Emotional Spending: Apa Itu, Tanda, Cara Menghentikannya
Isi Artikel
Sadar atau tidak, emotional spending adalah salah satu hal yang pasti pernah kamu lakukan apalagi jika memang punya hobi belanja.
Pernahkah kamu merasa tidak bisa menahan keinginan untuk belanja suatu barang, tetapi akhirnya tetap melakukan pembelian?
Setelah dipikirkan lagi ternyata barang yang kamu beli tidak terlalu dibutuhkan hingga akhirnya merasa menyesal.
Meski begitu, kamu tetap melakukan kebiasaan itu lagi dan lagi sehingga menghabiskan banyak uang untuk membeli barang yang tidak terlalu penting.
Nah, kebiasaan itu disebut emotional spending karena kamu hanya membeli suatu barang hanya karena berlandaskan emosi saja.
Apa Itu Emotional Spending?
Di atas sudah dijelaskan sedikit bahwa emotional spending adalah kebiasaan membeli barang hanya karena didorong emosi dan bukannya kebutuhan.
Sementara itu, menurut The Balance, emotional spending adalah tindakan membeli sesuatu yang hanya berdasarkan perasaan dan bukan karena logika atau kebutuhan.
Emotional spending memang bisa terasa menyenangkan. Bahkan, sering kita beranggapan bahwa hal yang satu ini sangat wajar dilakukan karena sebagai bentuk reward untuk diri sendiri.
Jika dilakukan sekali dua kali tentunya masih sangat wajar. Akan tetapi, saat emotional spending telah menjadi kebiasaan tentunya sangat tidak baik bagi keuangan.
Kamu akan menjadi lebih boros dan tidak bisa menabung karena uang akan selalu habis untuk dibelanjakan benda-benda yang kurang dibutuhkan.
Tanda-Tanda Emotional Spending
Setelah mengetahui definisi dari emotional spending, sekarang cari tahu dulu apa saja tanda-tandanya di bawah ini.
1. Belanja jadi pelarian dari masalah
Setiap orang pasti pernah menghadapi masalah pada kehidupannya. Saat masalah tersebut belum bisa diatasi, biasanya mereka akan melakukan segala cara untuk lari dari masalah.
Cara menghadapi masalah dari setiap orang tentunya berbeda. Ternyata, ada cukup banyak orang yang menjadikan emotional spending menjadi pelarian dari masalah.
Hal itu membuat mereka merasa lebih bahagia dan tenang saat berbelanja. Menurut US News, kebahagiaan dan kepuasan dari emotional spending itu hanya sesaat saja.
Oleh karena itu, jangan pernah menjadikan emotional spending sebagai pelarian dari masalah. Pasalnya, hal itu akan melahirkan masalah lainnya khususnya di sisi keuangan.
2. Belanja saat sedang merasa sendirian
Bagi sebagian orang, emotional spending adalah kegiatan yang tidak bisa dihindari saat sedang merasa sendirian dan bosan.
Saat sedang bosan dan sendirian, memang kita akan cenderung menggunakan smartphone untuk mencari hiburan.
Namun, bagi pecinta belanja, hiburan di sini bukanlah menonton film atau mendengarkan musik. Bagi mereka, hiburannya adalah dengan membuka e-commerce dan belanja.
Mengisi waktu dengan membuka toko online favorit memang akan terasa menyenangkan. Namun, jika kamu tidak bisa menahan keinginan untuk berbelanja, hal itu bisa merugikan diri sendiri.
Jika kamu memang lebih sering belanja saat sedang bosan dan sendirian, bisa disimpulkan bahwa kamu telah memiliki tanda dari emotional spending.
3. Menghabiskan uang jadi satu-satunya cara merayakan kebahagiaan
Merayakan kebahagiaan bisa dilakukan dengan berbagai macam cara.
Misalnya, ketika baru saja mendapatkan promosi di tempat kerja, tentunya kamu ingin berbagi kebahagiaan dengan teman terdekat, kan?
Tidak ada salahnya mentraktir orang terdekat saat sedang merayakan kebahagiaan. Pastinya, hal itu akan membuat rasa bahagiamu menjadi berlipat ganda.
Namun, menurut Bustle, saat merayakan kebahagian dilakukan dengan terus-menerus menghabiskan uang, hal itu bukanlah hal yang baik.
Pasalnya, kebiasaan menghabiskan uang tersebut nantinya akan menjadi suatu ketergantungan.
Oleh karena itu, hal tersebut bisa dikatakan adalah salah satu tanda dari emotional spending.
Kamu tidak akan bisa merayakan kebahagiaan dengan melakukan hal yang sederhana karena semuanya dinilai dari uang.
Jika sudah begitu, tentunya kamu akan jadi sangat boros karena akan selalu mengeluarkan uang untuk bersenang-senang dengan dalih sebagai reward untuk diri sendiri.
4. Belanja hanya demi mengikuti tren
Tanda selanjutnya dari seseorang yang punya kebiasaan emotional spending adalah dengan belanja hanya demi mengikuti tren saja.
Belanja hanya karena tren tentu tidak akan habisnya. Hal itu disebabkan tren akan selalu berganti dengan cepat.
Tidak hanya tren pakaian saja, teknologi juga begitu. Jika terus mengikuti perkembangan tren terbaru, tentunya kamu harus mengeluarkan banyak uang.
Negative Net Worth menyebutkan bahwa belanja hanya demi memiliki barang terbaru yang sedang dibicarakan adalah tanda dari emotional spending.
Barang tersebut sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan, tetapi tetap dibeli karena tidak mampu mengontrol diri. Jadi, biasanya penyesalan pun akan datang menghampiri.
Cara Menghentikan Emotional Spending
Menurut MintLife dan Very Well Mind, berikut adalah beberapa cara untuk menghentikan emotional spending.
1. Ketahui trigger emosionalmu
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, emotional spending didasari oleh emosi yang mendorongmu untuk berbelanja, bukan berdasarkan kebutuhan.
Sehingga, ketika kamu akan berbelanja, tanyakan pada diri sendiri alasanmu melakukannya.
Dengan begitu, kamu bisa tahu apakah dirimu berbelanja karena kebutuhan atau akibat dorongan emosional semata.
2. Berhenti sejenak dan ambil napas
Cara lain untuk tidak emotional spending adalah dengan berhenti sejenak dan mengambil napas ketika tanda-tandanya muncul.
Kamu bisa mencoba untuk berbicara ke orang lain atau menulis jurnal sebagai upaya menghentikan emotional spending.
Untuk mencegah pembelian impulsif, cobalah menunggu selama seminggu sebelum membeli sesuatu yang diincar.
3. Hapus aplikasi belanja online dan newsletter
Menghilangkan godaan juga menjadi cara yang ampuh untuk menghentikan emotional spending.
Sehingga, menghapus aplikasi e-commerce, unsubscribe ke berbagai email newsletter, hingga menghindari tempat belanja adalah beberapa cara yang bisa dilakukan.
Adanya usaha lebih untuk men-download dan log in ke aplikasi e-commerce dapat membuatmu menjadi enggan berbelanja secara impulsif.
4. Cari dan coba teknik coping yang lain
Mencari dan mencoba beragam teknik coping juga adalah salah satu cara yang ampuh untuk berhenti melakukan emotional spending.
Ketika kamu merasa tertekan dan muncul keinginan membeli barang baru, cobalah untuk menangani dorongan tersebut dengan melakukan suatu hal yang menyenangkan.
Misalkan, kamu bisa mencoba memulai proyek kreatif atau berolahraga.
Apabila kamu masih kebingungan mencari hobi, cari cara lain untuk menghadiahi diri sendiri tanpa menjadi boros.
5. Simpan kartu kredit di rumah
Ketika diajak untuk menghadiri suatu acara yang membuatmu harus mengeluarkan uang, simpan kartu kreditmu di rumah.
Ambil sejumlah uang yang cukup dan jangan bawa lebih.
Dengan begitu, ketika ada dorongan untuk melakukan emotional spending, kamu tidak bisa melakukannya karena uangmu sudah habis atau dipakai untuk hal lain.
6. Cek kondisi keuangan secara rutin
Mengecek kondisi keuangan secara rutin juga adalah cara ampuh untuk membuatmu berhenti melakukan emotional spending.
Kamu bisa melakukannya per minggu atau per bulan. Catat untuk apa saja pengeluaranmu dan berapa sisa uang yang dimiliki.
Melakukan hal ini membuatmu menjadi rasional ketika akan mengeluarkan uang.
Emotional spending bisa terjadi pada siapa pun karena pasti ada saatnya kita tidak mampu mengontrol keinginan untuk belanja suatu barang.
Namun, emotional spending tidak bisa terus dibiarkan karena akan merugikan diri sendiri. Bahkan, tidak sedikit orang yang akhirnya terlilit utang karena hal yang satu ini.
Jadi, cobalah selalu bijak saat menggunakan uang dan jangan sampai terjebak dalam kebiasaan yang merugikan.
Selain artikel ini, kamu bisa mendapatkan tips dan informasi lainnya seputar mengatur keuangan hanya dengan berlangganan newsletter dari Glints.
Yuk, buat akun Glints sekarang juga dan segera dapatkan beragam info paling update serta terpercaya langsung ke inbox-mu.