Bootstrapping: Strategi Bangun Startup dengan Modal Sendiri
Isi Artikel
Ternyata, mengembangkan startup tidak melulu harus bergantung dengan investor, lho. Bootstrapping adalah istilah yang dikenal untuk pengembangan startup seperti ini.
Memang, modal awal adalah faktor yang cukup krusial untuk membangun suatu startup. Namun, ini bukan berarti menjadi masalah jika memang kamu belum menemukan investor untuk pendanaan startup-mu.
Memang, apa itu bootstrap sebenarnya? Pada artikel ini, Glints akan memberikan penjelasannya untuk kamu.
Pengertian Bootstrapping
Bersumber dari Shopify, bootstrapping adalah metode pengembangan startup dengan hanya mengandalkan kekuatan atau sumber daya sendiri yang tersedia.
Maksudnya, startup tersebut dikembangkan hanya dengan modal seadanya dari kantong atau simpanan sendiri.
Kemudian, startup mengandalkan perputaran pendapatan dalam mengembangkan usahanya.
Tetapi, kamu jangan sampai rancu dengan istilah bootstrap yang digunakan pada desain web.
Isitlah bootstrapping ini di Indonesia bisa dibilang sebagai ‘modal dengkul’.
Pelaku usaha yang memulai dengan strategi bootstrapping ini umumnya memulai usaha dengan modal kecil, bahkan bisa dengan tanpa modal uang sama sekali.
Dengan metode ini, founder harus mampu mendatangkan early customer sehingga dapat berkembang menjadi segmen pasar baru untuk dikembangkan di kemudian hari.
Lebih lanjut, Investopedia menyatakan bahwa lebih dari 80% biaya operasional startup dikeluarkan oleh sang founder sendiri.
Alasan Dilakukannya Bootstrapping
Dalam pelaksanaanya adapun yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan metode bootstrapping, diantaranya sebagai berikut:
1. Idealisme founder
Biasanya, pemilik memiliki idealisme sendiri dalam mengembangkan usahanya sehingga memilih untuk melakukan bootstrapping.
Seperti diketahui bahwa startup yang mendapatkan modal dari investor tentu harus tunduk pada tuntutan bisnis investor.
Hal ini lah yang membuat founder merasa terkekang, sehingga memutuskan melakukan bootstrapping.
2. Tuntutan Kondisi
Faktor lain yang menyebabkan dilakukannya bootstrapping pada startup adalah memang belum didapatkannya investor untuk mendanai startup tersebut.
Meskipun begitu, founder memiliki keyakinan bahwa startup-nya akan besar. Sehingga tak perlu menunggu investor, founder memilih mendanainya sendiri.
Keuntungan
1. Memiliki kewenangan penuh
Seperti yang disampaikan sebelumnya, jika kamu memiliki investor untuk startup-mu, tentu kamu tidak memiliki kewenangan seperti kala kamu mendanai startup-mu sendiri.
Oleh karenanya, keuntungan dari melakukan bootstrap pada startup adalah kamu memiliki kewenangan penuh terhadap keputusan bisnis.
2. Dapat lebih fleksibel
Biasanya, sebuah perusahaan tidak mungkin mengubah arah bisnisnya di awal. Dengan kata lain, mengubah jenis bisnis dapat dilakukan dengan mudah apabila Anda adalah pemilik tunggal dari perusahaan.
Kelebihan ini tentu tidak ditemukan di strategi Venture Capital karena anda harus mempertimbangkan stakeholder lainnya jika ingin mengubah arah bisnis perusahaan.
3. Fokus kepada produk
Startup yang melakukan bootstrap tentu harus bersaing dengan startup lain yang sudah memiliki modal besar.
Dengan kata lain, salah satu strategi yang bisa dilakukan adalah melakukan pengembangan produk dengan maksimal.
Selain itu, startup yang sudah dimodali investor tentu sudah memiliki tujuan berbeda sehingga bisa saja tidak fokus lagi dalam mengembangkan produknya.
Kerugian
1. Jaringan terbatas
Kerugian bootstrap pada startup yang pertama adalah kamu memiliki jaringan atau koneksi yang terbatas.
Pasalnya, jaringan tersebut hanya berasal dari relasimu, atau sesama co-founder.
Tentu berbeda dengan startup yang sudah memiliki investor, koneksi bisa berasal dari relasi yang dimiliki investor tersebut, serta startup lain yang dimodali oleh investor yang sama.
2. Risiko ditanggung sendiri
Memiliki kontrol penuh atas kebijakan sebuah perusahaan tak selamanya menguntungkan bagi pemilik perusahaan.
Dalam menjalankan roda bisnis, perusahaan harus mendapat kritik dan masukan dari pihak lain.
Hal ini karena seorang investor akan ikut menanggung kerugian apabila perusahaan mengalami kerugian besar.
Oleh karena itu, salah satu kelemahan dari strategi bootstrapping adalah menanggung segala risiko yang dialami startup-mu.
3. Perkembangan lambat
Zona nyaman adalah salah satu kelemahan dari strategi bootstrapping. Jika sebuah perusahaan mulai menunjukkan perkembangan, pemilik biasanya mudah terjebak dalam situasi tersebut.
Hal ini karena tidak ada dorongan dari investor untuk mengembangkan bisnis. Dengan begitu, sangat mungkin startup akan sangat lambat berkembang atau stuck di fase tertentu.
Nah, kamu tentu sudah mengetahui bahwa bootstrapping adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengembangkan startup.
Dengan mengetahui informasi ini, kamu akan memiliki pilihan dan pandangan lebih dalam membangun startup-mu.
Tapi, tentu ini masih belum cukup. Banyak hal yang perlu kamu ketahui agar dapat membangun startup yang sukses.
Untuk itu, kamu dapat mengikuti kelas-kelas yang disediakan oleh Glints Expert Class.
Di sana, terdapat berbagai materi yang akan menambah wawasanmu. Kelas tersebut juga diisi oleh pembicara dari berbagai startup populer di Indonesia.
Tunggu apa lagi, cek kelasnya sekarang!