Growth Investing, Strategi Investasi Tak Peduli Harga Saham Murah Atau Mahal
Isi Artikel
Growth investing adalah strategi investasi yang berfokus pada potensi pertumbuhan sebuah bisnis.
Jika memilih strategi ini, investor tak mempedulikan apakah harga sahamnya murah atau mahal.
Yang penting, perusahaan tersebut memiliki potensi untuk terus berkembang di masa yang akan datang.
Harapannya, harga sahamnya pun akan ikut naik dan keuntungannya bisa menjadi berlipat ganda dalam beberapa tahun.
Nah, untuk memahami strategi investasi ini lebih lanjut, yuk, simak penjelasan Glints di bawah ini.
Apa Itu Growth Investing?
Investopedia mendeskripsikan growth investing sebagai gaya atau strategi investasi yang fokusnya adalah meningkatkan modal investor.
Dalam strategi ini, growth investor akan berinvestasi growth stock.
Growth stock adalah saham perusahaan baru atau yang masih memiliki skala kecil.
Akan tetapi, perusahaan ini harus berpotensi mengalami peningkatan di atas rata-rata dari yang lainnya di sektor bisnisnya.
Tentunya, jika uang seorang growth investor diinvestasikan pada perusahaan yang tepat, keuntungan yang didapatkan dari investasi tersebut akan sangat besar.
Akan tetapi, strategi ini pun pasti memiliki risiko apabila pemilihan perusahaan untuk investasinya tidak bertumbuh sesuai harapan.
Bahkan, risiko strategi investasi ini dinilai cukup tinggi.
Pertimbangan Growth Investing
Sebelum seorang investor menanamkan modalnya pada suatu perusahaan, tentunya ada hal-hal yang perlu dipertimbangkan.
Nah, ada setidaknya lima faktor utama yang perlu dipertimbangkan untuk mengevaluasi growth stock, yaitu:
1. Historical earning growth
Perusahaan yang ideal untuk growth investing adalah yang memiliki earning growth stabil selama lima hingga 10 tahun ke belakang.
Pertumbuhan EPS yang baik berbeda-beda, tergantung ukuran perusahaannya.
Jika valuasinya lebih dari 4 miliar dolar AS, maka pertumbuhannya harus paling tidak 5%.
Jika ukurannya kurang lebih 400 juta dolar AS hingga 4 miliar AS, pertumbuhan idealnya adalah 7%.
Sementara, untuk perusahaan yang lebih kecil dari itu, pertumbuhannya harus paling tidak 12%.
2. Future/forward earning growth
Perusahaan mengumumkan pendapatannya per kuartal atau per tahun.
Biasanya, equity analyst akan juga melaporkan earnings estimates atau perkiraan pendapatan suatu perusahaan sebelum pengumuman resminya.
Kalau pertumbuhannya di atas rata-rata sektor industri, perusahaan tergolong baik untuk growth investing.
3. Profit margin
Profit margin adalah angka yang diperoleh dengan mengurangi pengeluaran (tanpa mengikutsertakan biaya pajak) untuk penjualan dan dibagi dengan hasil penjualannya itu sendiri.
Ini juga dikenal sebagai pretax profit margin.
Jika sebuah perusahaan menunjukkan peningkatan pretax profit margin dari tahun ke tahun, ia boleh dipertimbangkan untuk growth investing.
4. Return on equity (ROE)
ROE adalah nilai yang diperoleh dari pembagian net income dengan shareholder equity.
Kalau terus meningkat, berarti manajemen perusahaannya bagus dan keuntungan stabil terus didapatkan dari tahun ke tahun.
Dengan begitu, bisnisnya efisien dan potensial untuk investasi.
5. Stock performance
Jika harga saham suatu perusahaan meningkat paling tidak dua kali lipat dalam lima tahun, berarti ini adalah kandidat growth investing yang baik.
Peningkatan menunjukkan adanya paling tidak 15% growth rate, yang dinilai sangat besar.
Tips Growth Investing
1. Riset
Riset adalah hal yang wajib dilakukan sebelum melakukan growth investing.
Untuk meminimalkan risiko kerugian, analisis fundamental dan indikator-indikator lainnya perlu dilakukan seperti yang sudah sedikit dijelaskan sebelumnya.
2. Bersabar setelah memilih satu saham
Setelah menentukan satu perusahaan yang paling cocok dan potensial, investasikan uangmu dan bersabarlah untuk melihat keuntungan dari keputusan tersebut.
Menurut Business Insider, kamu perlu menunggu paling tidak satu tahun untuk melihat hasil dari investasi ini.
3. Cari potensi dominasi market
Salah satu tips investasi tipe ini adalah mencari perusahaan yang memiliki potensi untuk mendominasi pasar, misalnya sektor teknologi.
Sahamnya biasanya berkembang pesat karena memproduksi produk disruptif.
Hal ini meningkatkan potensi dominasi pasar secara signifikan.
Pasalnya, perusahaan jenis ini biasanya memiliki pertumbuhan pendapatan yang pesat, produk yang unik, business model yang bagus, dan cepat berkembang.
4. Diversifikasi
Ketika keuntunganmu sudah semakin meningkat, diversifikasi portofolio adalah hal yang bisa kamu lakukan.
Diversifikasi merupakan strategi untuk mengurangi dampak kerugian.
Berinvestasilah pada perusahaan dan industri yang berbeda.
Coba juga investasi di perusahaan-perusahaan dengan ukuran yang berbeda dan dengan likuiditas yang beragam.
Itulah serba-serbi strategi growth investing yang perlu kamu ketahui.
Cukup menarik, ya? Apakah menurutmu kamu cocok menjadi seorang growth investor?
Untuk belajar lebih lanjut tentang keuangan, kamu bisa ikut kelas di Glints ExpertClass, lho.
Dengan begitu, kamu bisa mengelola aset-asetmu dengan lebih bijak dan mempersiapkan diri lebih baik untuk berinvestasi.
Yuk, cek kelas-kelas online-nya yang dibawakan oleh para profesional di sini.
Jangan sampai terlewat, ya!