5 Gaya Pengambilan Keputusan dan Beragam Karakteristik Uniknya

Diperbarui 17 Mar 2021 - Dibaca 7 mnt

Isi Artikel

    Setiap orang memiliki model atau gaya pengambilan keputusan yang berbeda, perlu diingat tidak ada model yang baik maupun buruk.

    Semuanya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Adapun setiap model hanya cocok diterapkan dalam situasi-situasi tertentu.

    Dalam artikel ini, Glints akan mengupas tuntas lima gaya pengambilan keputusan yang dicetuskan oleh Dan Lovallo dan Olivier Sibony.

    Mereka mengelompokkan gaya-gaya ini berdasarkan proses decision making, informasi yang dianalisis, risiko, aspirasi, dan keseimbangan keputusan.

    Baca Juga: Coba Metode Decision Tree bagi Kamu yang Sulit Ambil Keputusan

    1. Visionary

    model pengambilan keputusan

    © Freepik.com

    Seseorang dengan model pengambilan keputusan visionary selalu fokus pada inti masalah.

    Mereka tidak banyak mendengar pendapat atau informasi dari orang lain, melainkan mengandalkan intuisinya sendiri.

    Hasilnya, mereka selalu cepat dalam mengambil keputusan.

    Model yang satu ini memang cocok diterapkan ketika ada krisis manajemen. Namun, jika dilakukan terus-menerus, hasilnya tidak akan baik.

    Keputusan hanya diambil berdasarkan keyakinan diri sendiri. Jadi, bisa dibilang keputusan tersebut sangat subjektif.

    2. Guardian

    gaya pengambilan keputusan

    © Freepik.com

    Kebalikan dari visionary, gaya pengambilan keputusan guardian bisa dibilang lambat.

    Hal ini terjadi karena orang-orang yang menerapkan gaya ini lebih fokus pada pengumpulan informasi. Mereka mengumpulkan informasi dan fakta sebanyak-banyaknya untuk memperluas pandangannya.

    Setelah semua informasi terkumpul, barulah mereka menganalisis keputusan yang terbaik.

    Tak heran, mereka sangat menghindari risiko, dikutip dari Marketing91.

    Sayangnya, gaya decision making ini tidak cocok diterapkan ketika organisasi sedang butuh keputusan cepat.

    3. Motivator

    model pengambilan keputusan

    © Freepik.com

    Apakah kamu merasa bisa memegaruhi orang lain? Bisa jadi, kamu adalah seorang pemimpin dengan model motivator.

    Penganut model pengambilan keputusan ini punya banyak mimpi. Mereka yakin timnya bisa melakukan A, B, hingga Z.

    Tak hanya itu, mereka punya kemampuan untuk meyakinkan orang lain. Mereka bisa mendorong rekan-rekannya untuk melakukan hal yang diyakininya benar.

    Namun, seorang motivator lebih fokus pada prinsip yang dianutnya.

    Hal ini justru berbahaya, sebab mereka sering mengabaikan kepentingan yang lebih besar, yakni kepentingan perusahaan

    Baca Juga: 6 Komponen Penting PESTLE Analysis, Metode Analisis Manajemen Risiko

    4. Flexible

    decision making

    © Freepik.com

    Sesuai namanya, model pengambilan keputusan yang satu ini jauh lebih fleksibel daripada model lainnya.

    Menurut Transform Leaders, seseorang yang menerapkan gaya ini merasa nyaman dengan ketidakpastian. 

    Mereka berpikiran terbuka, mampu beradaptasi dengan keadaan, dan bersedia melibatkan banyak orang ketika mengambil keputusan.

    Bahkan, sering kali mereka berkaca pada pengalaman yang pernah dialaminya.

    Sayangnya, jika terlalu terbuka, seseorang dengan gaya flexible akan menerima sangat banyak pilihan. Mereka melihat semua masalah, risiko, dan potensinya.

    Hal ini membuat mereka tidak fokus dengan tujuan yang ingin dicapai. Keputusan pun diambil dengan lambat.

    5. Catalyst

    decision making

    © Freepik.com

    Gaya pengambilan keputusan catalyst bisa dibilang paling seimbang dibandingkan gaya lainnya. Mereka menganalisis berbagai hal dengan proporsional.

    Salah satunya terjadi ketika pengumpulan informasi. Mereka mencari pandangan dari para pemangku kepentingan, tetapi bisa menyeimbangkannya dengan opini sendiri.

    Selain itu, mereka juga mempertimbangkan risiko sekaligus berani menghadapinya.

    Meski demikian, gaya decision making seperti ini tidak selalu baik. Jika selalu diterapkan, hasilnya akan berada di ambang rata-rata.

    Seseorang yang menganut gaya catalyst harus berani mencoba gaya lain untuk menghasilkan keputusan yang berbeda.

    Baca Juga: Plan Do Check Act (PDCA), Metode Pemecahan Masalah dan Perbaikan Berkelanjutan

    Dari penjelasan di atas, model pengambilan keputusan apa yang paling sesuai dengan dirimu? Apakah visionary, guardian, motivator, flexible, atau catalyst?

    Apapun gayamu, pahami kelebihan dan kekurangannya. Jadi, kamu tahu cara mengatasinya demi mendapat keputusan terbaik.

    Namun, jika merasa belum maksimal dalam decision making, ada Glints ExpertClass yang bisa membantumu.

    Glints ExpertClass punya beragam kelas Personal Development, termasuk kelas yang membahas soal pengambilan keputusan.

    Di sana, kamu bisa belajar dan mendapat tips langsung dari para ahli. Kamu juga bisa berdiskusi dengan mereka di akhir sesi, lho.

    Jadi, tak perlu ragu. Daftarkan dirimu di kelas-kelas Glints ExpertClass, jangan sampai kehabisan tiket!

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 0 / 5. Jumlah vote: 0

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Artikel Terkait