Mengenal Switching Cost dan 3 Strategi Penerapannya

Diperbarui 23 Feb 2021 - Dibaca 5 mnt

Isi Artikel

    Apa yang terjadi jika seorang pelanggan beralih dari satu brand ke brand lain? Otomatis, ada biaya yang harus dikeluarkan oleh pelanggan tersebut. Dalam dunia marketing, biaya itu adalah switching cost.

    Biasanya, biaya ini ditetapkan setelah produsen melakukan pengembangan produk atas masukan dari pelanggan.

    Jadi, switching cost ditetapkan sebagai kompensasi atas fitur-fitur baru yang diberikan kepada produk tersebut.

    Seperti apa perhitungan biaya switching cost yang harus dibayarkan oleh konsumen? Yuk, cari tahu selengkapnya!

    Sekilas tentang Switching Cost

    Seperti yang telah disebutkan, switching cost adalah biaya yang dikeluarkan pelanggan sebagai akibat dari perubahan merek, pemasok, atau produk.

    Menurut Investopedia, biaya ini umumnya umum bersifat moneter. Namun, ada juga switching cost berbasis psikologis, usaha, bahkan waktu.

    Contohnya, kamu selama ini membayar sebesar Rp100 ribu untuk paket internet selama satu bulan.

    Kemudian, kamu menemukan provider lain menawarkan paket internet dengan fitur yang lebih lengkap dengan harga Rp110 ribu.

    Artinya, kamu akan mengeluarkan biaya sebesar Rp10 ribu jika berganti provider. Biaya yang dikeluarkan inilah yang disebut sebagai switching cost.

    Tentunya, ada beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan ketika menetapkan switching cost.

    • waktu yang dibutuhkan pelanggan untuk berganti produk
    • apakah fitur baru yang ditawarkan produk lebih baik dari kompetitor
    • usaha atau tenaga yang harus dikeluarkan pelanggan untuk berganti produk

    Produsen yang sukses biasanya mencoba menerapkan strategi yang menimbulkan switching cost yang tinggi pada pelanggan untuk mencegah mereka beralih ke produk, merek, atau layanan milik kompetitor.

    Jika produsen tersebut berhasil menerapkan strateginya, mereka bisa menaikkan harga setiap tahun tanpa khawatir pelanggan akan menemukan alternatif yang lebih baik dengan karakteristik serupa atau pada titik harga yang sama.

    Baca Juga: Drip Marketing, Strategi Pemasaran yang Dilakukan Perlahan tapi Pasti

    Tipe-Tipe Switching Cost

    © Freepik.com

    Menurut Corporate Finance Institute, switching cost bisa “tinggi” atau “rendah”. Semakin tinggi biaya peralihan, semakin kecil kemungkinan seseorang ingin berganti merek, produk, layanan, atau pemasok.

    Bagi pelanggan, semakin tinggi biayanya, semakin sedikit nilai yang diperoleh konsumen dari peralihan ke merek, produk, layanan, atau pemasok lain.

    1. Low switching cost

    Produsen yang menawarkan produk atau layanan yang sangat mudah ditiru dengan harga yang sebanding oleh kompetitor biasanya memiliki switching cost yang rendah.

    Contoh dari produsen yang memiliki low switching cost adalah produsen pakaian.

    Pelanggan dapat dengan mudah menemukan penawaran pakaian dan membandingkan harga dengan berjalan kaki dari satu toko ke toko lainnya.

    Oleh karena itu, produsen menetapkan switching cost yang rendah akibat tingginya persaingan pasar.

    2. High switching cost

    Switching cost yang tinggi biasanya diterapkan pada produsen produk atau layanan dengan kompetisi pasar yang rendah.

    Salah satu contoh dari high switching cost adalah biaya langganan yang diterapkan oleh penyedia software.

    Sebagian besar penyedia software memberikan fungsi dan manfaat tambahan yang sulit didapatkan dari kompetitor.

    Sehingga, mereka bisa menetapkan switching cost yang tinggi karena rendahnya kemungkinan pelanggan beralih ke kompetitor.

    Baca Juga: Buat Pelangganmu Loyal dengan Customer Driven Marketing Strategy

    Contoh Strategi Penerapan Switching Cost

    © Freepik.com

    Jika produsen mampu membuat pelanggan mengeluarkan biaya yang lebih tinggi untuk produknya, hal tersebut dianggap sebagai keunggulan kompetitif bagi perusahaan.

    Ada sejumlah strategi yang digunakan oleh produsen untuk meningkatkan switching cost yang dikeluarkan oleh pelanggan. Berikut beberapa contoh strateginya.

    1. Kenyamanan

    Salah satu strategi penerapan switching cost adalah dengan mengutamakan kenyamanan.

    Sebuah produsen mungkin memiliki banyak lokasi toko atau produknya.

    Sehingga, dapat memudahkan pelanggan untuk membeli produknya meski harganya cukup tinggi.

    Jika kompetitor memiliki produk yang lebih murah namun lebih sulit dijangkau, pelanggan akan cenderung memilih untuk tetap menggunakan produk dengan biaya lebih tinggi karena kenyamanannya.

    2. Kedekatan emosional

    Kedekatan emosional adalah salah satu strategi penerapan switching cost yang paling sering digunakan.

    Kebanyakan, produsen yang menerapkan strategi ini telah memiliki brand loyalty yang cukup kuat.

    Sehingga, pelanggan menganggap tenaga dan usaha yang harus dikeluarkan untuk berganti produk cukup mahal.

    Akibatnya, pelanggan memilih untuk tetap menggunakan produk atau layanan dari produsen tersebut meskipun harus mengeluarkan biaya yang lebih mahal ketimbang mengeluarkan waktu dan usaha untuk beralih ke kompetitor.

    3. Biaya pembatalan

    Selain kedekatan emosional, biaya pembatalan adalah salah satu strategi switching cost yang sering diterapkan.

    Biaya ini diterapkan agar pelanggan berpikir dua kali sebelum berhenti menggunakan layanan atau produk.

    Produsen dapat mengklasifikasikan biaya ini sesuai pilihan mereka, termasuk biaya administrasi untuk menutup akun.

    Selain tiga strategi di atas, switching cost juga dapat diterapkan dalam bentuk biaya instalasi produk, biaya peralatan tambahan, hingga biaya belajar.

    Baca Juga: Memahami Marketing Collateral, Produk yang Dukung Kegiatan Marketing dan Sales

    Switching cost mungkin terasa memberatkan bagi pelanggan ketika ingin beralih ke kompetitor.

    Oleh karena itu, sebagai produsen kamu perlu mempertimbangkan strategi yang tepat agar pelanggan tetap loyal pada produkmu.

    Menurutmu, strategi switching cost seperti apa yang efektif bila diterapkan pada produk atau layanan tertentu?

    Yuk, pelajari selengkapnya dengan mengikuti webinar marketing dari Glints ExpertClass!

    Melalui Glints ExpertClass, kamu bisa belajar seputar marketing dengan para profesional dari berbagai bidang keahlian.

    Untuk mengikutinya cukup mudah, lho. Kamu hanya perlu daftar dan pilih kelas marketing-nya di sini!

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 4 / 5. Jumlah vote: 2

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Artikel Terkait