Ketahui Seluk-beluk Visual Storytelling dalam Desain UI/UX
Isi Artikel
Selain membuat desain user interface yang ramah bagi pengguna, visual storytelling dalam desain UI/UX ternyata juga berpengaruh besar terhadap engagement di situsmu.
Dewasa ini, banyak orang yang ketika membuka sebuah artikel atau konten apa pun itu sudah terbiasa untuk tidak membaca sampai habis.
Ditambah lagi kalau kontennya hanya berupa teks saja.
Di sinilah visual storytelling mulai berperan. Penasaran mengenai konsep ini dan bagaimana pengaplikasiannya?
Buktikan bahwa teori mengenai teks tersebut salah dan baca artikel ini sampai tuntas, ya!
Apa Itu Visual Storytelling dalam UI/UX?
Pada dasarnya, visual storytelling adalah penggunaan elemen visual untuk menceritakan sesuatu, tanpa meniadakan teks dan elemen lainnya.
Elemen visual yang dimaksud di sini bisa berupa gambar, ilustrasi, video, atau mungkin grafis lainnya (seperti GIF).
Visual storytelling dalam desain UX tak hanya menjelaskan mengenai tujuan sesuatu, tetapi juga emosi yang tersimpan di dalamnya.
Alhasil, para user diharapkan bisa mendapatkan pengalaman terbaik dari desain website yang sudah dioptimalkan dengan narasi tersebut.
Disebutkan bahwa konsep ini akan diceritakan menggunakan beberapa poin yang mewakilkan para target pasar dan juga memberi gambaran jelas atas produk atau jasa yang ditawarkan.
Poin yang dimaksud bisa dicapai melalui pencarian user persona, user research, customer journey.
Intinya, penggunaan visual storytelling dalam desain UX bertujuan untuk “bercerita” menggunakan data-data pelanggan yang sudah dikumpulkan.
Mereka mewakilkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh para user di luar sana.
Konsep ini berfokus pada membantu user menerima informasi dan mengolahnya menggunakan imajinasi mereka masing-masing.
Contoh Penggunaan Visual Storytelling
Sebelum membuat desain UI/UX di website menggunakan teknik visual storytelling, hal pertama yang harus ditanyakan adalah, “Apa yang dibutuhkan oleh user?”.
Kalau kamu pernah lihat yang diproduksi untuk Gojek Vietnam, itu adalah salah satu contoh visual storytelling.
Iklan tersebut menyampaikan dengan jelas bahwa apa yang ditawarkan oleh perusahaan merupakan apa yang dibutuhkan oleh para user.
Kamu bisa membuat video seperti itu dan memasangnya di homepage agar user bisa melihat jelas pesan yang ingin disampaikan.
Akan tetapi, di atas juga sempat disebutkan bahwa visual storytelling dalam desain UI/UX juga bisa dilakukan menggunakan gambar, ilustrasi, dan lainnya.
Contoh lainnya adalah penggunaan infografik dalam artikel yang membahas mengenai sejarah sesuatu.
Alih-alih menjelaskan panjang lebar dalam bentuk teks, kamu bisa membuat infografik dengan konsep seperti timeline agar pembaca lebih mudah untuk mencernanya.
Kalau mereka bisa menikmati desain UI/UX yang baik, secara otomatis engagement dan metrik lainnya juga perlahan akan meningkat.
Mengapa Patut Digunakan?
Menurut UX Collective, otak manusia pada dasarnya memiliki kemampuan yang lebih baik untuk memproses visual, jika dibandingkan dengan teks.
Tak hanya itu, otak juga diyakini dapat menyimpan informasi yang diterima secara visual lebih lama.
Mengutip Slate, seorang data scientist dari perusahaan yang menganalisis traffic website menyimpulkan bahwa pembaca (user) tidak bisa fokus untuk waktu yang cukup lama.
Semakin banyak tulisannya, semakin kecil juga kemungkinan user akan membacanya sampai habis. Kecuali kalau memang informasinya benar-benar dibutuhkan oleh mereka.
Hal ini akan berbeda ketika kamu mengimplementasikan visual storytelling ke dalam desain UI dan UX.
Karena otak akan lebih cepat memproses gambar dan informasinya pun akan bertahan lebih lama, mengapa tidak memanfaatkan hal tersebut?
Gunakan gambar, ilustrasi, video, agar user lebih tertarik untuk membaca dan mempermudah mereka dalam memahami isi konten yang dibuat.
Ragam Teknik Visual Storytelling dalam UI/UX
Dilansir dari Just In Mind, berikut ini adalah teknik yang bisa digunakan agar proses eksekusi visual storytelling dapat berjalan dengan lancar.
Tentukan format yang ingin digunakan
Dari poin-poin di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan utama penggunaan visual storytelling dalam desain UX adalah untuk mengoptimalkan user journey.
Maka dari itu, penting untuk menentukan format apa yang ingin digunakan, apakah video, infografik, atau visual lainnya.
Pikirkan kira-kira apa yang dibutuhkan oleh user, sehingga pengalaman mereka di website-mu bisa jadi menyenangkan.
Tentu tidak ada format mutlak yang sudah pasti manjur digunakan. Kamu harus melakukan percobaan dengan berbagai macam format, lalu pantau performanya.
Buat moodboard
Dengan membuat moodboard, kamu bisa menentukan tema dan gaya apa yang ingin digunakan.
Penentuan narasi visual pun dapat berjalan dengan lebih mulus.
Moodboard ini juga bisa dijadikan panduan untuk konten visual lainnya, agar setidaknya ada benang merah yang menyatukan dan tidak terlalu jauh dari image yang ingin dicapai.
Rangkai storyboard yang jelas
Kalau moodboard merupakan panduan untuk tema, penentuan warna, dan lainnya, storyboard lebih berfokus kepada menjadi semacam peta desain web.
Saat membuat visual storytelling dalam desain UX, penting untuk membuat narasi yang menggugah visual dan emosi user.
Storyboard di sini berperan sebagai peta yang mengarahkan user ke hasil akhir tersebut. Bagaimana interaksi mereka dengan tiap konten, apa yang akan dirasakan, dan lainnya.
Itu dia penjelasan lengkap seputar visual storytelling dalam desain UI/UX, beserta langkah yang harus diikuti untuk menjalaninya.
Semoga berguna, ya!
Kalau kamu ingin belajar lebih lanjut seputar dunia desain, coba ikuti Glints ExpertClas.
Glints ExpertClass adalah kelas yang akan dibawakan oleh para ahli di bidang desain, dengan ilmu dan pengalaman yang tak perlu diragukan lagi.
Tertarik? Langsung cari kelas yang diinginkan dan daftarkan dirimu, sekarang juga!