• Blog
    • Bidang Profesi
      • Marketing
      • Tech & Data
      • Media & Communications
      • Business Dev & Sales
      • Product
      • Design
    • Tips Karier
      • Mengawali Karier
      • Dunia Kerja
    • Konten Eksklusif
      • Artikel Expert
      • Panduan
      • Laporan
    • Dari Glints
      • Panduan Komunitas & Konten
      • Campaign Berlangsung
      • Kabar Produk
      • Kabar Glints
  • Lowongan Kerja
  • Glints ExpertClass
  • Glints Community
  • Bidang Profesi
  • Product
  • Product Development

Ingin Kembangkan Produk Digital? Jangan Lupakan Behavioral Analytics!

Tayang 28 Des 2020 - Dibaca 7 mnt
Nadiyah Rahmalia Engineering graduate with expertise in content writing and SEO; an aspiring digital/content marketer striving to create and share meaningful works.

Isi Artikel

    Produk digital yang ramai digunakan adalah produk yang sesuai dengan preferensi pengguna berdasarkan kebiasan mereka. Oleh karena itu, behavioral analytics adalah hal yang dibutuhkan.

    Dengan behavioral analytics, developer atau pengembang bisa memahami pengguna lebih baik dengan meninjau tingkah laku mereka ketika menggunakan suatu produk.

    Data-data yang diperoleh tersebut digunakan untuk merancang produk yang lebih baik.

    Yuk, kenali proses behavioral analytics lebih lanjut di artikel Glints ini!

    Baca Juga: Cari Tahu Apa Itu Big Data Analytics di Sini

    Apa Itu Behavioral Analytics?

    behavioral analylitics

    © Freepik.com

    Behavioral analytics merupakan cabang ilmu dari data analytics.

    Menurut Mixpanel, behavioral analytics merupakan tool yang digunakan untuk memberi informasi pada analis bisnis mengenai kegiatan yang dilakukan pengguna produk digital.

    Behavioral analytics merupakan cabang ilmu yang berfokus pada platform e-commerce, game online, aplikasi web dan mobile, serta internet of things.

    Ilmu ini mempelajari perilaku konsumen untuk mengetahui apakah ada hal-hal yang bisa dioptimasi agar tujuan bisnis bisa tercapai.

    Dilansir dari Investopedia, behavioral analytics merupakan proses yang bergantung pada data.

    Umumnya, data mentah diperoleh dari aktivitas pengguna di media sosial atau aplikasi yang dianalisis.

    Data-data ini dikumpulkan dan dianalisis untuk membuat keputusan tertentu.

    Contohnya, pengiklan online bisa menggunakan behavioral analytics untuk memastikan iklan yang mereka buat sesuai dengan audiens target bisnisnya.

    Hal ini bisa dilakukan dengan memanfaatkan informasi demografis pengguna, sejarah pencarian pengguna di media sosial, dan lain-lain.

    Dengan begitu, kesuksesan iklan yang dipasang di internet bisa lebih tinggi.

    Contoh Penggunaan Behavioral Analytics

    behavioral analytics

    © Freepik.com

    1. E-commerce dan retail

    Dalam e-commerce dan retail, behavioral analytics adalah proses analisis yang bermanfaat untuk memastikan produk yang ditawarkan sudah sesuai dengan selera maupun tren konsumen.

    2. Game online

    Behavioral analytics dalam industri game digunakan untuk mengetahui tren penggunaan dan preferensi mendatang.

    Tak jarang perusahaan game menggunakan behavioral analytics untuk upselling dalam game yang spesifik pada para penggunanya.

    3. Pengembangan aplikasi

    Behavioral analytics adalah cara bisnis mengetahui bagaimana perilaku orang-orang ketika menggunakan sebuah aplikasi.

    Dengan memahami hal tersebut, developer atau pengembang bisa memperkirakan tren di waktu mendatang agar bisa melakukan pengembangan produk tepat waktu.

    Dengan begitu, bisnis bisa memimpin persaingan pasar dengan kompetitor.

    4. Keamanan

    Behavioral analytics adalah cara yang juga bisa dilakukan untuk mendeteksi adanya peretasan data atau informasi akibat pihak tidak bertanggung jawab.

    Biasanya, hal ini digunakan oleh agensi pemerintahan.

    Namun, banyak perusahaan swasta yang juga memanfaatkan behavioral analytics untuk tujuan ini.

    Baca Juga: Mengungkap Product Analytics, Kunci Sukses agar Produk Digemari Pengguna

    Langkah-langkah Behavioral Analytics

    1. Tentukan tujuan analisis

    Langkah pertama melakukan behavioral analytics adalah menentukan tujuannya.

    Ketahui apa yang ingin timmu capai dengan proses analisis tersebut.

    Agar pemantauannya lebih mudah, perlu disusun key performance metrics (KPI).

    2. Petakan jalur kritis sesuai dengan tujuan

    Jalur kritis atau critical paths adalah tahapan aksi yang dilakukan oleh pengguna sesuai dengan tujuan produk.

    Misalnya, jika produk yang dianalisis adalah produk e-commerce, jalur kritisnya adalah memasukkan kata kunci pencarian, kemudian mencari produk, menambahkan produk ke dalam keranjang, lalu masuk ke proses checkout, dan terakhir konfirmasi pembayaran.

    Nah, tahap-tahap ini harus diperhatikan secara rinci dan dikumpulkan datanya.

    3. Buat rencana pelacakan

    Berdasarkan langkah-langkah yang diambil pengguna untuk mencapai sebuah tujuan, tim analis bisa menentukan mana yang paling penting untuk dilacak untuk mendapat data yang sesuai dengan tujuan.

    Kemampuan mengidentifikasi mana data yang paling sesuai adalah penting agar proses behavioral analytics bisa berlangsung secara efektif dan efisien.

    Rencana pelacakan biasa dibuat di spreadsheet Excel.

    Hal ini merupakan pedoman semua kegiatan yang dilakukan pengguna.

    Selain itu, rencana pelacakan ini juga adalah peta untuk implementasi tool analitik yang tepat.

    Semua orang yang terlibat dalam behavioral analytics harus memahami rencana ini untuk bisa mengolah data yang benar dan mendapatkan hasil yang sesuai keinginan.

    4. Tetapkan cara identifikasi pengguna

    Platform untuk melakukan behavioral analytics biasanya butuh satu cara identifikasi pengguna, seperti username atau email.

    Hal ini berguna untuk mempermudah analisis data dari berbagai perangkat dan sesi.

    Oleh karena itu, pastikan cara identifikasi pengguna ini tidak bisa diubah sehingga analisis bisa dilakukan tanpa kendala.

    5. Implementasi behavioral analytics dan mulai pelacakan

    Setelah menyempurnakan rencana pelacakan, proses selanjutnya adalah melaksanakan behavioral analytics dengan data-data yang sesuai.

    Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan software behavioral data analytics dan memanfaatkan SDK atau API untuk mengintegrasikannya dengan produk yang dianalisis.

    Jika perlu menganalisis tahapan atau langkah aksi yang dilakukan pengguna lainnya, hal ini tentu bisa ditambahkan setelah analisis dimulai.

    Setelah data diperoleh, tim bisa menyimpulkan dan mulai menyusun rencana kegiatan yang perlu dilakukan agar tujuan bisnis bisa tercapai berdasarkan hasil behavioral analytics.

    Baca Juga: 9 Tools untuk Menunjang Kerja Harian Product Manager

    Nah, begitulah serba-serbi behavioral analytics yang perlu kamu pahami.

    Apakah kamu berminat berprofesi sebagai pengembang produk digital?

    Yuk, temukan lowongan pekerjaan yang tepat untukmu di Glints.

    Job marketplace Glints punya ratusan lowongan di bidang teknologi, lho.

    Jadi, jangan sampai lewatkan kesempatan dan buat akun profesionalmu sekarang juga di sini, ya.

    • Behavioral Analytics
    • Behavioral Analytics

    behavioral analytics intermediate product development

    Comments are closed.

    Artikel Terkait

    • CV/Portofolio 5 Jenis Cover Letter dalam Dunia Kerja serta Contohnya

      Nadiyah Rahmalia 09 Jun 2022
    • CV/Portofolio 5 Langkah Mudah Mengambil Foto Profesional Sendiri dari Rumah

      Nadiyah Rahmalia 05 Jun 2022
    • Mengawali Karier Kenali 25 Prospek Kerja Lulusan Teknik Elektro yang Bisa Jadi Pilihanmu

      Nadiyah Rahmalia 04 Jun 2022
    • Dunia Kerja Kapan Waktu yang Tepat untuk Kembali Kerja setelah Melahirkan?

      Nadiyah Rahmalia 03 Jun 2022
    Langganan untuk dapatkan info konten karier terbaru di emailmu
    Terima kasih sudah berlangganan! Nantikan info konten terbaru Glints di emailmu.
    Maaf, permintaanmu tidak bisa diproses. Silakan coba lagi.
    Kategori Topik
    • Tips Karier
    • Bidang Profesi
    • Konten Eksklusif
    • Kabar Glints
    Media Sosial
    • Facebook
    • Twitter
    • Instagram
    • LinkedIn
    Solusi Glints
    • Lowongan Kerja
    • Glints ExpertClass
    • Glints Community

    • Blog
      • Bidang Profesi
        • Marketing
        • Tech & Data
        • Media & Communications
        • Business Dev & Sales
        • Product
        • Design
      • Tips Karier
        • Mengawali Karier
        • Dunia Kerja
      • Konten Eksklusif
        • Artikel Expert
        • Panduan
        • Laporan
      • Dari Glints
        • Panduan Komunitas & Konten
        • Campaign Berlangsung
        • Kabar Produk
        • Kabar Glints
    • Lowongan Kerja
    • Glints ExpertClass
    • Glints Community



    • Bidang Profesi
    • Product
    • Product Development

    Ingin Kembangkan Produk Digital? Jangan Lupakan Behavioral Analytics!

    Tayang 28 Des 2020 - Dibaca 7 mnt
    Nadiyah Rahmalia Engineering graduate with expertise in content writing and SEO; an aspiring digital/content marketer striving to create and share meaningful works.

    Isi Artikel

      Produk digital yang ramai digunakan adalah produk yang sesuai dengan preferensi pengguna berdasarkan kebiasan mereka. Oleh karena itu, behavioral analytics adalah hal yang dibutuhkan.

      Dengan behavioral analytics, developer atau pengembang bisa memahami pengguna lebih baik dengan meninjau tingkah laku mereka ketika menggunakan suatu produk.

      Data-data yang diperoleh tersebut digunakan untuk merancang produk yang lebih baik.

      Yuk, kenali proses behavioral analytics lebih lanjut di artikel Glints ini!

      Baca Juga: Cari Tahu Apa Itu Big Data Analytics di Sini

      Apa Itu Behavioral Analytics?

      behavioral analylitics

      © Freepik.com

      Behavioral analytics merupakan cabang ilmu dari data analytics.

      Menurut Mixpanel, behavioral analytics merupakan tool yang digunakan untuk memberi informasi pada analis bisnis mengenai kegiatan yang dilakukan pengguna produk digital.

      Behavioral analytics merupakan cabang ilmu yang berfokus pada platform e-commerce, game online, aplikasi web dan mobile, serta internet of things.

      Ilmu ini mempelajari perilaku konsumen untuk mengetahui apakah ada hal-hal yang bisa dioptimasi agar tujuan bisnis bisa tercapai.

      Dilansir dari Investopedia, behavioral analytics merupakan proses yang bergantung pada data.

      Umumnya, data mentah diperoleh dari aktivitas pengguna di media sosial atau aplikasi yang dianalisis.

      Data-data ini dikumpulkan dan dianalisis untuk membuat keputusan tertentu.

      Contohnya, pengiklan online bisa menggunakan behavioral analytics untuk memastikan iklan yang mereka buat sesuai dengan audiens target bisnisnya.

      Hal ini bisa dilakukan dengan memanfaatkan informasi demografis pengguna, sejarah pencarian pengguna di media sosial, dan lain-lain.

      Dengan begitu, kesuksesan iklan yang dipasang di internet bisa lebih tinggi.

      Contoh Penggunaan Behavioral Analytics

      behavioral analytics

      © Freepik.com

      1. E-commerce dan retail

      Dalam e-commerce dan retail, behavioral analytics adalah proses analisis yang bermanfaat untuk memastikan produk yang ditawarkan sudah sesuai dengan selera maupun tren konsumen.

      2. Game online

      Behavioral analytics dalam industri game digunakan untuk mengetahui tren penggunaan dan preferensi mendatang.

      Tak jarang perusahaan game menggunakan behavioral analytics untuk upselling dalam game yang spesifik pada para penggunanya.

      3. Pengembangan aplikasi

      Behavioral analytics adalah cara bisnis mengetahui bagaimana perilaku orang-orang ketika menggunakan sebuah aplikasi.

      Dengan memahami hal tersebut, developer atau pengembang bisa memperkirakan tren di waktu mendatang agar bisa melakukan pengembangan produk tepat waktu.

      Dengan begitu, bisnis bisa memimpin persaingan pasar dengan kompetitor.

      4. Keamanan

      Behavioral analytics adalah cara yang juga bisa dilakukan untuk mendeteksi adanya peretasan data atau informasi akibat pihak tidak bertanggung jawab.

      Biasanya, hal ini digunakan oleh agensi pemerintahan.

      Namun, banyak perusahaan swasta yang juga memanfaatkan behavioral analytics untuk tujuan ini.

      Baca Juga: Mengungkap Product Analytics, Kunci Sukses agar Produk Digemari Pengguna

      Langkah-langkah Behavioral Analytics

      1. Tentukan tujuan analisis

      Langkah pertama melakukan behavioral analytics adalah menentukan tujuannya.

      Ketahui apa yang ingin timmu capai dengan proses analisis tersebut.

      Agar pemantauannya lebih mudah, perlu disusun key performance metrics (KPI).

      2. Petakan jalur kritis sesuai dengan tujuan

      Jalur kritis atau critical paths adalah tahapan aksi yang dilakukan oleh pengguna sesuai dengan tujuan produk.

      Misalnya, jika produk yang dianalisis adalah produk e-commerce, jalur kritisnya adalah memasukkan kata kunci pencarian, kemudian mencari produk, menambahkan produk ke dalam keranjang, lalu masuk ke proses checkout, dan terakhir konfirmasi pembayaran.

      Nah, tahap-tahap ini harus diperhatikan secara rinci dan dikumpulkan datanya.

      3. Buat rencana pelacakan

      Berdasarkan langkah-langkah yang diambil pengguna untuk mencapai sebuah tujuan, tim analis bisa menentukan mana yang paling penting untuk dilacak untuk mendapat data yang sesuai dengan tujuan.

      Kemampuan mengidentifikasi mana data yang paling sesuai adalah penting agar proses behavioral analytics bisa berlangsung secara efektif dan efisien.

      Rencana pelacakan biasa dibuat di spreadsheet Excel.

      Hal ini merupakan pedoman semua kegiatan yang dilakukan pengguna.

      Selain itu, rencana pelacakan ini juga adalah peta untuk implementasi tool analitik yang tepat.

      Semua orang yang terlibat dalam behavioral analytics harus memahami rencana ini untuk bisa mengolah data yang benar dan mendapatkan hasil yang sesuai keinginan.

      4. Tetapkan cara identifikasi pengguna

      Platform untuk melakukan behavioral analytics biasanya butuh satu cara identifikasi pengguna, seperti username atau email.

      Hal ini berguna untuk mempermudah analisis data dari berbagai perangkat dan sesi.

      Oleh karena itu, pastikan cara identifikasi pengguna ini tidak bisa diubah sehingga analisis bisa dilakukan tanpa kendala.

      5. Implementasi behavioral analytics dan mulai pelacakan

      Setelah menyempurnakan rencana pelacakan, proses selanjutnya adalah melaksanakan behavioral analytics dengan data-data yang sesuai.

      Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan software behavioral data analytics dan memanfaatkan SDK atau API untuk mengintegrasikannya dengan produk yang dianalisis.

      Jika perlu menganalisis tahapan atau langkah aksi yang dilakukan pengguna lainnya, hal ini tentu bisa ditambahkan setelah analisis dimulai.

      Setelah data diperoleh, tim bisa menyimpulkan dan mulai menyusun rencana kegiatan yang perlu dilakukan agar tujuan bisnis bisa tercapai berdasarkan hasil behavioral analytics.

      Baca Juga: 9 Tools untuk Menunjang Kerja Harian Product Manager

      Nah, begitulah serba-serbi behavioral analytics yang perlu kamu pahami.

      Apakah kamu berminat berprofesi sebagai pengembang produk digital?

      Yuk, temukan lowongan pekerjaan yang tepat untukmu di Glints.

      Job marketplace Glints punya ratusan lowongan di bidang teknologi, lho.

      Jadi, jangan sampai lewatkan kesempatan dan buat akun profesionalmu sekarang juga di sini, ya.

      • Behavioral Analytics
      • Behavioral Analytics

      behavioral analytics intermediate product development

      Comments are closed.

      Artikel Terkait

      • CV/Portofolio 5 Jenis Cover Letter dalam Dunia Kerja serta Contohnya

        Nadiyah Rahmalia 09 Jun 2022
      • CV/Portofolio 5 Langkah Mudah Mengambil Foto Profesional Sendiri dari Rumah

        Nadiyah Rahmalia 05 Jun 2022
      • Mengawali Karier Kenali 25 Prospek Kerja Lulusan Teknik Elektro yang Bisa Jadi Pilihanmu

        Nadiyah Rahmalia 04 Jun 2022
      • Dunia Kerja Kapan Waktu yang Tepat untuk Kembali Kerja setelah Melahirkan?

        Nadiyah Rahmalia 03 Jun 2022
      Langganan untuk dapatkan info konten karier terbaru di emailmu
      Terima kasih sudah berlangganan! Nantikan info konten terbaru Glints di emailmu.
      Maaf, permintaanmu tidak bisa diproses. Silakan coba lagi.
      Kategori Topik
      • Tips Karier
      • Bidang Profesi
      • Konten Eksklusif
      • Kabar Glints
      Media Sosial
      • Facebook
      • Twitter
      • Instagram
      • LinkedIn
      Solusi Glints
      • Lowongan Kerja
      • Glints ExpertClass
      • Glints Community

      • Blog
        • Bidang Profesi
          • Marketing
          • Tech & Data
          • Media & Communications
          • Business Dev & Sales
          • Product
          • Design
        • Tips Karier
          • Mengawali Karier
          • Dunia Kerja
        • Konten Eksklusif
          • Artikel Expert
          • Panduan
          • Laporan
        • Dari Glints
          • Panduan Komunitas & Konten
          • Campaign Berlangsung
          • Kabar Produk
          • Kabar Glints
      • Lowongan Kerja
      • Glints ExpertClass
      • Glints Community



      • Bidang Profesi
      • Product
      • Product Development

      Ingin Kembangkan Produk Digital? Jangan Lupakan Behavioral Analytics!

      Tayang 28 Des 2020 - Dibaca 7 mnt
      Nadiyah Rahmalia Engineering graduate with expertise in content writing and SEO; an aspiring digital/content marketer striving to create and share meaningful works.

      Isi Artikel

        Produk digital yang ramai digunakan adalah produk yang sesuai dengan preferensi pengguna berdasarkan kebiasan mereka. Oleh karena itu, behavioral analytics adalah hal yang dibutuhkan.

        Dengan behavioral analytics, developer atau pengembang bisa memahami pengguna lebih baik dengan meninjau tingkah laku mereka ketika menggunakan suatu produk.

        Data-data yang diperoleh tersebut digunakan untuk merancang produk yang lebih baik.

        Yuk, kenali proses behavioral analytics lebih lanjut di artikel Glints ini!

        Baca Juga: Cari Tahu Apa Itu Big Data Analytics di Sini

        Apa Itu Behavioral Analytics?

        behavioral analylitics

        © Freepik.com

        Behavioral analytics merupakan cabang ilmu dari data analytics.

        Menurut Mixpanel, behavioral analytics merupakan tool yang digunakan untuk memberi informasi pada analis bisnis mengenai kegiatan yang dilakukan pengguna produk digital.

        Behavioral analytics merupakan cabang ilmu yang berfokus pada platform e-commerce, game online, aplikasi web dan mobile, serta internet of things.

        Ilmu ini mempelajari perilaku konsumen untuk mengetahui apakah ada hal-hal yang bisa dioptimasi agar tujuan bisnis bisa tercapai.

        Dilansir dari Investopedia, behavioral analytics merupakan proses yang bergantung pada data.

        Umumnya, data mentah diperoleh dari aktivitas pengguna di media sosial atau aplikasi yang dianalisis.

        Data-data ini dikumpulkan dan dianalisis untuk membuat keputusan tertentu.

        Contohnya, pengiklan online bisa menggunakan behavioral analytics untuk memastikan iklan yang mereka buat sesuai dengan audiens target bisnisnya.

        Hal ini bisa dilakukan dengan memanfaatkan informasi demografis pengguna, sejarah pencarian pengguna di media sosial, dan lain-lain.

        Dengan begitu, kesuksesan iklan yang dipasang di internet bisa lebih tinggi.

        Contoh Penggunaan Behavioral Analytics

        behavioral analytics

        © Freepik.com

        1. E-commerce dan retail

        Dalam e-commerce dan retail, behavioral analytics adalah proses analisis yang bermanfaat untuk memastikan produk yang ditawarkan sudah sesuai dengan selera maupun tren konsumen.

        2. Game online

        Behavioral analytics dalam industri game digunakan untuk mengetahui tren penggunaan dan preferensi mendatang.

        Tak jarang perusahaan game menggunakan behavioral analytics untuk upselling dalam game yang spesifik pada para penggunanya.

        3. Pengembangan aplikasi

        Behavioral analytics adalah cara bisnis mengetahui bagaimana perilaku orang-orang ketika menggunakan sebuah aplikasi.

        Dengan memahami hal tersebut, developer atau pengembang bisa memperkirakan tren di waktu mendatang agar bisa melakukan pengembangan produk tepat waktu.

        Dengan begitu, bisnis bisa memimpin persaingan pasar dengan kompetitor.

        4. Keamanan

        Behavioral analytics adalah cara yang juga bisa dilakukan untuk mendeteksi adanya peretasan data atau informasi akibat pihak tidak bertanggung jawab.

        Biasanya, hal ini digunakan oleh agensi pemerintahan.

        Namun, banyak perusahaan swasta yang juga memanfaatkan behavioral analytics untuk tujuan ini.

        Baca Juga: Mengungkap Product Analytics, Kunci Sukses agar Produk Digemari Pengguna

        Langkah-langkah Behavioral Analytics

        1. Tentukan tujuan analisis

        Langkah pertama melakukan behavioral analytics adalah menentukan tujuannya.

        Ketahui apa yang ingin timmu capai dengan proses analisis tersebut.

        Agar pemantauannya lebih mudah, perlu disusun key performance metrics (KPI).

        2. Petakan jalur kritis sesuai dengan tujuan

        Jalur kritis atau critical paths adalah tahapan aksi yang dilakukan oleh pengguna sesuai dengan tujuan produk.

        Misalnya, jika produk yang dianalisis adalah produk e-commerce, jalur kritisnya adalah memasukkan kata kunci pencarian, kemudian mencari produk, menambahkan produk ke dalam keranjang, lalu masuk ke proses checkout, dan terakhir konfirmasi pembayaran.

        Nah, tahap-tahap ini harus diperhatikan secara rinci dan dikumpulkan datanya.

        3. Buat rencana pelacakan

        Berdasarkan langkah-langkah yang diambil pengguna untuk mencapai sebuah tujuan, tim analis bisa menentukan mana yang paling penting untuk dilacak untuk mendapat data yang sesuai dengan tujuan.

        Kemampuan mengidentifikasi mana data yang paling sesuai adalah penting agar proses behavioral analytics bisa berlangsung secara efektif dan efisien.

        Rencana pelacakan biasa dibuat di spreadsheet Excel.

        Hal ini merupakan pedoman semua kegiatan yang dilakukan pengguna.

        Selain itu, rencana pelacakan ini juga adalah peta untuk implementasi tool analitik yang tepat.

        Semua orang yang terlibat dalam behavioral analytics harus memahami rencana ini untuk bisa mengolah data yang benar dan mendapatkan hasil yang sesuai keinginan.

        4. Tetapkan cara identifikasi pengguna

        Platform untuk melakukan behavioral analytics biasanya butuh satu cara identifikasi pengguna, seperti username atau email.

        Hal ini berguna untuk mempermudah analisis data dari berbagai perangkat dan sesi.

        Oleh karena itu, pastikan cara identifikasi pengguna ini tidak bisa diubah sehingga analisis bisa dilakukan tanpa kendala.

        5. Implementasi behavioral analytics dan mulai pelacakan

        Setelah menyempurnakan rencana pelacakan, proses selanjutnya adalah melaksanakan behavioral analytics dengan data-data yang sesuai.

        Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan software behavioral data analytics dan memanfaatkan SDK atau API untuk mengintegrasikannya dengan produk yang dianalisis.

        Jika perlu menganalisis tahapan atau langkah aksi yang dilakukan pengguna lainnya, hal ini tentu bisa ditambahkan setelah analisis dimulai.

        Setelah data diperoleh, tim bisa menyimpulkan dan mulai menyusun rencana kegiatan yang perlu dilakukan agar tujuan bisnis bisa tercapai berdasarkan hasil behavioral analytics.

        Baca Juga: 9 Tools untuk Menunjang Kerja Harian Product Manager

        Nah, begitulah serba-serbi behavioral analytics yang perlu kamu pahami.

        Apakah kamu berminat berprofesi sebagai pengembang produk digital?

        Yuk, temukan lowongan pekerjaan yang tepat untukmu di Glints.

        Job marketplace Glints punya ratusan lowongan di bidang teknologi, lho.

        Jadi, jangan sampai lewatkan kesempatan dan buat akun profesionalmu sekarang juga di sini, ya.

        • Behavioral Analytics
        • Behavioral Analytics

        behavioral analytics intermediate product development

        Comments are closed.

        Artikel Terkait

        • CV/Portofolio 5 Jenis Cover Letter dalam Dunia Kerja serta Contohnya

          Nadiyah Rahmalia 09 Jun 2022
        • CV/Portofolio 5 Langkah Mudah Mengambil Foto Profesional Sendiri dari Rumah

          Nadiyah Rahmalia 05 Jun 2022
        • Mengawali Karier Kenali 25 Prospek Kerja Lulusan Teknik Elektro yang Bisa Jadi Pilihanmu

          Nadiyah Rahmalia 04 Jun 2022
        • Dunia Kerja Kapan Waktu yang Tepat untuk Kembali Kerja setelah Melahirkan?

          Nadiyah Rahmalia 03 Jun 2022
        Langganan untuk dapatkan info konten karier terbaru di emailmu
        Terima kasih sudah berlangganan! Nantikan info konten terbaru Glints di emailmu.
        Maaf, permintaanmu tidak bisa diproses. Silakan coba lagi.
        Kategori Topik
        • Tips Karier
        • Bidang Profesi
        • Konten Eksklusif
        • Kabar Glints
        Media Sosial
        • Facebook
        • Twitter
        • Instagram
        • LinkedIn
        Solusi Glints
        • Lowongan Kerja
        • Glints ExpertClass
        • Glints Community
        Scroll Up