Native Advertising: Memasang Iklan dengan Tampilan yang User-Friendly

Diperbarui 16 Des 2020 - Dibaca 10 mnt

Isi Artikel

    Iklan dengan format banner sering kali menutupi konten sehingga menjadi gangguan bagi user. Salah satu solusi untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan memasang native advertising.

    Bagi kamu yang terjun ke dalam dunia digital marketing, tentu sudah tidak asing lagi dengan istilah yang satu ini.

    Native advertising menjadi opsi yang tepat bagi marketer untuk memasang iklan online.

    Pasalnya, dengan memasang iklan native hal tersebut akan mengurangi gangguan yang dialami oleh user saat berselancar di internet.

    Lalu, seperti apa pengertiannya? Apa saja jenis-jenis iklan yang bisa digunakan? Jangan khawatir, dalam artikel ini Glints akan menjelaskannya kepadamu.

    Apa Itu Native Advertising?

    native advertising adalah

    © Freepik.com

    Native advertising dinilai lebih ramah untuk dilihat dibandingkan dengan iklan banner.

    Dilansir dari Share Through, native advertising adalah bentuk media berbayar, di mana iklan yang ditampilkan mengikuti format sesuai platform atau layout media placement, mulai dari jenis font iklan hingga bentuk gambar atau video.

    Dalam digital marketing, bentuk iklan ini sering kali dimanfaatkan oleh marketer untuk mendapatkan jangkauan pelanggan yang luas.

    Mengapa demikian? Sebab, iklan ini mempunyai experience atau pengalaman yang bagus bagi pengguna internet.

    Bahkan, bagi orang yang melihat native advertising rasanya seperti bukan melihat iklan pada umumnya, melainkan terlihat seperti konten.

    Sebagai contoh, bentuk native advertising yang mungkin sering kali kamu jumpai adalah konten yang dilabeli “Ads” atau “Sponsored” saat melakukan pencarian di halaman Google.

    Selain itu, contoh native ads lainnya bisa kamu temukan di media sosial seperti Twitter, Facebook, Instagram, dan lain-lain.

    Saat kamu menemukan konten yang dilabeli “promoted content”, hal itu disebut sebagai native ads.

    Baca Juga: Online Advertising vs Offline Advertising, Mana yang Lebih Efektif?

    Jenis-Jenis Native Advertising

    native advertising adalah

    © Freepik.com

    Nah, sekarang kita sudah tahu bahwa native advertising adalah media iklan berbayar yang tampilannya sangat user-friendly.

    Iklan native ini ternyata memiliki beragam jenis, lho. Kamu bisa menggunakan salah satu jenisnya untuk dipasangkan sebagai iklan.

    1. Promoted listings

    Dilansir dari Forbes, promoted listings adalah salah satu jenis native advertising yang sering kali kamu jumpai di situs e-commerce.

    Biasanya, jenis iklan ini akan menampilkan produk bersponsor dan ditempatkan sesuai kategori.

    Sebagai contoh, kamu membuka situs Amazon dan mencari-cari barang elektronik.

    Nantinya, di halaman tersebut juga akan muncul produk elektronik yang bersponsor. Itulah yang disebut sebagai promoted listings.

    Hal ini dilakukan untuk membuat produk jadi lebih dikenal oleh pelanggan.

    2. Paid search ads

    Jenis native advertising yang satu ini adalah jenis yang sering kali kamu temukan di halaman pencarian Google.

    Ketika ada konten yang dilabeli “Ads” atau “Sponsored” di halaman pencarian Google, itu disebut sebagai paid search ads.

    Biasanya, jenis iklan ini muncul di peringkat teratas Google. Meskipun hampir terlihat seperti konten organik, kamu harus membayar ke Google untuk menampilkan paid search ads.

    Baca Juga: Organic Traffic: Lalu Lintas Gratis yang Bisa Didapatkan oleh Website

    3. In-feed units

    Pasti kamu pernah menemukan konten bersponsor yang muncul di landing page suatu situs atau bahkan di timeline media sosial. Nah, itu disebut sebagai in-feed units

    In-feed units adalah jenis native advertising yang sangat user-friendly. Sebab, iklan yang ditampilkan disesuaikan dengan user experience.

    4. In-ad with native elements

    Jenis iklan yang satu ini juga mungkin sering kali kamu jumpai di situs web. Hanya saja, iklan ini akan menyesuaikan publisher atau situs web yang ada.

    Jadi, bisa dinilai ad with native elements ini tidak mengganggu tampilan layar saat kamu berselancar di internet.

    5. Content recommendation engine widgets

    Menurut Forbes, jenis iklan yang satu ini akan sering kamu temukan di akhir artikel pada suatu website. Biasanya, di akhir artikel ada tulisan “Direkomendasikan untuk Anda”.

    Biasanya, konten-konten yang direkomendasikan adalah konten-konten yang mungkin kamu sukai.

    Nah, iklan ini cocok digunakan bagi marketer yang menggunakan content marketing untuk meningkatkan brand dan memperoleh prospek.

    Pasalnya, recommendation widgets akan memudahkanmu dalam mendapatkan traffic dari situs web orang lain.

    6. Custom ad

    Dilansir dari Zirca, custom ad atau iklan khusus adalah iklan kontekstual yang tidak selalu sesuai dengan format tertentu.

    Contohnya adalah filter pada Instagram atau Snapchat. Membuat filter baru adalah salah satu contoh iklan khusus.

    Meskipun filter juga merupakan media berbayar, kamu tidak perlu khawatir karena tampilannya akan menyesuaikan interface aplikasinya sehingga ramah terhadap pengguna.

    Baca Juga: Ini Dia 6 Skill yang Dibutuhkan dalam Bidang Advertising

    Itu dia penjelasan singkat mengenai native advertising beserta jenis-jenisnya. 

    Pada dasarnya, native advertising adalah media berbayar yang dapat dimanfaatkan marketer untuk menjangkau traffic yang tinggi.

    Jika ingin tahu lebih lanjut mengenai dunia advertising ataupun marketing, kamu bisa langsung mendapatkan informasi-informasinya dari Glints secara gratis.

    Caranya, kamu tinggal berlangganan newsletter blog Glints sekarang juga. Nanti, informasinya akan langsung dikirimkan ke inbox emailmu.

    Mudah, bukan? Yuk, segera sign up dan dapatkan informasi menarik lainnya!

      Seberapa bermanfaat artikel ini?

      Klik salah satu bintang untuk menilai.

      Nilai rata-rata 4.2 / 5. Jumlah vote: 5

      Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

      We are sorry that this post was not useful for you!

      Let us improve this post!

      Tell us how we can improve this post?


      Comments are closed.

      Artikel Terkait