat terjadi hal yang satu ini, PDB akan jatuh lebih buruk yaitu pada kisaran -14,7% hingga -38.1%.

    Kondisi itu juga akan berlangsung lebih lama dari resesi. Biasanya depresi akan terjadi selama 18 sampai 43 bulan.

    Time juga menyebutkan bahwa ada tiga faktor utama yang membedakan antara resesi dan depresi ekonomi.

    Faktor pertama adalah dampaknya. Resesi hanya berdampak pada suatu negara saja, tapi saat sudah mengalami depresi tentu dampaknya akan lebih besar atau berskala global.

    Kemudian, hal itu juga menyebabkan pengangguran yang lebih tinggi jika dibandingkan saat masih mengalami resesi.

    Jadi, lebih banyak orang akan kehilangan mata pencahariannya saat depresi ekonomi terjadi.

    Faktor terakhir ialah dilihat dari efek yang ditimbulkan. Daripada resesi, efek buruk dari fenomena depresi ini akan bertahan lebih lama.

    Penyebab Terjadinya

    © Freepik.com

    Seperti yang dijelaskan di atas, depresi ekonomi adalah kondisi ekonomi yang sangat buruk dan jauh melebihi resesi.

    Jika membicarakan fenomena ekonomi yang satu ini, tentu contoh terburuknya adalah The Great Depression yang pernah terjadi di Amerika Serikat.

    History menyebutkan penyebab depresi ekonomi yang terjadi saat itu adalah produksi barang yang menurun dan meningkatnya angka pengangguran.

    Kondisi tersebut membuat harga saham jauh lebih tinggi dari nilai sebenarnya.

    Tidak berhenti di situ, perekonomian Amerika Serikat kala itu juga memburuk akibat utang konsumen yang membengkak.

    Sektor pertanian pun mengalami masalah serius akibat kekeringan sehingga harga pangan jatuh.

    Pada awalnya, Amerika Serikat hanya mengalami resesi ringan karena rendahnya daya beli konsumen.

    Namun, keadaan itu terus memburuk dengan semakin meningkatnya harga saham yang akhirnya menyebabkan jatuhnya pasar saham.

    Depresi ekonomi pun akhirnya tak terhindarkan dan berlangsung selama beberapa tahun.

    Selain itu, ada beberapa tanda yang juga perlu diperhatikan karena dapat menjadi penyebab dari masalah perekonomian tersebut, misalnya:

    • menurunnya daya beli masyarakat
    • meningkatnya jumlah pengangguran
    • terjadi penjualan saham besar-besaran
    • produksi barang berkurang signifikan
    • banyak pabrik dan perusahaan mengalami kebangkrutan
    • ada banyak bank yang pada akhirnya ikut gulung tikar
    Baca Juga: Ancaman Krisis karena Corona: Hal-hal yang Perlu Kamu Ketahui

    Setelah membaca penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa depresi ekonomi adalah kondisi ekonomi terburuk yang bisa menimpa suatu negara.

    Dilansir dari CNBC, bos Bank Dunia, David Malpass menyebutkan pandemi corona tidak hanya memicu resesi global saja. Namun, beberapa negara juga terancam depresi ekonomi.

    Jadi, saat ekonomi global tidak kunjung bangkit dari keterpurukan, tentu saja kondisi terburuk seperti hal itu bisa terjadi.

    Mau tahu tips penting lainnya seputar informasi ekonomi dan keuangan? Ayo baca lebih banyak artikel di Glints Blog!

    Kategori Keuangan di dalamnya berisi banyak kumpulan artikel tentang finansialJadi, kamu bisa temukan banyak insight tentang ekonomi, tips investasi, budgeting, pengelolaan utang, dana darurat, dan lain sebagainya.

    Tertarik? Ayo temukan artikel terbarunya di sini sekarang juga! Semuanya gratis.

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 5 / 5. Jumlah vote: 1

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Comments are closed.

    Artikel Terkait