Jangan Sampai Konsumen Berpindah Hati, Pahami 4 Penyebab Brand Switching

Tayang 08 Apr 2021 - Dibaca 5 mnt

Isi Artikel

    Pernahkah kamu beralih dari satu brand ke brand lain untuk produk yang sama karena alasan tertentu? Ternyata, dalam dunia marketing peralihan ini adalah bagian dari fenomena brand switching.

    Ada banyak alasan mengapa konsumen mengalihkan loyalitasnya pada brand lain. Namun dalam kaca mata marketing, ini adalah hal yang harus dihindari.

    Kehilangan konsumen berarti kehilangan keuntungan dari penjualan. Pada beberapa kasus, hal ini dapat berdampak hingga jangka panjang.

    Lantas, bagaimana cara mencegahnya? Simak selengkapnya dalam artikel berikut.

    Penyebab Munculnya Brand Switching

    brand switching adalah

    © Freepik.com

    Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, brand switching adalah istilah yang merujuk pada beralihnya konsumen ke kompetitor dari produk yang sama.

    Menurut DotActive, ini adalah situasi di mana konsumen mengubah kebiasaan membeli mereka dengan sengaja memilih untuk membeli brand lain daripada pilihan mereka yang biasa.

    Misalnya, kamu adalah seorang konsumen loyal dari produk smartphone yang dikeluarkan oleh brand X.

    Kemudian, kamu beralih ke kompetitor yaitu brand Z karena mengeluarkan produk serupa dengan harga yang lebih murah.

    Namun, munculnya fenomena ini tidak hanya disebabkan oleh perbedaan harga. Berikut beberapa penyebab lainnya.

    1. Adanya kesenjangan antara harga dan nilai produk

    Menurut Send Pulse, kesenjangan antara harga dan nilai produk dapat menjadi faktor munculnya brand switching.

    Ini karena konsumen membayar bukan untuk produk, tapi untuk nilai yang diberikan produk tersebut. Jadi, kenaikan harga yang nyata harus dibenarkan.

    Konsumen ingin melihat apa yang membuat perbedaan antara produkmu yang lebih mahal dengan produk kompetitor. Jadi, pastikan kamu dapat mengkomunikasikan hal ini kepada konsumenmu.

    2. Buruknya layanan konsumen

    Tidak bisa dipungkiri, buruknya layanan konsumen adalah salah satu faktor munculnya brand switching.

    Layanan yang buruk bukan hanya perihal staf yang tidak ramah, tetapi juga cara menangani pelanggan yang tidak puas.

    Misalnya, konsumen menerima produk yang rusak atau tidak sesuai dengan pesanan. Individu yang bertanggung jawab atas pertukaran barang dan pengembalian dana memainkan peran utama di sini.

    Jika kamu tidak menanganinya dengan baik dalam waktu yang singkat, bersiaplah untuk kehilangan konsumen.

    Ini juga termasuk waktu yang dibutuhkan untuk menanggapi konsumen. Semakin lama kamu membuat konsumen menunggu, semakin cepat mereka beralih ke kompetitor.

    Baca Juga: Brand Language, Istilah Unik yang Mewakili Kualitas Produk

    3. Tidak adanya inovasi baru

    Fenomena ini membuat konsumen bosan dengan brand tertentu. Stagnasi menyiratkan perusahaan berfokus pada satu produk dan tidak melakukan apa pun untuk mengoptimalkan dan memperbaikinya.

    Hasilnya, konsumen akan beralih ke brand yang terus berinovasi untuk memenuhi kebutuhan dan preferensi konsumen. Stagnasi seperti ini akan membuat brand mengalami brand switching.

    4. Terlalu banyak inovasi

    Inovasi memang bagus untuk perkembangan perusahaan. Namun, inovasi yang terlalu banyak hanya akan membuat konsumen beralih.

    Perusahaan yang memasuki hampir setiap pasar membuat takut prospek dan konsumen setia. Hal seperti ini akan membuat perusahaan mengalihkan fokusnya dari produk utama yang membuat mereka sukses.

    Pada akhirnya, konsumen akan beranggapan bahwa perusahaan tidak serius terhadap perkembangan produknya. Alhasil, brand switching akan terjadi karena konsumen beralih ke kompetitor yang dianggap lebih fokus terhadap produknya.

    Baca Juga: Dianggap Lebih Relevan dari Brand Loyalty, Pelajari Seluk-beluk Brand Enthusiasm

    Tips Mencegah Brand Switching

    brand switching

    © Freepik.com

    Lantas, bagaimana cara mencegah terjadinya brand switching? Berikut beberapa tipsnya menurut Clock Tower Insight.

    1. Buat konsumen merasa aman

    Agar terhindar dari brand switching, kamu perlu menjaga kepercayaan konsumen dengan konsisten.

    Memberikan rasa aman pada tingkat tertentu kepada konsumen bisa dilakukan dengan memenuhi kebutuhan konsumen secara tepat atau melebihi ekspektasi mereka secara konsisten.

    Ini akan membangun kepercayaan konsumen terhadap brand-mu. Rasa kepercayaan ini akan menjadi faktor penting yang membuat konsumen tidak beralih ke kompetitor.

    2. Buat konsumen terkesan

    Selain rasa aman dan percaya, kamu juga bisa menghindari brand switching dengan cara membuat konsumen terkesan.

    Cobalah menciptakan momen yang berkesan bagi konsumen. Ini akan membantu membangun loyalitas dalam jangka panjang.

    Banyak perusahaan yang berfokus untuk mendapatkan konsumen baru, namun melupakan konsumen yang telah ada.

    Padahal, memberikan perhatian lebih ke konsumen saat ini dapat memberi manfaat yang tinggi pada brand.

    3. Buat konsumen merasa nyaman

    Rasa nyaman dapat dirasakan konsumen jika brand memiliki brand personality yang kuat. Melalui brand personality yang kuat, konsumen dapat melihat brand hampir sebagai manusia yang memiliki hubungan dengan mereka.

    Hal ini akan membuat konsumen merasa menjadi bagian dari grup atau bahkan lingkaran sosial.

    Ketika konsumen merasa sangat terkait dengan brand personality yang dibangun, mereka kemungkinan besar akan menjadi konsumen yang loyal.

    Baca Juga: Yuk, Pahami Creative Concept, Kunci Keberhasilan Campaign dan Branding

    Itulah serba-serbi brand switching yang perlu kamu ketahui. Pastikan produkmu tetap memiliki konsumen yang loyal, ya.

    Tentu saja, ada berbagai cara lain yang bisa kamu gunakan untuk menghindari brand switching.

    Kamu bisa mempelajari cara-caranya dengan mengikuti Glints ExpertClass, lho.

    Melalui webinar dari Glints ExpertClass, kamu bisa belajar dan bertanya langsung kepada para profesional sesuai dengan topik yang diangkat.

    Yuk, daftar Glints ExpertClass bidang marketing di sini sekarang sebelum kamu kehabisan kuota.

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 5 / 5. Jumlah vote: 1

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Artikel Terkait