• Blog
    • Bidang Profesi
      • Marketing
      • Tech & Data
      • Media & Communications
      • Business Dev & Sales
      • Product
      • Design
    • Tips Karier
      • Mengawali Karier
      • Dunia Kerja
    • Konten Eksklusif
      • Artikel Expert
      • Panduan
      • Laporan
    • Dari Glints
      • Panduan Komunitas & Konten
      • Campaign Berlangsung
      • Kabar Produk
      • Kabar Glints
  • Lowongan Kerja
  • Glints ExpertClass
  • Glints Community
  • Dunia Kerja
  • Tips Karier

Social Bubble, Solusi untuk Dapat Berinteraksi selama Pandemi?

Diperbarui 07 Des 2020 - Dibaca 7 mnt
Arkan Perdana He's a copy-turned-content writer who experienced in SEO and Marketing

Isi Artikel

    Pandemi Covid-19 yang memaksa kita untuk karantina tentu membawa berbagai dampak bagi kesehatan mental. Perlunya manusia untuk bisa berinteraksi membuat social bubble menjadi solusi bagi permasalahan ini.

    Seperti diketahui, virus corona sangat mudah menginfeksi orang lain, terutama pada kerumunan yang melibatkan banyak orang. Maka sangat memungkinkan terjadinya persebaran virus yang cepat.

    Oleh karenanya, perlu adanya pembatasan interaksi agar kondisi mental tetap terjaga, dengan risiko penularan yang lebih kecil. 

    Memang, apa sebenarnya social bubble? Mengapa pula ini menjadi penting bagi pencegahan penyebaran virus corona?

    Pada artikel kali ini, Glints akan memberikan penjelasannya untukmu. Yuk, simak penjelasan lengkapnya!

    Baca Juga: Ketahui Cara Mencegah Penyebaran Corona (Covid-19) di Kantor

    Pengertian Social Bubble

    © USAToday.com

    Bersumber dari Hackensackmeridianhealth, social bubble adalah suatu kelompok tertutup untuk melakukan berbagai aktivitas atau interaksi terbatas dalam rangka mencegah penyebaran Covid-19.

    Beberapa pihak menyebutkan ini sebagai ‘social pod’ hingga ‘quaranteams’.

    Berbagai penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya social bubble, maka rantai penyebaran dapat terputus sehingga tingkat infeksinya dapat dikendalikan.

    Wajar saja, hal ini karena gelembung sosial ini membatasi interaksi hanya terjadi dengan orang-orang dalam gelembung tersebut saja. 

    Menurut para ahli, mengutip Everydayhealth, anggota dalam gelembung disarankan maksimal hingga 10 orang.

    Namun, para ahli lebih merekomendasikan bahwa anggota bubble ini adalah mereka yang tinggal di lingkungan sama, dengan umur yang tak jauh berbeda.

    Pasalnya, berbagai kesamaan ini mengurangi adanya risiko penularan karena mereka cenderung memiliki kebiasaan sama, sehingga lebih mudah untuk mengendalikan aktivitasnya.

    Baca Juga: Gangguan Depresi atau Corona Blues? Ini Cara Membedakannya

    Apa Saja yang Diperlukan?

    social bubble

    © Unsplash.com

    1. Riwayat kesehatan masing-masing

    Perlu diingat, bahwa tujuan dari dibentuknya social bubble ini adalah untuk membatasi interaksi dengan orang-orang tertentu untuk mengurangi penularan covid-19.

    Tentu, setiap orang tersebut perlu berada dalam kondisi yang sehat dan berdasarkan hasil tes tidak sedang terinfeksi. 

    Oleh karenanya, sebelum memutuskan untuk membentuk ini, maka dipastikan setiap individu sudah menjalani tes terlebih dahulu.

    Kemudian memeriksa riwayat kesehatan selama beberapa waktu terakhir agar kelompok yang dibentuk bisa benar-benar terhindar dari risiko penularan. 

    2. Interaksi yang terjadi sebelumnya

    Seperti melakukan penelusuran pada orang yang terinfeksi, sebelum membentuk gelembung ini pun perlu diketahui riwayat tiap-tiap anggota sebelumnya.

    Apakah mereka sempat berinteraksi dengan terduga corona, berada di zona merah, dan sebagainya.

    Hal ini tentu untuk meningkatkan rasa aman dan menjadikan gelembung yang dijadikan lebih efektif untuk mencegah corona. 

    3. Menentukan tempat yang dapat dikunjungi

    Hal lain yang perlu dilakukan nadalah menentukan tempat-tempat tertentu yang bisa dikunjungi. 

    Seperti yang disampaikan sebelumnya, social bubble memungkinkan mereka untuk bisa bepergian ke suatu tempat bersama untuk melakukan aktivitas.

    Bahkan, beberapa daerah juga sudah mulai melonggarkan pembukaan tempat publik seperti gelanggang olahraga, kafe, dan sebagainya.

    Meskipun begitu, tetap perlu adanya pembatasan tempat mana saja yang akan disambangi. Hal ini untuk mempermudah tracing jika kelompok terinfeksi virus. 

    4. Perlu isolasi mandiri terlebih dahulu

    Hal terakhir yang juga disarankan sebelum membentuk social bubble adalah melakukan isolasi mandiri terlebih dahulu selama dua minggu.

    Setelah melakukan tes, dan menelusuri interaksi di waktu sebelumnya, tentu akan lebih aman jika tiap-tiap anggota melakukan isolasi mandiri terlebih dahulu. 

    Pasalnya, isolasi mandiri masih merupakan salah satu cara yang disarankan untuk mengetahui ada tidaknya gejala virus tersebut.

    Tanpa isolasi mandiri, masih ada kemungkinan kamu terinfeksi setelah berkunjung ke berbagai tempat sebelum diberlakukannya social bubble tersebut.

    Bukan Satu-satunya Cara

    Beberapa ahli, menurut Popscience dan USAToday, menyebutkan bahwa adanya social bubble dapat menjadi cara pencegahan penyebaran infeksi Covid-19, namun perlu diingat bahwa ini bukanlah satu-satunya cara. 

    Social bubble ditujukan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang terjadi selama berada di rumah kala pandemi. 

    Agar kebutuhan interaksi tetap terpenuhi tanpa adanya risiko penularan yang besar, maka disarankanlah adanya social bubble.

    Tentu, jika kamu masih merasa bisa beraktivitas seperti biasa selama karantina, maka social bubble tidaklah perlu dilakukan. 

    Baca Juga: Hati-hati Stress Eating selama Pandemi! Ikuti 4 Cara Ini untuk Mengatasinya

    Nah, itulah penjelasan singkat dari Glints mengenai social bubble. Seperti yang disampaikan sebelumnya, terdapat cara lain untuk bisa tetap waras kala pandemi. 

    Kamu bisa mengetahui berbagai caranya dengan berlangganan newsletter Glints. Melalui newsletter, maka kamu akan mendapatkan berbagai informasi tersebut langsung di inbox-mu secara gratis.

    Tunggu apa lagi? Daftarkan dirimu sekarang!

    • Why social bubbles work to curb viruses and protect the population
    • How (and when) to put together a social bubble
    • How to Create a COVID-19 Social Bubble
    • How To Create a COVID Bubble and Why You Should Consider One

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 0 / 5. Jumlah vote: 0

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    covid-19 Kesehatan Kerja social bubble

    Comments are closed.

    Artikel Terkait

    • Dunia Kerja 8 Barang yang Bisa Dijadikan Investasi, Tak Hanya Saham dan Emas

      Arkan Perdana 14 Nov 2021
    • Dunia Kerja 5 Tips Ampuh Menghadapi Rasa Takut kepada Atasan

      Arkan Perdana 30 Okt 2021
    • Dunia Kerja Buku Fisik vs E-book: 7 Perbedaan Utama untuk Jadi Pertimbanganmu

      Arkan Perdana 30 Okt 2021
    • Dunia Kerja Mulai Menurunkan Rasa PD? Ini 5 Alasan Kamu Harus Segera Istirahat dari Media Sosial

      Arkan Perdana 16 Okt 2021
    Langganan untuk dapatkan info konten karier terbaru di emailmu
    Terima kasih sudah berlangganan! Nantikan info konten terbaru Glints di emailmu.
    Maaf, permintaanmu tidak bisa diproses. Silakan coba lagi.
    Kategori Topik
    • Tips Karier
    • Bidang Profesi
    • Konten Eksklusif
    • Kabar Glints
    Media Sosial
    • Facebook
    • Twitter
    • Instagram
    • LinkedIn
    Solusi Glints
    • Lowongan Kerja
    • Glints ExpertClass
    • Glints Community

    • Blog
      • Bidang Profesi
        • Marketing
        • Tech & Data
        • Media & Communications
        • Business Dev & Sales
        • Product
        • Design
      • Tips Karier
        • Mengawali Karier
        • Dunia Kerja
      • Konten Eksklusif
        • Artikel Expert
        • Panduan
        • Laporan
      • Dari Glints
        • Panduan Komunitas & Konten
        • Campaign Berlangsung
        • Kabar Produk
        • Kabar Glints
    • Lowongan Kerja
    • Glints ExpertClass
    • Glints Community



    • Dunia Kerja
    • Tips Karier

    Social Bubble, Solusi untuk Dapat Berinteraksi selama Pandemi?

    Diperbarui 07 Des 2020 - Dibaca 7 mnt
    Arkan Perdana He's a copy-turned-content writer who experienced in SEO and Marketing

    Isi Artikel

      Pandemi Covid-19 yang memaksa kita untuk karantina tentu membawa berbagai dampak bagi kesehatan mental. Perlunya manusia untuk bisa berinteraksi membuat social bubble menjadi solusi bagi permasalahan ini.

      Seperti diketahui, virus corona sangat mudah menginfeksi orang lain, terutama pada kerumunan yang melibatkan banyak orang. Maka sangat memungkinkan terjadinya persebaran virus yang cepat.

      Oleh karenanya, perlu adanya pembatasan interaksi agar kondisi mental tetap terjaga, dengan risiko penularan yang lebih kecil. 

      Memang, apa sebenarnya social bubble? Mengapa pula ini menjadi penting bagi pencegahan penyebaran virus corona?

      Pada artikel kali ini, Glints akan memberikan penjelasannya untukmu. Yuk, simak penjelasan lengkapnya!

      Baca Juga: Ketahui Cara Mencegah Penyebaran Corona (Covid-19) di Kantor

      Pengertian Social Bubble

      © USAToday.com

      Bersumber dari Hackensackmeridianhealth, social bubble adalah suatu kelompok tertutup untuk melakukan berbagai aktivitas atau interaksi terbatas dalam rangka mencegah penyebaran Covid-19.

      Beberapa pihak menyebutkan ini sebagai ‘social pod’ hingga ‘quaranteams’.

      Berbagai penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya social bubble, maka rantai penyebaran dapat terputus sehingga tingkat infeksinya dapat dikendalikan.

      Wajar saja, hal ini karena gelembung sosial ini membatasi interaksi hanya terjadi dengan orang-orang dalam gelembung tersebut saja. 

      Menurut para ahli, mengutip Everydayhealth, anggota dalam gelembung disarankan maksimal hingga 10 orang.

      Namun, para ahli lebih merekomendasikan bahwa anggota bubble ini adalah mereka yang tinggal di lingkungan sama, dengan umur yang tak jauh berbeda.

      Pasalnya, berbagai kesamaan ini mengurangi adanya risiko penularan karena mereka cenderung memiliki kebiasaan sama, sehingga lebih mudah untuk mengendalikan aktivitasnya.

      Baca Juga: Gangguan Depresi atau Corona Blues? Ini Cara Membedakannya

      Apa Saja yang Diperlukan?

      social bubble

      © Unsplash.com

      1. Riwayat kesehatan masing-masing

      Perlu diingat, bahwa tujuan dari dibentuknya social bubble ini adalah untuk membatasi interaksi dengan orang-orang tertentu untuk mengurangi penularan covid-19.

      Tentu, setiap orang tersebut perlu berada dalam kondisi yang sehat dan berdasarkan hasil tes tidak sedang terinfeksi. 

      Oleh karenanya, sebelum memutuskan untuk membentuk ini, maka dipastikan setiap individu sudah menjalani tes terlebih dahulu.

      Kemudian memeriksa riwayat kesehatan selama beberapa waktu terakhir agar kelompok yang dibentuk bisa benar-benar terhindar dari risiko penularan. 

      2. Interaksi yang terjadi sebelumnya

      Seperti melakukan penelusuran pada orang yang terinfeksi, sebelum membentuk gelembung ini pun perlu diketahui riwayat tiap-tiap anggota sebelumnya.

      Apakah mereka sempat berinteraksi dengan terduga corona, berada di zona merah, dan sebagainya.

      Hal ini tentu untuk meningkatkan rasa aman dan menjadikan gelembung yang dijadikan lebih efektif untuk mencegah corona. 

      3. Menentukan tempat yang dapat dikunjungi

      Hal lain yang perlu dilakukan nadalah menentukan tempat-tempat tertentu yang bisa dikunjungi. 

      Seperti yang disampaikan sebelumnya, social bubble memungkinkan mereka untuk bisa bepergian ke suatu tempat bersama untuk melakukan aktivitas.

      Bahkan, beberapa daerah juga sudah mulai melonggarkan pembukaan tempat publik seperti gelanggang olahraga, kafe, dan sebagainya.

      Meskipun begitu, tetap perlu adanya pembatasan tempat mana saja yang akan disambangi. Hal ini untuk mempermudah tracing jika kelompok terinfeksi virus. 

      4. Perlu isolasi mandiri terlebih dahulu

      Hal terakhir yang juga disarankan sebelum membentuk social bubble adalah melakukan isolasi mandiri terlebih dahulu selama dua minggu.

      Setelah melakukan tes, dan menelusuri interaksi di waktu sebelumnya, tentu akan lebih aman jika tiap-tiap anggota melakukan isolasi mandiri terlebih dahulu. 

      Pasalnya, isolasi mandiri masih merupakan salah satu cara yang disarankan untuk mengetahui ada tidaknya gejala virus tersebut.

      Tanpa isolasi mandiri, masih ada kemungkinan kamu terinfeksi setelah berkunjung ke berbagai tempat sebelum diberlakukannya social bubble tersebut.

      Bukan Satu-satunya Cara

      Beberapa ahli, menurut Popscience dan USAToday, menyebutkan bahwa adanya social bubble dapat menjadi cara pencegahan penyebaran infeksi Covid-19, namun perlu diingat bahwa ini bukanlah satu-satunya cara. 

      Social bubble ditujukan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang terjadi selama berada di rumah kala pandemi. 

      Agar kebutuhan interaksi tetap terpenuhi tanpa adanya risiko penularan yang besar, maka disarankanlah adanya social bubble.

      Tentu, jika kamu masih merasa bisa beraktivitas seperti biasa selama karantina, maka social bubble tidaklah perlu dilakukan. 

      Baca Juga: Hati-hati Stress Eating selama Pandemi! Ikuti 4 Cara Ini untuk Mengatasinya

      Nah, itulah penjelasan singkat dari Glints mengenai social bubble. Seperti yang disampaikan sebelumnya, terdapat cara lain untuk bisa tetap waras kala pandemi. 

      Kamu bisa mengetahui berbagai caranya dengan berlangganan newsletter Glints. Melalui newsletter, maka kamu akan mendapatkan berbagai informasi tersebut langsung di inbox-mu secara gratis.

      Tunggu apa lagi? Daftarkan dirimu sekarang!

      • Why social bubbles work to curb viruses and protect the population
      • How (and when) to put together a social bubble
      • How to Create a COVID-19 Social Bubble
      • How To Create a COVID Bubble and Why You Should Consider One

      Seberapa bermanfaat artikel ini?

      Klik salah satu bintang untuk menilai.

      Nilai rata-rata 0 / 5. Jumlah vote: 0

      Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

      We are sorry that this post was not useful for you!

      Let us improve this post!

      Tell us how we can improve this post?


      covid-19 Kesehatan Kerja social bubble

      Comments are closed.

      Artikel Terkait

      • Dunia Kerja 8 Barang yang Bisa Dijadikan Investasi, Tak Hanya Saham dan Emas

        Arkan Perdana 14 Nov 2021
      • Dunia Kerja 5 Tips Ampuh Menghadapi Rasa Takut kepada Atasan

        Arkan Perdana 30 Okt 2021
      • Dunia Kerja Buku Fisik vs E-book: 7 Perbedaan Utama untuk Jadi Pertimbanganmu

        Arkan Perdana 30 Okt 2021
      • Dunia Kerja Mulai Menurunkan Rasa PD? Ini 5 Alasan Kamu Harus Segera Istirahat dari Media Sosial

        Arkan Perdana 16 Okt 2021
      Langganan untuk dapatkan info konten karier terbaru di emailmu
      Terima kasih sudah berlangganan! Nantikan info konten terbaru Glints di emailmu.
      Maaf, permintaanmu tidak bisa diproses. Silakan coba lagi.
      Kategori Topik
      • Tips Karier
      • Bidang Profesi
      • Konten Eksklusif
      • Kabar Glints
      Media Sosial
      • Facebook
      • Twitter
      • Instagram
      • LinkedIn
      Solusi Glints
      • Lowongan Kerja
      • Glints ExpertClass
      • Glints Community

      • Blog
        • Bidang Profesi
          • Marketing
          • Tech & Data
          • Media & Communications
          • Business Dev & Sales
          • Product
          • Design
        • Tips Karier
          • Mengawali Karier
          • Dunia Kerja
        • Konten Eksklusif
          • Artikel Expert
          • Panduan
          • Laporan
        • Dari Glints
          • Panduan Komunitas & Konten
          • Campaign Berlangsung
          • Kabar Produk
          • Kabar Glints
      • Lowongan Kerja
      • Glints ExpertClass
      • Glints Community



      • Dunia Kerja
      • Tips Karier

      Social Bubble, Solusi untuk Dapat Berinteraksi selama Pandemi?

      Diperbarui 07 Des 2020 - Dibaca 7 mnt
      Arkan Perdana He's a copy-turned-content writer who experienced in SEO and Marketing

      Isi Artikel

        Pandemi Covid-19 yang memaksa kita untuk karantina tentu membawa berbagai dampak bagi kesehatan mental. Perlunya manusia untuk bisa berinteraksi membuat social bubble menjadi solusi bagi permasalahan ini.

        Seperti diketahui, virus corona sangat mudah menginfeksi orang lain, terutama pada kerumunan yang melibatkan banyak orang. Maka sangat memungkinkan terjadinya persebaran virus yang cepat.

        Oleh karenanya, perlu adanya pembatasan interaksi agar kondisi mental tetap terjaga, dengan risiko penularan yang lebih kecil. 

        Memang, apa sebenarnya social bubble? Mengapa pula ini menjadi penting bagi pencegahan penyebaran virus corona?

        Pada artikel kali ini, Glints akan memberikan penjelasannya untukmu. Yuk, simak penjelasan lengkapnya!

        Baca Juga: Ketahui Cara Mencegah Penyebaran Corona (Covid-19) di Kantor

        Pengertian Social Bubble

        © USAToday.com

        Bersumber dari Hackensackmeridianhealth, social bubble adalah suatu kelompok tertutup untuk melakukan berbagai aktivitas atau interaksi terbatas dalam rangka mencegah penyebaran Covid-19.

        Beberapa pihak menyebutkan ini sebagai ‘social pod’ hingga ‘quaranteams’.

        Berbagai penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya social bubble, maka rantai penyebaran dapat terputus sehingga tingkat infeksinya dapat dikendalikan.

        Wajar saja, hal ini karena gelembung sosial ini membatasi interaksi hanya terjadi dengan orang-orang dalam gelembung tersebut saja. 

        Menurut para ahli, mengutip Everydayhealth, anggota dalam gelembung disarankan maksimal hingga 10 orang.

        Namun, para ahli lebih merekomendasikan bahwa anggota bubble ini adalah mereka yang tinggal di lingkungan sama, dengan umur yang tak jauh berbeda.

        Pasalnya, berbagai kesamaan ini mengurangi adanya risiko penularan karena mereka cenderung memiliki kebiasaan sama, sehingga lebih mudah untuk mengendalikan aktivitasnya.

        Baca Juga: Gangguan Depresi atau Corona Blues? Ini Cara Membedakannya

        Apa Saja yang Diperlukan?

        social bubble

        © Unsplash.com

        1. Riwayat kesehatan masing-masing

        Perlu diingat, bahwa tujuan dari dibentuknya social bubble ini adalah untuk membatasi interaksi dengan orang-orang tertentu untuk mengurangi penularan covid-19.

        Tentu, setiap orang tersebut perlu berada dalam kondisi yang sehat dan berdasarkan hasil tes tidak sedang terinfeksi. 

        Oleh karenanya, sebelum memutuskan untuk membentuk ini, maka dipastikan setiap individu sudah menjalani tes terlebih dahulu.

        Kemudian memeriksa riwayat kesehatan selama beberapa waktu terakhir agar kelompok yang dibentuk bisa benar-benar terhindar dari risiko penularan. 

        2. Interaksi yang terjadi sebelumnya

        Seperti melakukan penelusuran pada orang yang terinfeksi, sebelum membentuk gelembung ini pun perlu diketahui riwayat tiap-tiap anggota sebelumnya.

        Apakah mereka sempat berinteraksi dengan terduga corona, berada di zona merah, dan sebagainya.

        Hal ini tentu untuk meningkatkan rasa aman dan menjadikan gelembung yang dijadikan lebih efektif untuk mencegah corona. 

        3. Menentukan tempat yang dapat dikunjungi

        Hal lain yang perlu dilakukan nadalah menentukan tempat-tempat tertentu yang bisa dikunjungi. 

        Seperti yang disampaikan sebelumnya, social bubble memungkinkan mereka untuk bisa bepergian ke suatu tempat bersama untuk melakukan aktivitas.

        Bahkan, beberapa daerah juga sudah mulai melonggarkan pembukaan tempat publik seperti gelanggang olahraga, kafe, dan sebagainya.

        Meskipun begitu, tetap perlu adanya pembatasan tempat mana saja yang akan disambangi. Hal ini untuk mempermudah tracing jika kelompok terinfeksi virus. 

        4. Perlu isolasi mandiri terlebih dahulu

        Hal terakhir yang juga disarankan sebelum membentuk social bubble adalah melakukan isolasi mandiri terlebih dahulu selama dua minggu.

        Setelah melakukan tes, dan menelusuri interaksi di waktu sebelumnya, tentu akan lebih aman jika tiap-tiap anggota melakukan isolasi mandiri terlebih dahulu. 

        Pasalnya, isolasi mandiri masih merupakan salah satu cara yang disarankan untuk mengetahui ada tidaknya gejala virus tersebut.

        Tanpa isolasi mandiri, masih ada kemungkinan kamu terinfeksi setelah berkunjung ke berbagai tempat sebelum diberlakukannya social bubble tersebut.

        Bukan Satu-satunya Cara

        Beberapa ahli, menurut Popscience dan USAToday, menyebutkan bahwa adanya social bubble dapat menjadi cara pencegahan penyebaran infeksi Covid-19, namun perlu diingat bahwa ini bukanlah satu-satunya cara. 

        Social bubble ditujukan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang terjadi selama berada di rumah kala pandemi. 

        Agar kebutuhan interaksi tetap terpenuhi tanpa adanya risiko penularan yang besar, maka disarankanlah adanya social bubble.

        Tentu, jika kamu masih merasa bisa beraktivitas seperti biasa selama karantina, maka social bubble tidaklah perlu dilakukan. 

        Baca Juga: Hati-hati Stress Eating selama Pandemi! Ikuti 4 Cara Ini untuk Mengatasinya

        Nah, itulah penjelasan singkat dari Glints mengenai social bubble. Seperti yang disampaikan sebelumnya, terdapat cara lain untuk bisa tetap waras kala pandemi. 

        Kamu bisa mengetahui berbagai caranya dengan berlangganan newsletter Glints. Melalui newsletter, maka kamu akan mendapatkan berbagai informasi tersebut langsung di inbox-mu secara gratis.

        Tunggu apa lagi? Daftarkan dirimu sekarang!

        • Why social bubbles work to curb viruses and protect the population
        • How (and when) to put together a social bubble
        • How to Create a COVID-19 Social Bubble
        • How To Create a COVID Bubble and Why You Should Consider One

        Seberapa bermanfaat artikel ini?

        Klik salah satu bintang untuk menilai.

        Nilai rata-rata 0 / 5. Jumlah vote: 0

        Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

        We are sorry that this post was not useful for you!

        Let us improve this post!

        Tell us how we can improve this post?


        covid-19 Kesehatan Kerja social bubble

        Comments are closed.

        Artikel Terkait

        • Dunia Kerja 8 Barang yang Bisa Dijadikan Investasi, Tak Hanya Saham dan Emas

          Arkan Perdana 14 Nov 2021
        • Dunia Kerja 5 Tips Ampuh Menghadapi Rasa Takut kepada Atasan

          Arkan Perdana 30 Okt 2021
        • Dunia Kerja Buku Fisik vs E-book: 7 Perbedaan Utama untuk Jadi Pertimbanganmu

          Arkan Perdana 30 Okt 2021
        • Dunia Kerja Mulai Menurunkan Rasa PD? Ini 5 Alasan Kamu Harus Segera Istirahat dari Media Sosial

          Arkan Perdana 16 Okt 2021
        Langganan untuk dapatkan info konten karier terbaru di emailmu
        Terima kasih sudah berlangganan! Nantikan info konten terbaru Glints di emailmu.
        Maaf, permintaanmu tidak bisa diproses. Silakan coba lagi.
        Kategori Topik
        • Tips Karier
        • Bidang Profesi
        • Konten Eksklusif
        • Kabar Glints
        Media Sosial
        • Facebook
        • Twitter
        • Instagram
        • LinkedIn
        Solusi Glints
        • Lowongan Kerja
        • Glints ExpertClass
        • Glints Community
        Scroll Up