7 Alasan Multitasking tidak Seefektif Kedengarannya
Kamu pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah multitasking. Memiliki kemampuan multitasking atau melakukan beberapa pekerjaan dalam satu waktu, dianggap dapat menyelesaikan lebih banyak pekerjaan dalam waktu yang relatif lebih cepat juga. Multitasking dianggap sebagai skill yang selalu membawa keuntungan.
Tanpa sadar kita selalu melakukan lebih dari satu hal secara bersamaan dan biasanya satu dari dua hal tersebut bukanlah prioritas saat itu. Contoh di dunia kerja adalah dengan mengirim email di tengah-tengah meeting ataupun menyelesaikan laporan sambil menganalisis data lain. Meskipun banyak perusahaan yang mewajibkan karyawannya untuk punya kemampuan multitasking, nyatanya banyak hal yang dilakukan pada saat yang bersamaan belum tentu memberikan hasil yang maksimal. Banyak yang belum sadar bahwa sebenarnya multitasking tidak seefektif kedengarannya.
Isi Artikel
Membuat pekerjaanmu jadi lambat
Bertentangan dengan kepercayaan banyak orang, multitasking yang selama ini dianggap dapat menghemat waktumu malah justru menjadi hal yang mengulur waktu. Ketika kamu dengan kemampuan multitasking berusaha untuk menyelesaikan dua pekerjaan sekaligus, kamu akan membutuhkan waktu untuk berpindah dari pekerjaan satu ke pekerjaan lain. Ini lah yang membuat multitasking menjadi tidak efektif. Kamu berpikir dapat menyelesaikan beberapa pekerjaan dengan waktu yang lebih singkat, tapi pada kenyataannya kamu malah membuang-buang waktu dengan berpindah-pindah pekerjaan.
Studi yang dilakukan University of Utah, Amerika Serikat, membuktikan bahwa seorang pengemudi akan menghabiskan banyak waktu ketika ia mengemudi sambil membalas pesan di ponselnya. Sebuah pekerjaan akan lebih efektif ketika pekerjaan yang sama dilakukan sekaligus. Membalas banyak pesan sekaligus setelah sampai di tempat tujuan akan lebih efektif daripada terus membalas pesan ketika sedang berkendara.
Menimbulkan stres
Multitasking juga ternyata dapat memicu timbulnya stres. Berdasarkan studi University of California, Irvine, karyawan yang memilki akses konstan ke email di kantor memiliki tingkat dekat jantung yang lebih tinggi daripada yang tidak. Saat seorang karyawan memiliki akses dan menerima pesan kapan saja akan selalu dalam mode siaga dan memiliki kesempatan melakukan multitasking. Sedangkan yang tidak memiliki akses, melakukan lebih sedikit multitasking dan tentu saja lebih sedikit kemungkinan stres.
Hal lain yang dapat membuktikan bahwa multitasking dapat membuat kamu stres adalah contoh sebagai berikut. Ketika kamu ingin menghadapi ujian, kamu memilih untuk belajar sambil menonton TV. Jika hasil ujiannya tidak memuaskan, kamu akan mulai menyalahkan diri sendiri yang pada akhirnya akan membuat dirimu stres.
Kamu lebih banyak membuat kesalahan
Tanpa kamu sadari, multitasking juga bisa jadi penyebab kamu membuat banyak kesalahan. Para ahli memperkirakan produktivitas seseorang dapat turun hingga 40% ketika harus berpindah dari pekerjaan yang satu ke pekerjaan lain. Hal ini tentu saja terjadi karena kamu membutuhkan waktu untuk kembali fokus saat baru memulai pekerjaan. Multitasking juga akan membuat kamu melakukan lebih banyak kesalahan, terutama jika hal kamu kerjakan melibatkan pemikiran kritis.
Sebuah studi lain di Perancis yang dilakukan tahun 2010 menemukan bahwa manusia sebenarnya dapat melakukan dua tugas rumit sekaligus tanpa sebuah kesalahan yang berarti. Hal ini disebabkan karena otak manusia memang memiliki dua lobus yang dapat mengandle kedua pekerjaan tersebut. Tapi jika kita memberikan pekerjaan ketiga, maka otak akan kewalahan dan timbul banyak kesalahan akibat multitasking ini.
Melewatkan banyak hal dalam hidup
Alasan lain yang membuat multitasking tidak seefektif kedengarannya adalah kenyataan bahwa kamu akan melewakan banyak hal dalam hidup. Orang yang sibuk dengan multitasking tidak akan sempat memerhatikan apa yang ada di sekitar mereka bahkan yang dekat sekalipun. Seperti hasil studi Western Washington Unversity yang menyatakan bahwa 75% mahasiswa berjalan melintasi lapangan sambil berbicara di telepon selular dan mereka tidak akan melihat hadirnya badut mengendarai sepeda roda satu di dahapannya.
Secara teknis, orang yang berbicara di telepon masih dapat melihat apa yang terjadi di sekitarnya. Namun pada dasarnya, tidak banyak hal yang dapat direkam di otak karena otak sedang fokus pada hal lain. Kamu tentunya tidak ingin jika multitasking justru akan membuat kamu melewatkan banyak informasi atau pun momen-momen penting yang seharusnya kamu lihat. Maka dari itu cobalah untuk hanya fokus pada satu pekerjaan saja.
Meredam kreativitas
Mengapa multitasking berpengaruh pada kreativitas? Ketika kita melakukan banyak hal dalam satu waktu, maka banyak juga hal yang terjadi dalam otak kita. Semakin banyak yang dikerjakan, semakin banyak “working memory’”atau penyimpanan otak sementara kita yang bekerja. Hal ini kemudian memicu kesulitan untuk berpikir kreatif. Kamu tidak lagi memiliki waktu untuk berpikir sejenak agar mendapatkan momen dimana kteativitas terkadang muncul.
Merusak hubungan dengan orang sekitar
Hal ini memang sulit untuk dipungkiri, ketika multitasking membuat kita terus sibuk dengan gadget kita bahkan ketika banyak orang di depan kita yang bisa diajak mengobrol secara langsung. Kamu mungkin berpikir bahwa kamu bisa melakukan multitasking yaitu mendengarkan lawan bicara di depanmu sambil membalas pesan yang ada di ponselmu.
Sekali dua kali kamu mungkin berpikir kamu berhasil melakukannya. Padahal tanpa kamu sadari, ada waktu ketika lawan bicaramu mulai merasa kamu tidak sepenuhnya mendengarkan, meskipun ia tidak mengatakannya secara langsung. Lawan bicaramu bahkan akhirnya lebih memilih untuk juga fokus pada ponselnya dan berhenti lah komunikasi di situ.
Berbahaya
Alasan terakhir yang juga sangat jelas membuat multitasking tidak seefektif kedengarannya adalah bahwa multitaskin dapat menimbulkan bahaya. Termasuk juga bahaya waktumu banyak terbuang, kamu melakukan banyak kesalahan dalam pekerjaan, dan hubunganmu dengan orang sekitar memburuk. Selian bahaya-bahaya tersebut, bahaya lain yang terlihat jelas adalah seperti saat kamu berkendara sambil berbicara di ponsel yang tentu saja sangat berpotensi menimbulkan kecelakaan.
Berkendara sambil membalas pesan atau berbicara di ponsel dapat disamakan dengan berkendara sambil mabuk. Sudah tidak terhitung kasus kecelakaan yang diakibatkan oleh alasan yang satu ini. Seseorang bahkan tidak dapat memikirkan keselamatan sekalipun ia berkendara dengan membawa keluarganya.
Setalah melihat 7 alasan di atas, kamu pasti setuju bahwa multitasking memang tidak seefektif kedengarannya. Multitasking sebenarnya bisa berguna jika orang tersebut sudah terbiasa dan hasilnya terbukti lebih baik. Namun, jika tidak, kamu bisa sambil berlatih sedikit demi sedikit karena jika memaksakan diri, banyak yang akan terkena dampaknya. Semua pekerjaan juga akan selesai dengan baik jika dikerjakan dengan benar tanpa multitasking sekalipun.
Yuk, temukan tips, fakta, dan juga informasi lainnya di Blog Glints. Beragam tips akan mebantu kamu menyelesaikan pekerjaan dengan lebih efektif dan juga menunjukkan bagaimana caranya meningkatkan karir. Belum mendapat pekerjaan atau menginginkan pekerjaan baru? Sign up ke Glints dan dapatkan informasi tentang pekerjaan impianmu!