Bicara soal malas kerja pasti tidak ada habisnya. Kamu pastinya pernah merasa malas, betul? Saya pun juga demikian. Kita mungkin punya rekan kerja yang memang sehari-hari rajin dan antusias dalam apapun yang mereka kerjakan. Di sisi lain, kita mungkin juga punya rekan kerja yang seringkali dicap mager alias malas gerak.
Pada tahun 2013, sebuah eksperimen di University of Missouri terhadap tikus menyatakan bahwa ‘gen kemalasan’ itu merupakan efek turunan. Saya kembali berpikir, apa iya itu juga benar untuk manusia?
Saya percaya bahwa malas itu bukan sesuatu yang genetik, melainkan sesuatu yang praktis dan bisa diperbaiki seiring berjalannya waktu. Sudah siap membaca lima cara agar kamu tidak malas kerja?
Baca Juga: Suntuk? Berikut 10 Tips Biar Kamu Tetap Berpikir Positif Di Kantor
1. Gunakan The Do Something Principle
Kalau kamu tahu Mark Manson dan sudah membaca bukunya yaitu “The Subtle Art of Not Giving A F*ck”, mungkin kamu pernah mendengar tips ini. Menurutnya, cara paling ampuh agar kamu tidak malas kerja adalah memulai dengan komponen paling kecil suatu pekerjaan.
Saya punya salah satu contoh, dan menurut saya prinsip ini cukup berhasil. Umumnya, ketika saya sampai di rumah di atas jam 7 malam setelah seharian beraktivitas, saya akan langsung ke kamar, tidur-tiduran, dan akhirnya benar-benar tertidur. Padahal, saya tahu masih banyak to-do list yang harus diselesaikan.
Jadi, ketimbang tidur-tiduran ketika sampai rumah, saya ‘memaksakan’ diri saya untuk langsung ke kamar mandi dan mandi saat itu juga. Mandi adalah komponen terkecil dari semua hal di to-do list saya. Kalau belum mandi, rasanya saya tidak bisa bekerja dengan optimal.
Hal itu juga yang dilakukan Mark Manson ketika sedang bermalas-malasan dalam menulis suatu artikel. Ia akan memaksakan dirinya untuk paling tidak membuka Microsoft Word dan menulis 2-3 kalimat pertama. Small wins seperti itu biasanya mempermudah kamu untuk menyelesaikan sisa pekerjaan tersebut. Ingat, motivasi itu bukan ditunggu jatuh dari langit. Aksi yang menimbulkan motivasi dan mendorong serangkaian aksi selanjutnya. Ya, kurang lebih begitu. Semoga tidak bingung ya!
2. Ciptakan Environment of Inevitability
Walaupun sekilas terdengar kompleks, sebenarnya trik ini mungkin sudah pernah kamu terapkan sehari-hari. Intinya, Mark Manson menyarankan kamu dan saya untuk menciptakan lingkungan atau situasi yang memaksa agar kamu tidak malas kerja. Ia sendiri memaksa dirinya untuk bekerja di perpustakaan kampus setiap hari karena ia tahu bahwa bekerja di rumah umumnya tidak akan efektif.
Hal itu juga yang saya lakukan apabila do something principle saya, alias langsung mandi ketika sampai di rumah, terbukti sedang tidak efektif. Alih-alih membuat saya segar, mandi air hangat kadang-kadang membuat tubuh saya lebih nyaman untuk tidur. Saya pun beralih ke McDonald’s atau restoran 24 jam lainnya untuk menyelesaikan apa yang harus diselesaikan.
Robert Cialdini dalam bukunya Presuasion menyatakan bahwa lingkungan fisik dan asosiasinya sangat penting dalam menentukan produktivitas kamu. Memasang goals kamu di ruang kerja dan quotes motivasi juga dapat membuat kamu lebih bersemangat dalam bekerja. Siap mencoba?
3. Cek Kembali Why Kamu
Yup, benar. Konsep Start with Why yang diperkenalkan oleh Simon Sinek bisa jadi penentu agar kamu malas kerja atau tidak. Tanyakan kembali ke diri kamu mengapa kamu mau melakukan apa yang kamu lakukan. Why yang kuat umumnya mampu membuat kamu tetap termotivasi dan rajin walaupun dihadapkan dengan tantangan.
Kesamaan nilai apa yang kamu dan perusahaan miliki? Atau kamu hanya bekerja semata-mata karena kamu digaji? Apakah kamu bekerja untuk menghidupi saudara kandung atau anggota keluarganya lainnya?
Masyarakat Jepang, khususnya mereka yang tinggal di pulau Okinawa, memiliki sebuah konsep yang bernama ikigai. Ikigai adalah konsep yang menjadi alasan kuat mereka bangun setiap pagi dan bekerja keras.
Secara mendasar, ikigai kamu adalah kombinasi 4 hal:
- What you love
- What the world needs
- What you are good at
- What you can get paid for
Ketika pekerjaan kamu sudah memenuhi keempat kriteria di atas, kemungkinan kamu malas kerja cenderung lebih kecil. Cek kembali keempat poin di atas. Mungkinkah ini pertanda kamu harus berpindah ke jalur karir lain? Atau mungkin kamu harus meningkatkan pengetahuan dan skill kamu di tempat bekerja yang sekarang? Atau mungkin kamu harus memodifikasi passion kamu sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan?
4. Buat To-Do List & Skala Prioritas
Membuat to-do list adalah cara yang baik untuk memecah pekerjaan kamu ke dalam elemen-elemen lebih kecil dan realistis. Menggunakan aplikasi seperti Trello dan Google Keep sangat bermanfaat untuk mengatur to-do list kamu. Cara lain agar kamu tidak malas kerja adalah dengan membuat skala prioritas. Kamu pernah dengar Eisenhower Box? Nama tools ini diambil dari nama Presiden Amerika Serikat ke-34 yang memerintah tahun 1953-1961, Dwight Eisenhower.
Secara umum, Eisenhower Box membuat 4 kategori terhadap pekerjaan kita sehari-hari:
- Penting dan mendesak (pekerjaan yang harus segera dilakukan)
- Penting tapi tidak mendesak (pekerjaan yang dijadwalkan untuk nanti)
- Tidak penting tapi mendesak (pekerjaan yang dapat didelegasikan ke orang lain)
- Tidak penting dan tidak mendesak (pekerjaan yang bisa kita singkirkan)
Mendesak artinya hal-hal yang harus kamu kerjakan saat itu juga, cenderung tidak bisa kamu tunda. Pekerjaan yang mendesak terkadang membuat kita reaktif, baik secara negatif maupun positif. Sementara, penting artinya hal-hal yang berkontribusi terhadap nilai-nilai, misi, dan tujuan jangka panjang. Umumnya, kita lebih responsif, ketimbang reaktif, saat menghadapi pekerjaan yang penting.
5. Kerjakan Hal yang Paling Sulit Terlebih Dahulu
James Clear, penulis jamesclear.com, pernah menceritakan salah satu kelas marketing yang pernah ia ikuti dalam sebuah artikel. Artikel tersebut membahas hubungan behavioral science dan marketing.
Peneliti behavioral science menemukan bahwa salah satu cara efektif untuk menciptakan pengalaman yang menyenangkan bagi konsumen adalah dengan menumpuk bagian-bagian yang tidak menyenangkan di bagian awal suatu rangkaian pengalaman. Secara psikologis, kita sebagai manusia lebih memilih pengalaman yang lebih baik seiring berjalannya waktu. Pengalaman yang tidak menyenangkan lebih bisa kita toleransi di bagian awal daripada ketika pengalaman tersebut muncul di belakang dan bahkan sampai berulang kali.
Contohnya, suatu hari kamu memiliki satu hal yang kurang menyenangkan tapi harus kamu selesaikan (misalnya antri panjang ketika membuat SIM) dan kamu memiliki satu hal yang menyenangkan (misalnya seorang teman yang mengirimkan e-mail selamat ulang tahun)
Kalau kamu membaca e-mail dari teman kamu saat istirahat makan siang dan antri membuat SIM setelah makan siang, kamu cenderung mengingat hari kamu bergerak dari menyenangkan menuju ke kurang menyenangkan.
Ada baiknya, kamu antri membuat SIM pagi-pagi sekali dan membaca e-mail dari teman kamu saat makan siang sehingga mood hari kamu bergerak dari kurang menyenangkan ke menyenangkan.
Prinsip ini tentunya bisa kamu kombinasikan dengan skala prioritas Eisenhower supaya kamu semakin efektif dan tidak malas kerja. Ini baru contoh kecil saja, tentunya kamu yang paling paham bagaimana menerapkannya dalam hidup kamu sehari-hari.
Baca Juga: 7 Trik untuk Menambah Motivasi Kerja Sehari-Hari
Untuk informasi pekerjaan dan artikel terkait lainnya, jangan lupa untuk selalu kunjungi website Glints, dan segera sign up untuk menemukan berbagai lowongan kerja!