Mental Accounting: Arti, Pentingnya, Contoh, dan Cara Menghindari

Diperbarui 23 Okt 2023 - Dibaca 9 mnt

Isi Artikel

    Apakah kamu tipe yang menyimpan semua uangmu di satu rekening atau membaginya dalam beberapa rekening berdasarkan kegunaannya? Nah, hal tersebut adalah bentuk mental accounting.

    Bias pada behavioral finance atau kebiasaannya dalam mengelola keuangan ini membuat kamu mengalokasikan dana untuk subjek tertentu.

    Setiap orang akan memiliki pemikiran yang berbeda tentang keuangan. Hal ini juga menyebabkan adanya perbedaan kebiasaan berbelanja dan menabung.

    Memahami konsep dari mental accounting akan membantu kamu merubah bagaimana kamu berpikir dan mengambil keputusan tentang keuangan.

    Nah, apa itu mental accounting? Yuk, simak selengkapnya di bawah ini!

    Arti Mental Accounting

    Mental accounting adalah proses dan cara seseorang menyimpan, membelanjakan, dan menginvestasikan uangnya, menurut Indeed,

    Sementara Investopedia mengartikan mental accounting sebagai kondisi saat seseorang menempatkan nilai-nilai berbeda pada jumlah uang yang sama berdasarkan kriteria subjektif dan seringkali hasilnya merugikan.

    Teori mental accounting ini adalah bagian dari behavioral economic dan pertama kali diperkenalkan oleh Richard Thaler First pada tahun 1999 melalui Journal of Behavioral Decision Making.

    Konsep yang dijelaskan pada mental accounting adalah bagaimana kepercayaan dan proses berpikir seseorang tentang uang akan mengarah pada behavioral finance yang kurang baik.

    Mental accounting membuat seseorang menetapkan sejumlah uang pada kategori pengeluaran tertentu, memisahkannya pada rekening berbeda, serta menolak pemindahan alokasi dana untuk kategori lain.

    Cara berpikir ini berasal dari ketidakpercayaan bahwa uang itu bernilai sama di manapun kamu menyimpannya.

    Hal ini memang akan membantu mengontrol pengeluaran, namun jika seseorang bergantung pada cara ini secara eksklusif, kemungkinan gagal mengoptimalkan dana akan sangat besar.

    Baca Juga: 15 Cara Mencapai Kebebasan Finansial untuk Milenial

    Pentingnya Memahami Mental Accounting

    Memahami mental accounting menjadi penting karena beberapa hal berikut:

    1. Membatasi pandangan individu terhadap kondisi keuangan mereka

    Mental accounting adalah salah satu penyebab individu tidak bisa melihat kondisi keuangan secara lebih luas. 

    Saat seseorang melihat uang yang mereka miliki secara eksklusif untuk kategori tertentu saja, maka besar kemungkinan akan sulit menghadapi krisis keuangan.

    Contohnya, kamu memiliki ‘mental account’ untuk alokasi dana hangout setiap Sabtu malam. Ini akan membuat keputusan kamu menghabiskan uang tersebut lebih mudah.

    Tapi, secara bersamaan ini akan membuat kamu kehilangan kontrol dan evaluasi apakah uang yang kamu keluarkan untuk hangout tersebut masih pada batas wajar.

    2. Membuat seseorang percaya taktik pemasaran

    Saat seseorang terlibat dalam mental accounting, maka ia akan cenderung lebih percaya pada taktik pemasaran.

    Contohnya, mereka mungkin akan membayar suatu produk yang disebut mewah dengan jumlah uang besar. 

    Mereka bisa membeli barang mahal karena salah satu ‘mental account’ memiliki dana yang cukup, tanpa memerhatikan kondisi keuangan secara menyeluruh.

    3. Mendukung sunk-cost fallacy

    Sunk-cost fallacy adalah kebiasaan untuk terlibat pada suatu perilaku yang berlanjut.

    Contohnya adalah dana hangout tiap Sabtu tersebut.

    Tanpa membatasi dan memikirkan berapa banyak yang kamu pakai, keputusan keuanganmu akan berdampak pada masa depan dan sulit diperbaiki.

    Jika seseorang memahami mental accounting dengan baik, maka mereka akan berpikir tentang dampak jangka panjang pada setiap keputusan keuangan.

    Hal ini akan membantu kamu untuk menghindari sunk-cost fallacy dan membuat keputusan yang tepat.

    Baca Juga: Raih Keuntungan Secara Finansial, Begini Ragam Manfaat Investasi

    Contoh Mental Accounting

    Kasus yang sering terjadi pada seseorang karena mental accounting adalah ketakutan untuk berinvestasi. 

    Contoh: 

    Aidan telah bekerja pada sebuah startup yang bergerak di bidang agrikultur selama beberapa tahun sebagai software engineer.

    Dalam waktu 5 tahun tersebut, dia telah berhasil menabung sebanyak Rp100 juta.

    Saat ini, penghasilan Aidan setiap bulan adalah Rp12 juta, di mana uang tersebut ia alokasikan:

    • Rp3,5 juta untuk sewa apartemen dan utilitasnya
    • Rp2,5 juta untuk makan
    • Rp500 ribu untuk transportasi umum
    • Rp1 juta untuk hiburan dan kebutuhan
    • Rp500 ribu untuk asuransi kesehatan
    • Rp4 juta untuk ditabung

    Aidan ingin investasi saham, namun takut karena ia merasa uang yang telah ia simpan harus ada di rekening tersebut agar ia merasa aman. 

    Selain itu, ia juga berpikir bahwa tidak bisa menyimpang dari pengeluaran yang telah ia tetapkan per kategori.

    Pada kasus ini, mental accounting telah menyebabkan Aidan menempatkan uangnya pada rekening khusus karena ia yakin hal tersebut tidak dapat diubah.

    Akibatnya, ia kehilangan kesempatan untuk berinvestasi dan mendapatkan keuntungan jangka panjang. 

    Cara Menghindari Mental Accounting

    Berikut adalah tahapan untuk menghindari mental accounting:

    1. Buat anggaran/budget

    Alih-alih melakukan pelacakan pada pengeluaran dan kebiasaan menabung, cobalah untuk menuliskan anggaran atau budget kamu.

    Mulailah dengan menuliskan pengeluaran normal untuk satu bulan dan tentukan di mana kamu perlu melakukan perubahan untuk memenuhi kebutuhan dasar.

    Rencana anggaran ini juga lebih baik diceritakan kepada orang terdekat agar kamu memiliki pengingat sekaligus agar mereka memahami rencana keuangan yang kamu buat.

    2. Gunakan cash untuk pengeluaran yang besar

    Saat akan mengeluarkan uang dalam jumlah besar, menggunakan cash dari akun tabungan akan lebih baik. 

    Banyak orang yang masih menggunakan kartu kredit untuk melakukan pembayaran yang besar, padahal memiliki uang di rekening tabungan. 

    Menggunakan kartu kredit akan membuat tabungan kamu tetap ada, tapi bisa menjebak dengan bunga dan utang.

    3. Lacak investasi secara keseluruhan

    Banyak investor yang melakukan investasi pada berbagai kategori yang memiliki risiko berbeda-beda.

    Akan lebih baik untuk mengambil keputusan investasi saat kamu mengetahui kondisi investasi secara keseluruhan. 

    Baca Juga: Pahami Investasi Jangka Panjang Agar Bisa Kaya di Hari Tua

    Itu dia informasi tentang mental accounting.

    Pada kondisi ekonomi yang tidak menentu, penting untuk memahami bagaimana mental accounting bekerja agar kamu bisa membuat keputusan keuangan yang lebih baik.

    Untuk mendapatkan banyak pengetahuan terkait keuangan, Glints sudah siapkan berbagai artikel terkait untuk kamu, lho! 

    Yuk, dapatkan dan baca ragam artikel lainnya di sini!

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 3.7 / 5. Jumlah vote: 7

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Artikel Terkait