Digital Banking: Arti, Sejarah, Kelebihan, Kekurangan, dan Contoh
Isi Artikel
Berdasarkan studi McKinsey, 50% konsumen Indonesia mempertimbangkan migrasi ke bank yang tak punya kantor. Layanan bank seperti ini dinamakan digital banking.
Apa maksud dari istilah ini? Selain itu, apa perbedaannya dengan mobile atau internet banking?
Bagaimana perkembangannya sejak dulu? Haruskah kamu jadi nasabahnya?
Jawabannya ada dalam artikel ini. Simak selengkapnya, yuk!
Apa Itu Digital Banking?
Kita mulai bahasan dari pengertian. Melansir Temenos, bank digital adalah aktivitas perbankan yang dilakukan sepenuhnya di internet.
Kamu tentu sudah akrab dengan mobile banking dan internet banking. Nah, dua istilah dalam perbankan ini punya makna yang berbeda.
Mereka memang sama-sama memerlukan dunia digital. Ada yang menggunakan SMS, ada pula yang memanfaatkan dunia internet.
Selain itu, fitur di sana sangat terbatas. Keduanya hanya punya layanan deposito, transfer uang, pembayaran, dan lain-lain. Sisanya hanya bisa dilakukan di bank offline.
Hal ini berbeda dengan digital banking. Jenis bank ini memberikan layanan pembukaan dan penutupan rekening secara online.
Tentu saja, administrasi rekening ini tak bisa terjadi di bank biasanya. Kamu harus pergi ke kantor mereka untuk itu.
Terlebih lagi, tak ada satu pun traksaksi yang dilayani di luar jaringan. Semua terjadi melalui internet.
Indonesia sudah memiliki regulasi terkait layanan ini, lho. Semuanya tertuang di Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 12/POJK.03.2018.
Peminatnya sendiri tak sedikit, apalagi di masa pandemi corona. Melansir CNBC, transaksi di sana naik hingga 60%.
Bagaimana Awal Mula Digital Banking?
Bank digital berkembang bersama dunia fintech. Salah satu akarnya adalah mesin anjungan tunai mandiri (ATM).
Kata Securities, mesin ini muncul pada 1960-an. Untuk pertama kalinya, seorang nasabah tak perlu ke bank untuk mengakses rekeningnya.
Kemunculan internet juga mengubah dunia perbankan, lho.
Akan tetapi, pada awalnya, dunia digital ini hanya digunakan di balik layar bank. Misalnya, untuk pemantauan rekening atau transfer dana.
Jaringan ini baru ditawarkan ke depan nasabah pada tahun 1990-an. Saat itu, transaksi bank seperti transfer dana bisa dilakukan secara online.
Perlahan tapi pasti, dunia digital terus berkembang. Penggunaan smartphone juga makin marak.
Akhirnya, bank pun punya semakin banyak layanan online. Pada akhirnya, ia bisa berpindah sepenuhnya ke internet.
Haruskah Kamu Menggunakan Digital Banking?
Kamu telah memahami pengertian dan sejarah dari jenis bank ini. Lantas, apakah kamu harus jadi nasabahnya?
Sebelum memutuskan, pahami dulu plus minus darinya, yuk! Dirangkum dari GOBankingRates, ini dia informasinya.
1. Kelebihan bank digital
Layanan rekening online sangat mudah diakses. Di mana pun kamu berada, kapan pun kamu menginginkannya, ia selalu ada.
Bahkan, saat rebahan pun, selama ada internet, kamu bisa membuka rekening. Semua ini tentu sangat praktis.
Hal ini berbeda dengan bank konvensional. Di sana, kamu harus menunggu jam buka bank jika ingin punya akses perbankan secara penuh.
Layanan online juga mendorong kecepatan transaksi, tak perlu lagi menunggu antrean berjam-jam.
Selain itu, perusahaan keuangan digital tak perlu menyewa kantor, membayar listrik, dan lain-lain. Ternyata, ini punya dampak baik terhadapmu.
Ini berarti, bank tak perlu pemasukan lebih. Mereka tak perlu meminta terlalu banyak darimu.
Ucapkanlah selamat tinggal kepada biaya administrasi bank yang mahal. Selain itu, bunga simpanan yang kamu terima bisa menjadi lebih tinggi.
2. Kekurangan bank digital
Sayangnya, berbagai kelebihan digital banking datang dengan kekurangan pula.
Salah satunya adalah internet itu sendiri. Bukan rahasia lagi, kadang kala, koneksi ini harus putus karena masalah teknis.
Terlebih lagi, internet bukanlah rumah para malaikat. Di sana, bisa saja, ada orang-orang yang tak bertanggung jawab.
Bisa-bisa, rekeningmu kena bobol. Pencurian berbagai data pribadi juga rawan terjadi di sana.
Selain itu, akses terus-menerus ke rekening bisa membuatmu semakin boros. Belum lagi, ada e–commerce yang kerap menghujanimu dengan diskon.
Tentu saja, semua ini bisa kamu cegah. Misalnya, pilih lembaga keuangan digital yang terpercaya.
Selain itu, kamu bisa menaruh sebagian uangmu saja di sana. Taruh sisa dana yang harus kamu tabung di rekening nondigital.
Bank Digital di Indonesia
Di Indonesia terdapat beragam digital banking yang bisa digunakan olehmu. Beberapa contoh bank digital tersebut antara lain:
- Jenius
- Bank Jago
- Blu
- Digibank
- Danamon Save
- Wokee+
- TMRW by UOB Indonesia
- Line Bank
- PermataME
- Neobank
- Superbank
Demikian informasi dari Glints soal digital banking. Dengan atau tanpa layanannya, pastikan keuanganmu selalu sehat, ya!
Lantas, bagaimana cara mengelola rupiah yang baik dan benar? Apakah ada strategi yang bisa diterapkan?
Trik-trik keuangan pribadi itu ada di newsletter blog Glints. Tenang saja, siapa pun bisa mendapatkannya secara gratis.
Kamu tinggal membuat akun profesional di Glints. Setelah itu, beragam informasi keuangan bisa kamu terima tiap bulannya.
Selain itu, di sana, ada juga kabar terbaru dan terpercaya soal karier dan pekerjaan. Kapan lagi kamu bisa mendapat informasi selengkap itu?
Jadi, tunggu apa lagi? Daftarkan emailmu sekarang, yuk!