8 Tipe Chart agar Visualisasi Data Lebih Tepat dan Beragam
Isi Artikel
Bosan menggunakan chart yang itu-itu saja? Ini merupakan saat yang tepat untuk mempelajari beberapa tipe chart yang jarang diketahui.
Dengan mempelajarinya, kamu dapat menemukan mana chart yang sebenarnya lebih cocok untuk kumpulan data yang ada.
Langsung saja simak pembahasan Glints berikut ini!
1. Bar chart
Bar chart merupakan alat visualisasi data yang paling banyak digunakan. Hal ini karena kemudahan yang dihasilkan untuk membandingkan data dari kategori yang berbeda.
Selain itu, bar chart juga biasanya dipilih untuk menonjolkan kenaikan atau penurunan dalam suatu periode waktu tertentu.
Dalam data organic traffic website, misalnya, kamu dapat langsung melihat dengan jelas jika ada peningkatan secara signifikan.
Jenis chart yang satu ini sangat cocok digunakan jika kamu memiliki data yang terpisah di berbagai kategori atau grup.
2. Line chart
Tipe chart selanjutnya adalah line chart, yaitu diagram garis yang disambung dari satu titik ke titik selanjutnya.
Dilansir dari Hubspot, line chart merupakan pilihan tepat bagi kamu yang ingin melihat progres suatu data, baik dalam jangka waktu pendek maupun panjang.
Sama seperti bar chart, line chart juga sebenarnya dapat digunakan untuk lebih dari 1 kategori data.
Jadi, kamu tidak hanya dapat melihat perbandingannya tetapi juga progres di antara kategori data tersebut.
Akan tetapi, sangat tidak disarankan untuk memasukkan lebih dari 4 garis atau 4 kategori data karena akan sulit dicerna oleh pembaca.
3. Pie chart
Sedikit berbeda dengan chart sebelumnya, pie chart tidak bisa digunakan untuk menunjukkan progres dari suatu data dari waktu ke waktu.
Namun, ini merupakan pilihan yang paling pas jika kamu ingin menunjukkan komposisi dari suatu data.
Sebuah pie chart akan merepresentasikan sebuah data dalam bentuk persentase.
Jadi, diagram yang satu ini sangat membantu dalam menilai seberapa besar peran satu bagian terhadap keseluruhan data, seperti digunakan untuk:
- Membandingkan penjualan produk A terhadap keseluruhan produk yang terjual.
- Persentase keuntungan penjualan di cabang B terhadap keseluruhan profit.
4. Area chart
Tipe chart yang selanjutnya adalah area chart. Bentuknya sangat mirip dengan line chart, tetapi area di antara satu garis dan garis lainnya perlu diisi dengan warna-warna tertentu.
Penggunaan warna ini sangat memudahkan dalam membaca garis data yang ada di line chart.
Selain itu, area di dalam grafik juga berperan dalam menegaskan betapa besarnya suatu data dibandingkan dengan data lainnya.
Grafik yang satu ini dapat membantu bisnis untuk:
- Memvisualisasikan produk mana dalam suatu kategori yang paling populer.
- Menampilkan key performance indikator utama vs. outcome yang dihasilkan
- Menemukan dan melakukan analisis tren industri.
5. Bubble chart
Apakah kamu pernah melihat sebuah diagram yang tidak berisi titik-titik biasa, melainkan bentuk lingkaran dengan warna dan ukuran yang beragam?
Itu merupakan salah satu bentuk diagram yang disebut dengan bubble chart.
Fungsinya lebih berfokus untuk menunjukkan distribusi atau hubungan dari satu data ke data lainnya.
Diansir dari Tableau, salah satu kelebihan bubble chart adalah dapat digunakan untuk lebih dari 2 kategori data.
Misalnya, kamu ingin melihat data berapa lama seseorang menghabiskan waktu di internet berdasarkan usia.
Nah, selain jumlah jam dan usia, kamu juga bisa menambahkan kategori lain yaitu jenis kelamin. Kriteria inilah yang akan membuat ukuran bubble menjadi beragam.
6. Scatter plot chart
Mirip dengan bubble chart, scatter plot chart juga merupakan tipe chart yang berfungsi untuk melihat distribusi atau pola data.
Perbedaannya, scatter plot chart hanya bisa digunakan untuk 2 kategori atau kriteria data saja.
Jadi, titik-titik yang akan terbentuk nantinya hanya memiliki 1 ukuran. Akibatnya, kamu hanya bisa membandingkan hubungan antara 2 data.
Pada contoh di atas, kamu hanya bisa melihat relasi antara usia dan lamanya waktu yang dihabiskan di internet, tetapi tidak bisa menganalisis pengaruh jenis kelamin terhadap data tersebut.
Kendati demikian, kamu tetap dapat melihat pola penggunaan internet pada kalangan remaja, anak-anak, serta dewasa, misalnya.
7. Funnel chart
Kamu mungkin tidak asing dengan istilah marketing funnel, sebuah diagram yang menunjukkan proses perjalanan konsumen dari awal hingga membeli produk.
Semakin ke bawah, bentuknya semakin mengerucut yang menandakan semakin sedikitnya orang yang tersaring atau melanjutkan perjalanannya.
Nah, kamu juga dapat menggunakan diagram serupa untuk semua keperluan yang berkaitan dengan data yang setidaknya memiliki 4 stage atau bagian.
Beberapa contohnya adalah buyer’s journey, konversi website, dan lain sebagainya.
8. Waterfall chart
Sesuai dengan namanya, waterfall chart memang menyerupai sebuah air terjun. Diagram yang satu ini sering digunakan untuk melihat perubahan nilai awal dan nilai akhir serta faktor apa saja yang memengaruhinya.
Salah satunya digunakan untuk melihat perkembangan profit di awal dan akhir bulan.
Dengan menggunakan waterfall chart, kamu dapat langsung melihat perbedaan profit di awal dan akhir periode serta faktor mana yang membuat profit naik maupun turun.
Jadi, setidaknya akan ada 3 warna yang digunakan, yakni warna untuk menunjukkan nilai awal dan akhir, kenaikan, dan penurunan.
Demikian penjelasan Glints mengenai tipe chart. Semoga kini kamu bisa memvisualisasikan data dengan diagram yang lebih beragam dan tepat fungsinya.
Mau tahu lebih banyak tips terkait tools penting di dunia kerja?
Ada banyak tools yang dapat menunjang kehidupan profesionalmu dan dapat diaplikasikan tidak hanya pada satu jenis profesi saja.
Glints sudah menyiapkan kumpulan artikel terkait yang dapat membantumu untuk mempelajari perangkat tersebut.
Ayo klik link ini untuk temukan artikel terbarunya sekarang juga!