Auto Reject Bawah (ARB): Arti, Faktor, dan Dasar Perhitungan

Diperbarui 13 Sep 2023 - Dibaca 10 mnt

Isi Artikel

    Beberapa minggu terakhir, ARB adalah sebuah topik yang sedang sangat hangat-hangatnya diperbincangkan oleh para investor dan trader BEI. 

    Mengapa demikian? Sebab, kondisi ARB di pasar saham kini tengah membuat para investor terkejut.

    Melansir Kompas, ARB yang terjadi di pasar sudah mencapai angka 7%. Hal tersebut dianggap sebagai suatu fenomena yang tidak wajar karena telah menembus batas yang diberlakukan BEI.

    Akhirnya, sekarang ini, pihak BEI sedang melakukan pengamatan lebih lanjut terkait jatuhnya saham di pasar mereka.

    Nah, memangnya, apa yang dimaksud dengan ARB? Apa saja kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya fenomena tersebut? 

    Bagi kamu yang hendak berkecimpung di dunia saham, ketahui informasi lengkapnya di bawah ini.

    Baca Juga: Tertarik Investasi Valas? Kenali Definisi dan 5 Tipsnya bagi Pemula

    Apa Itu ARB?

    Auto rejection adalah penolakan otomatis yang dilakukan sistem BEI saat penawaran jual atau permintaan beli saham melewati batas kenaikan dan penurunan harga yang sudah ditetapkan.

    Nah, ARB atau auto reject bawah, adalah sebuah fenomena yang terjadi dalam investasi saham saat harga penawaran jual melampaui batas bawah rentang harga yang sudah ditetapkan oleh BEI.

    Bila penawaran seperti ini terus berlanjut, menurut MNC Sekuritas, harga saham bisa turun secara drastis.

    Sistem penolakan yang menaungi fenomena ARB ini sifatnya adalah asimetris.

    Maksudnya kata Investor, batas kenaikan dan penurunan harga itu sama, yakni;

    • 35% untuk saham dengan harga Rp50-Rp200
    • 25% untuk saham dengan harga >Rp200-Rp5.000
    • 20% untuk saham dengan rentang harga >Rp5.000

    Cara Menghitung ARB Saham

    Supaya kamu mendapatkan gambaran lebih jelas seputar ARB dalam saham, berikut Glints berikan contoh cara menghitung yang dapat dipelajari.

    Misalkan, batas auto rejection yang diberlakukan BEI pada awal pandemi adalah sebesar 7%. 

    Sehingga, penurunan harga saham A maksimal adalah Rp5.000 – (Rp5.000 x 7%) = Rp4.650. Jika saham A telah mencapai batas bawah di harga Rp4.650, nilai saham A akan terkena ARB.

    Namun seiring membaiknya situasi pandemi, besaran ARB akan kembali menjadi seperti semula, yaitu;

    • 35% untuk saham dengan harga Rp50-Rp200
    • 25% untuk saham dengan harga >Rp200-Rp5.000
    • 20% untuk saham dengan rentang harga >Rp5.000

    Faktor-Faktor Penyebab ARB

    Seperti yang sudah Glints jelaskan, BEI menetapkan rentang harga yang berbeda pada seluruh saham yang dijual di BEI berdasarkan masing-masing fraksi harga.

    Maka dari itu, JATS Next-G, sistem otomatis milik BEI akan menolak penawaran jual dan pembelian yang melewati batas rentang harga tersebut.

    Hal tersebut merupakan faktor yang menyebabkan auto rejection. Namun, bagaimana dengan ARB saham?

    Apa saja faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya fenomena tersebut? Berikut pemaparannya:

    1. Penawaran jual yang berada di bawah batas rentang harga

    Menyadur laman Kontan, hal pertama yang menjadi penyebab terjadinya ARB adalah penawaran jual yang melewati batas bawah rentang harga BEI.

    Hal ini akan mengambil efek sesuai dengan masing-masing kategori rentang harga saham.

    Pada rentang harga Rp50-Rp200 per lembar, ARB akan terjadi saat penawaran jual kurang 7% dari harga acuan BEI.

    Sama halnya dengan saham pada rentang harga Rp200-Rp5000 ke atas, di mana ARB akan berlaku saat penawaran jual terjadi di bawah 7% harga acuan.

    Baca Juga: Tips Investasi Saham Bagi Pemula

    2. Adanya berita negatif dari investor

    ARB di pasar saham Indonesia diprediksi terjadi karena rasa panik dan impulsif dari para investor generasi corona.

    Hal ini terjadi karena adanya berita negatif dari beberapa pihak investor dan trader.

    Hasilnya, investor yang tidak dapat menenangkan diri menjual saham mereka dengan harga yang rendah dalam jumlah yang masif.

    3. Saham gorengan

    Menurut hasil riset Saham Gain, saham gorengan adalah faktor penyebab terjadinya ARB di BEI.

    Mengapa kesimpulan tersebut dapat terangkai? Pasalnya, saham-saham yang terkena ARB di pasar belakangan ini 95% adalah saham gorengan.

    Maka dari itu, para investor perlu lebih berhati-hati saat akan mengeluarkan uang demi lembar saham. Siapa tahu, saham yang ingin dibeli adalah saham gorengan.

    Harga Acuan dan Dasar Perhitungan ARB

    Setelah melihat definisi serta faktor penyebabnya, kini kamu perlu mengetahui harga acuan serta dasar perhitungan ARB.

    Hal ini harus dipahami terutama oleh kamu yang baru belajar investasi selama pandemi Covid-19 ini.

    Seperti apa acuan dan dasar perhitungan ARB? Berikut adalah pemaparannya yang disadur dari Kontan:

    • harga penutupan perdagangan sebelumnya untuk saham yang sudah diperdagangkan di BEI
    • harga hasil tindakan korporasi untuk saham emiten yang melakukan aksi korporasi
    • harga perdana untuk saham emiten yang pertama kali diperdagangkan di BEI
    • nilai pasar wajar yang ditetapkan oleh penilai usaha sebagaimana tertera dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 35/POJK.04/2020 tentang Penilaian dan Penyajian Laporan Penilaian Bisnis di Pasar Modal.

    Tips Membeli Saham ARB

    Meski terdengar negatif, saham ARB atau rejected bisa saja memberi manfaat bagi investor yang membelinya.

    Hal ini karena saham ARB memiliki potensi memberi keuntungan lebih, terlebih jika harganya dapat kembali normal di periode mendatang.

    Berikut adalah beberapa tips beli saham ARB atau rejected yang bisa kamu lakukan.

    1. Amati harga tawar dan harga wajar

    Sebelum kamu beli saham ARB, pastikan untuk menganalisis harga tawar dengan harga wajarnya terlebih dahulu.

    Sehingga, jangan lupa juga untuk mengetahui harga wajar emiten sebelum melakukan pembelian.

    Hal ini supaya kamu bisa membuat pertimbangan dengan lebih matang.

    2. Ketahui market cap saham

    Hal lain yang perlu dilakukan sebelum membeli saham ARB adalah mengetahui market cap emitennya.

    Market cap ini mengacu pada berapa jumlah dana yang perlu kamu keluarkan untuk membeli seluruh saham perusahaan tersebut.

    Jika jumlah market cap semakin besar, bisa dipastikan fundamental perusahaan tersebut semakin baik.

    3. Analisis prospek perusahaan

    Tips lain yang perlu kamu lakukan sebelum beli saham ARB adalah menganalisis prospek perusahaan atau emiten yang diminati.

    Hal ini supaya kamu bisa memastikan perusahaan tersebut bisa menjaga eksistensinya di masa depan.

    Sehingga, ada baiknya kamu tidak membeli saham berdasarkan harganya yang melambung tinggi sambil mengabaikan prospek juga tujuan investasimu.

    4. Analisis fluktuasi saham ARB dengan rutin

    Perlu diketahui bahwa saham rejected ini biasanya diminati oleh investor maupun trader berpengalaman karena potensi keuntungan yang bisa didapatkan.

    Sehingga jika kamu tertarik membeli saham ARB, pastikan untuk menganalisis fluktuasinya secara rutin.

    Melakukan ini membuatmu bisa mempertimbangkan pergerakan harga suatu saham. Tak hanya itu, jika dilakukan secara rutin pun kamu akan terhindar dari risiko kerugian yang besar.

    5. Analisis kemampuan emiten menghasilkan laba

    Hal lain yang perlu diperhatikan saat membeli saham ARB atau rejected adalah menganalisis kemampuan emitennya dalam menghasilkan laba.

    Apabila suatu perusahaan yang sahamya tergolong ARB bisa mendapatkan keuntungan yang signifikan, tentu pemegang saham turut mendapatkan dividen.

    Sehingga, selalu perhatikan kemampuan perusahaan terutama sebelum beli saham yang tergolong ARB, ya.

    Baca Juga: Pahami Dulu Apa Itu Pasar Modal sebelum Mulai Investasi

    Itulah penjelasan Glints terkait serba-serbi ARB dalam saham mulai dari pengertian, faktor, hingga cara menghitung. 

    Intinya, ARB adalah sebuah kondisi di mana terjadi penolakan otomatis saat penawaran jual melewati batas bawah rentang harga BEI. Sehingga, status penawaran saham tersebut menjadi rejected

    Bila terjadi secara berkelanjutan, harga saham terjun payung dan kestabilan ekonomi di pasar bisa goyah.

    Dikarenakan sifatnya yang tidak stabil, investasi ARB baiknya dilakukan oleh para investor yang berpengalaman.

    Sebab, risiko penurunan dan peningkatan harga bisa terjadi dengan cepat dalam saham ARB, sehingga bisa cukup mengejutkan bagi investor yang minim pengalaman.

    Nah, jika kamu tertarik untuk menekuni jenis saham ARB, masih banyak pengetahuan lainnya seputar dunia persahaman yang perlu kamu ketahui.

    Untungnya, kamu bisa pelajari itu semua di Glints Blog. Di kategori Investasi, ada beragam artikel yang memberi informasi, tips, dan trik praktis seputar saham sehingga membuat investasimu semakin menguntungkan.

    Menarik bukan? Kamu bisa mengakses ragam artikelnya secara gratis dengan klik di sini sekarang!

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 4 / 5. Jumlah vote: 3

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Artikel Terkait