Top-Down vs Bottom-Up Communication: Mana yang Baik untuk Tim?

Diperbarui 14 Jul 2023 - Dibaca 4 mnt

Isi Artikel

    Ada berbagai pendapat mengenai top-down vs bottom-up communication di kalangan ahli manajemen. Ini karena pendekatan top-down dan bottom-up sangat berbeda satu sama lain.

    Kedua pendekatan komunikasi ini telah cukup umum digunakan dalam koordinasi perusahaan sehari-hari.

    Meski demikian, masih banyak yang belum memahami bagaimana penggunaannya secara tepat dan efektif.

    Melalui artikel berikut, Glints akan mengupas tuntas perbedaan kedua pendekatan komunikasi ini beserta penerapannya. Simak selengkapnya.

    Baca Juga: 6 Tipe Pemimpin Rapat di Kantor, Kamu yang Mana?

    Top-Down Communication

    © Freepik.com

    Top-down communication merupakan bentuk komunikasi internal yang menggunakan struktur hierarki. Biasanya, bentuk komunikasi ini dilakukan dari atasan kepada bawahan.

    Menurut Ideawake, pada top-down communication informasi dari pejabat tertinggi dalam perusahaan disaring hingga ke karyawan menggunakan struktur manajerial perusahaan.

    Setiap jenjang manajerial mempelajari informasi dari jenjang teratas hingga informasi atau perintah tersebut diteruskan ke semua tingkatan yang relevan di dalam organisasi.

    Agar komunikasi dalam bentuk ini berjalan lancar, terdapat empat faktor yang harus terpenuhi.

    • Adanya rasa kedekatan karyawan dengan perusahaan.
    • Pesan disampaikan dengan ringkas, jelas, dan selaras dengan tujuan perusahaan.
    • Memahami dan menghadapi masalah yang muncul.
    • Menghindari praktik hipokrit dalam perusahaan.

    Top-down communication juga dapat berjalan lancar jika menggunakan tips berikut.

    • Memahami lawan bicara yang akan menerima pesan.
    • Bersikap jujur kepada lawan bicara.
    • Membiarkan lawan bicara menanyakan hal-hal yang masih kurang dipahami.

    Bottom-Up Communication

    © Freepik.com

    Berkebalikan dengan top-downbottom-up communication dilakukan agar atasan atau perusahaan mendapatkan masukan dari karyawan tentang bisnis untuk membuat keputusan yang paling tepat.

    Dilansir dari Everwisebottom-up communication terjadi ketika tujuan, proyek, dan tugas sebagian besar diinformasikan oleh umpan balik karyawan.

    Karyawan diminta berperan serta dalam penetapan tujuan. Terkadang, peran karyawan dalam komunikasi ini hanya berupa feedback kepada perusahaan.

    Namun, feedback tersebut dapat mempengaruhi perusahaan dalam mengambil keputusan.

    Penerapan bentuk komunikasi ini akan memberikan beberapa keuntungan berikut bagi perusahaan.

    • Meningkatkan komunikasi di seluruh lingkup perusahaan.
    • Membangun motivasi kerja yang tinggi bagi karyawan.
    • Membantu perusahaan merumuskan solusi yang tepat dan efektif bagi masalah yang sedang terjadi.
    • Meningkatkan kolaborasi antara karyawan dengan jajaran manajerial.
    Baca Juga: 7 Etika yang Harus Diperhatikan Karyawan sebelum Mengirim Pesan

    Top-Down vs Bottom-Up Communication, Mana yang Lebih Baik?

    Lantas, antara top-down vs bottom-up communication, mana yang lebih baik digunakan dalam aktifitas kerja sehari-hari?

    Teranyata, menurut Everwise, kamu bisa menggunakan kedua bentuk komunikasi ini secara simultan tanpa perlu mengabaikan salah satunya.

    Untuk menentukan mana bentuk komunikasi yang efektif pada situasi yang tepat, kamu perlu mempertimbangkan hal-hal berikut.

    • Apakah kamu merasa terhubung dengan visi, misi, dan tujuan bisnis perusahaan?
    • Jika kamu adalah seorang atasan, apakah kamu telah melakukan komunikasi yang terbuka dengan timmu?
    • Seberapa besar rasa kepemilikan yang kamu rasakan terhadap perusahaan?
    • Apakah budaya perusahaan mendukungmu untuk melakukan bentuk komunikasi tersebut?

    Setelah mempertimbangkan hal-hal ini, kamu bisa menentukan mana bentuk komunikasi yang paling tepat untuk timmu.

    Lebih lanjut, jika tujuan bisnis perusahaan lebih mementingkan mempertahankan posisi pasar daripada menggantikan pesaing, top-down communication mungkin dapat membuat semuanya berjalan lancar.

    Akan tetapi, cara ini hanya bisa diterapkan jika kamu adalah seorang atasan. Jika tidak, bottom-up communication adalah pilihan yang lebih efektif dan berdampak.

    Baca Juga: 5 Tips Lancar Public Speaking untuk Para Pemula

    Kesimpulannya, tidak ada bentuk yang lebih baik antara top-down dan bottom-up communication.

    Kamu bisa memilih salah satu atau menggunakan kedua bentuk komunikasi ini sesuai dengan situasi, kondisi, ataupun kebutuhanmu.

    Temukan informasi lainnya soal dunia kerja dan pengembangan kariermu dengan sign up ke Glints.

    Selain itu, kamu juga dapat mendaftarkan diri untuk menjadi bagian dari webinar dan workshop Glints ExpertClass.

    Tunggu apa lagi, yuk daftarkan dirimu ke Glints!

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 3 / 5. Jumlah vote: 1

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Artikel Terkait