Psst, Ada Bank Khusus Pengubah Sampah Jadi Lembar Rupiah, Lho!

Diperbarui 07 Mar 2023 - Dibaca 8 mnt

Isi Artikel

    Siapa yang menyamakan sampah dengan uang, bahkan emas? Bank sampah alias waste bank adalah jawabannya.

    Lembaga yang satu ini berasal dari Indonesia, lho. Konsepnya dicetuskan pertama kali di Daerah Istimewa Yogyakarta.

    Memangnya, bagaimana cara mereka mengubah limbah menjadi rupiah? Selain uang atau emas, apa lagi yang bisa kamu dapatkan darinya?

    Simak jawabannya dalam artikel ini, ya!

    Apa Itu Bank Sampah?

    definisi bank sampah atau waste bank

    © Freepik.com

    Seperti namanya, bank sampah merupakan lembaga yang mengelola uang dan limbah.

    Uniknya, bank yang satu ini bukan diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan, melainkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 

    Regulasinya sendiri tertuang dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 13 Tahun 2012.

    Seperti dituliskan dalam Pasal 1 Nomor 2 peraturan tersebut, bank sampah merupakan tempat pemilahan dan pengumpulan sampah.

    Tak sekadar dipilih dan dihimpun, sampah ini didaur ulang (recycle) dan/atau dipakai kembali (reuse) hingga punya nilai ekonomi.

    Meski punya embel-embel bank, waste bank bukanlah salah satu jenis bank. Bank yang satu ini berbentuk koperasi atau yayasan.

    Hal ini tertulis di Pasal 8 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 13 Tahun 2012.

    Baca Juga: Sama-Sama Mudahkan Transaksi, Apa Beda Digital Banking dan Mobile Banking?

    Seperti yang sudah Glints sebutkan, konsep pengolahan sampah ini berasal dari Tanah Air. Melansir BBC, ia lahir dari tangan Bambang Suwerda pada 2008 silam.

    Konsepnya pertama kali diterapkan di Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Ia diminati banyak orang karena bisa menghasilkan uang.

    Per tahun 2018, mengutip Tempo, Indonesia sudah punya 8.036 bank sampah. Bank ini tersebar di seluruh penjuru Indonesia.

    Mekanisme Bank Sampah

    mekanisme kerja bank sampah atau waste bank

    © Freepik.com

    Nah, sekarang, bagaimana cara lembaga ini mengubah sampah menjadi uang?

    Melansir Kompas, “nasabah” dari bank ini harus memilah dulu limbah-limbah yang mereka miliki. Kategori pemisahnya adalah sampah organik dan nonorganik.

    Sampah organik bisa nasabah buang sendiri. Sementara itu, sampah nonorganik akan dibawa ke bank. 

    Di sinilah sampah ditimbang dan dikonversi jadi nilai ekonomi. Nantinya, sampah-sampah ini dijual ke pengepul menjadi uang.

    Ada pula bank yang mengubah limbah nonorganik menjadi kreasi lainnya. Kreasi itu misalnya tas, taplak meja, dan lain-lain. Karya inilah yang akan dijual menjadi uang.

    Uang tersebut dimiliki oleh nasabah-nasabahnya. Seperti bank lainnya, tabungan ini juga dipotong sedikit biaya operasional.

    Melansir Waste4Change, bank limbah juga punya buku tabungan, lho. Dalam buku inilah simpananmu di waste bank dituliskan.

    Beberapa lembaga juga menerima sampah organik. Nantinya, limbah itu akan disulap menjadi pupuk.

    Baca Juga: Mana yang Lebih Baik, Pinjaman Bank atau Online?

    Nah, kamu tak melulu mendapat uang dari bank yang satu ini. Ada pula lembaga yang memberikan nasabahnya sembako, pelunasan tagihan listrik dan air, bantuan kesehatan, bahkan emas, lho.

    Beberapa bank sampah juga menawarkan jasa peminjaman uang. Nantinya, utangmu akan dilunasi lewat sampah pula.

    Antara Rupiah dan Sampah

    dilema bank sampah waste bank

    © Freepik.com

    Makin banyak uang, kamu tentu makin untung. Makin tinggi nominal tabungan, finansial tentu makin sehat.

    Sayangnya, hal ini tak berlaku di dunia waste bank. Kira-kira, mengapa bisa begitu?

    Secara umum, ada tiga proses mengurangi sampah. Proses itu adalah reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali), dan recycle (mendaur ulang).

    Bank limbah melayani dua dari tiga proses di atas. Proses itu adalah reuse dan recycle

    Sayangnya, ketika orientasi menabung di bank ini adalah uang, bagian reduce justru terlupakan.

    Banyak nasabah yang justru memilih membuang segala sesuatu. Sebab, “sampah” itu bisa berubah jadi uang. 

    Padahal, “limbah” tersebut masih bisa difungsikan lagi. Inilah yang dimaksud dengan melupakan reuse.

    Sayangnya, ini telah terjadi di Bank Sampah Kasturi yang ada di Sleman, DIY. 

    Dari waktu ke waktu, banyak nasabah yang justru naik penyetoran sampahnya, bukannya turun. Hal ini diberitakan oleh Suara.

    Ini tentu bertentangan dengan semangat lembaga pengelola limbah ini.

    Lantas, bagaimana caranya menyeimbangkan keduanya? Apa langkah yang bisa menghasilkan pendapatan tambahan tanpa menyakiti bumi kita?

    Baca Juga: Lembaga Keuangan Bukan Bank: Berbagai Fungsi dan Contohnya

    Demikian informasi dari Glints soal bank sampah. Timbang-timbang kelebihan dan kekurangannya sebelum jadi nasabahnya, ya!

    Mau tahu tips menarik lain tentang keuangan pribadi? Ayo baca lebih banyak artikel di Glints Blog!

    Mulai dari tips investasi, budgeting, pencatatan pengeluaran, hingga tips mengenai pembayaran utang, semuanya tersedia untukmu.

    Topik-topiknya juga telah disesuaikan dengan kebutuhan para kaum pekerja, lho.

    Tunggu apa lagi? Ayo temukan kumpulan artikel terbarunya di sini sekarang juga!

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 3.5 / 5. Jumlah vote: 2

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Artikel Terkait