Pandemi Covid-19 yang memaksa kita untuk karantina tentu membawa berbagai dampak bagi kesehatan mental. Perlunya manusia untuk bisa berinteraksi membuat social bubble menjadi solusi bagi permasalahan ini.
Seperti diketahui, virus corona sangat mudah menginfeksi orang lain, terutama pada kerumunan yang melibatkan banyak orang. Maka sangat memungkinkan terjadinya persebaran virus yang cepat.
Oleh karenanya, perlu adanya pembatasan interaksi agar kondisi mental tetap terjaga, dengan risiko penularan yang lebih kecil.
Memang, apa sebenarnya social bubble? Mengapa pula ini menjadi penting bagi pencegahan penyebaran virus corona?
Pada artikel kali ini, Glints akan memberikan penjelasannya untukmu. Yuk, simak penjelasan lengkapnya!
Baca Juga: Ketahui Cara Mencegah Penyebaran Corona (Covid-19) di Kantor
Pengertian Social Bubble
Bersumber dari Hackensackmeridianhealth, social bubble adalah suatu kelompok tertutup untuk melakukan berbagai aktivitas atau interaksi terbatas dalam rangka mencegah penyebaran Covid-19.
Beberapa pihak menyebutkan ini sebagai ‘social pod’ hingga ‘quaranteams’.
Berbagai penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya social bubble, maka rantai penyebaran dapat terputus sehingga tingkat infeksinya dapat dikendalikan.
Wajar saja, hal ini karena gelembung sosial ini membatasi interaksi hanya terjadi dengan orang-orang dalam gelembung tersebut saja.
Menurut para ahli, mengutip Everydayhealth, anggota dalam gelembung disarankan maksimal hingga 10 orang.
Namun, para ahli lebih merekomendasikan bahwa anggota bubble ini adalah mereka yang tinggal di lingkungan sama, dengan umur yang tak jauh berbeda.
Pasalnya, berbagai kesamaan ini mengurangi adanya risiko penularan karena mereka cenderung memiliki kebiasaan sama, sehingga lebih mudah untuk mengendalikan aktivitasnya.
Baca Juga: Gangguan Depresi atau Corona Blues? Ini Cara Membedakannya
Apa Saja yang Diperlukan?
1. Riwayat kesehatan masing-masing
Perlu diingat, bahwa tujuan dari dibentuknya social bubble ini adalah untuk membatasi interaksi dengan orang-orang tertentu untuk mengurangi penularan covid-19.
Tentu, setiap orang tersebut perlu berada dalam kondisi yang sehat dan berdasarkan hasil tes tidak sedang terinfeksi.
Oleh karenanya, sebelum memutuskan untuk membentuk ini, maka dipastikan setiap individu sudah menjalani tes terlebih dahulu.
Kemudian memeriksa riwayat kesehatan selama beberapa waktu terakhir agar kelompok yang dibentuk bisa benar-benar terhindar dari risiko penularan.
2. Interaksi yang terjadi sebelumnya
Seperti melakukan penelusuran pada orang yang terinfeksi, sebelum membentuk gelembung ini pun perlu diketahui riwayat tiap-tiap anggota sebelumnya.
Apakah mereka sempat berinteraksi dengan terduga corona, berada di zona merah, dan sebagainya.
Hal ini tentu untuk meningkatkan rasa aman dan menjadikan gelembung yang dijadikan lebih efektif untuk mencegah corona.
3. Menentukan tempat yang dapat dikunjungi
Hal lain yang perlu dilakukan nadalah menentukan tempat-tempat tertentu yang bisa dikunjungi.
Seperti yang disampaikan sebelumnya, social bubble memungkinkan mereka untuk bisa bepergian ke suatu tempat bersama untuk melakukan aktivitas.
Bahkan, beberapa daerah juga sudah mulai melonggarkan pembukaan tempat publik seperti gelanggang olahraga, kafe, dan sebagainya.
Meskipun begitu, tetap perlu adanya pembatasan tempat mana saja yang akan disambangi. Hal ini untuk mempermudah tracing jika kelompok terinfeksi virus.
4. Perlu isolasi mandiri terlebih dahulu
Hal terakhir yang juga disarankan sebelum membentuk social bubble adalah melakukan isolasi mandiri terlebih dahulu selama dua minggu.
Setelah melakukan tes, dan menelusuri interaksi di waktu sebelumnya, tentu akan lebih aman jika tiap-tiap anggota melakukan isolasi mandiri terlebih dahulu.
Pasalnya, isolasi mandiri masih merupakan salah satu cara yang disarankan untuk mengetahui ada tidaknya gejala virus tersebut.
Tanpa isolasi mandiri, masih ada kemungkinan kamu terinfeksi setelah berkunjung ke berbagai tempat sebelum diberlakukannya social bubble tersebut.
Bukan Satu-satunya Cara
Beberapa ahli, menurut Popscience dan USAToday, menyebutkan bahwa adanya social bubble dapat menjadi cara pencegahan penyebaran infeksi Covid-19, namun perlu diingat bahwa ini bukanlah satu-satunya cara.
Social bubble ditujukan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang terjadi selama berada di rumah kala pandemi.
Agar kebutuhan interaksi tetap terpenuhi tanpa adanya risiko penularan yang besar, maka disarankanlah adanya social bubble.
Tentu, jika kamu masih merasa bisa beraktivitas seperti biasa selama karantina, maka social bubble tidaklah perlu dilakukan.
Baca Juga: Hati-hati Stress Eating selama Pandemi! Ikuti 4 Cara Ini untuk Mengatasinya
Nah, itulah penjelasan singkat dari Glints mengenai social bubble. Seperti yang disampaikan sebelumnya, terdapat cara lain untuk bisa tetap waras kala pandemi.
Kamu bisa mengetahui berbagai caranya dengan berlangganan newsletter Glints. Melalui newsletter, maka kamu akan mendapatkan berbagai informasi tersebut langsung di inbox-mu secara gratis.
Tunggu apa lagi? Daftarkan dirimu sekarang!