Impulsive Buying: Apa Itu, Tanda-Tanda, dan Tips Mencegahnya

Diperbarui 20 Jan 2023 - Dibaca 11 mnt

Isi Artikel

    Jika kamu sering membelanjakan sesuatu yang tidak penting, maka kamu harus tahu tips mencegah impulsive buying

    Pasalnya, impulsive buying dapat terjadi karena adanya dorongan eksternal seperti diskon, promosi yang menarik, serta godaan setelah melihat teman atau anggota keluarga membelinya.

    Tentu, ini akan berdampak buruk, seperti kamu yang kehilangan dana cukup besar dan menghilangkan kesempatan membeli keperluan yang lebih penting.

    Memang, apa, sih, impulsive buying ituPada artikel ini, Glints akan berikan penjelasannya untukmu. Simak selengkapnya!

    Baca Juga: 5 Tips Atasi Godaan Belanja Online saat WFH agar Tak Semakin Boros

    Apa Itu Impulsive Buying?

    tips mencegah impulsive buying

    © Freepik.com

    Bersumber dari DevelopGoodHabits, impulsive buying adalah suatu perilaku untuk membeli sesuatu tanpa direncanakan dan tanpa memikirkan secara lengkap fungsi, tujuan, hingga konsekuensinya. 

    Artinya, seseorang akhirnya melakukan impulsive buying karena adanya suatu dorongan yang memengaruhi tindakannya.

    Hal ini dapat berupa penempatan barang di posisi tertentu, atau karena adanya teknik promosi yang menarik.

    Tindakan ini tak hanya terjadi pada pembelian secara offline, melainkan juga dapat terjadi secara online.

    Dengan munculnya sosial media dan situs ecommerce, seseorang akan lebih mudah tergoda untuk melakukan pembelian secara impulsif.

    Hal ini dikarenakan adanya iklan yang muncul di media sosial, diskon, serta rekomendasi barang yang sesuai perilaku konsumen pada situs ecommerce

    Pembelian barang secara online pun terbilang cukup mudah, sehingga membuat dorongan seseorang untuk membeli barang semakin besar.  

    Tanda Impulsive Buying

    seorang wanita yang tertarik untuk membeli baju baru karena melihat rekan kerjanya adalah tanda dari impulsive buying

    © Pexels.com

    Menurut Career Contessa dan Health, berikut adalah beberapa tanda dari perilaku impulsive buying.

    1. Kamu berbelanja untuk membuat diri merasa lebih baik

    Membeli suatu barang baru terkadang dapat membuatmu merasa lebih baik, terutama ketika sedang merasa sedih atau stres.

    Namun, jika berbelanja menjadi cara utama untuk membuatmu merasa lebih baik, maka kamu perlu berhati-hati.

    Karena, hal tersebut adalah tanda kamu terjerumus ke perilaku ini.

    Sehingga, cobalah untuk mencari cara lain untuk mengatasi perasaan sedih atau stres tersebut.

    Kamu bisa mencoba berjalan santai, membersihkan kamarmu, hingga berbicara dengan teman.

    2. Kamu belanja untuk berkompetisi

    Tanda lain dari perilaku ini adalah berbelanja untuk berkompetisi dengan orang lain.

    Hal ini biasanya didorong oleh rasa iri ketika melihat teman atau rekan kerja punya barang lebih bagus.

    Sehingga, seseorang akan terdorong untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan.

    Misalkan, kamu membeli smartphone baru karena melihat rekan kerjamu membeli hal serupa seminggu lalu.

    Padahal, smartphone-mu saat itu masih bisa berfungsi dengan baik dan tidak ada kerusakan sama sekali.

    3. Kamu berbelanja karena bosan

    Jika kamu berbelanja karena merasa bosan, maka hal tersebut bisa menjadi salah satu tanda dari perilaku impulsive buying.

    Meski sekilas tidak berbahaya, namun hal ini justru dapat membuatmu ketagihan melakukannya.

    Karena itu, cobalah untuk melakukan hal lain ketika merasa bosan.

    Kamu bisa mencoba memasak resep baru atau membaca buku, ketimbang berbelanja.

    4. Kondisi keuanganmu memburuk

    Kondisi keuangan yang memburuk juga dapat menjadi tanda dari perilaku pembelian impulsif.

    Hal ini karena kamu akan mengeluarkan uang untuk barang-barang yang sebenarnya tidak kamu butuhkan.

    Tentunya, hal ini akan membuatmu merasa lebih stres dan cemas terhadap kondisi keuangan pribadi.

    5. Kamu memiliki terlalu banyak barang

    Tanda lain dari perilaku impulsive buying adalah memiliki terlalu banyak barang.

    Hal ini karena kamu membeli barang-barang tanpa memikirkan apakah dirimu akan membutuhkannya atau tidak.

    Jika hal ini terjadi, kamu bisa menanyakan pertanyaan ini pada diri sendiri; “apakah saya membutuhkan barang tersebut hari ini atau tidak?”

    Apabila jawaban atas pertanyaan tersebut adalah tidak, maka kamu bisa menahan keinginanmu untuk membeli barang itu.

    Tips Mencegah Impulsive Buying

    pengertian dan sejarah hari pelanggan nasional

    © Freepik.com

    1. Pastikan barang perlu dibeli atau tidak dalam 30 hari

    Tips pertama mencegah impulsive buying adalah dengan menulis barang yang ingin kamu beli, kemudian lihat kembali 30 hari kemudian.

    Dengan melakukan pencatatan ini dan melihatnya 30 hari kemudian, maka kamu dapat memastikan bahwa barang tersebut memang perlu untuk dibeli.

    Hal ini dapat diketahui ketika kamu masih memiliki ketertarikan yang sama untuk membeli barang tersebut setelah melihatnya kembali. 

    Jika setelah melihat daftar tersebut kamu masih tertarik untuk membelinya, mungkin produk tersebut memang masih kamu butuhkan dan penting untuk digunakan. 

    2. Batasi akses ecommerce

    Hal kedua yang dapat kamu lakukan untuk menghindari perilaku impulsive buying adalah dengan membatasi akses ecommerce.

    Cukup banyak dorongan yang dapat diberikan oleh ecommerce untuk membuatmu melakukan impulsive buying.

    Salah satunya adalah adanya tampilan yang menarik, rekomendasi produk yang muncul terus-menerus di laman utama, serta diskon yang cukup tinggi.

    Kamu juga dapat berbelanja lebih mudah pada situs ecommerce yang membuatmu tak berpikir panjang kala membeli suatu barang.

    Untuk itu, kamu perlu membatasi akses terhadapnya.

    3. Ingat kembali tujuan keuanganmu

    Tips mencegah impulsive buying selanjutnya adalah kamu perlu mengingat kembali tujuan keuanganmu. 

    Jika kamu memang perlu menyisihkan pendapatan untuk tabungan, maka kamu perlu benar-benar membatasi pengeluaran yang kurang bermanfaat. 

    Menurut Quickanddirtytips, jika kamu mengingat tujuan keuanganmu, maka akan memengaruhi perilaku pembelianmu.

    4. Pertimbangkan fungsinya

    Hal selanjutnya adalah kamu perlu mempertimbangkan kembali fungsi dari barang yang akan dibeli.

    Apakah dengan membelinya akan dapat mengurangi permasalahanmu, atau hanya keinginan untuk memilikinya saja.

    Dengan membiasakan hal ini, maka perilaku impulsive buying lambat laun akan terkurangi.  

    5. Jangan berbelanja kala sedang stres

    Salah satu penyebab impulsive buying adalah adanya perasaan stres yang memengaruhi emosimu.

    Kamu akan lebih mudah terpancing untuk memiliki sesuatu kala sedang ada beban pikiran.

    Oleh karenanya, hindari akses e-commerce atau ke pusat perbelanjaan kala kamu sedang memiliki beban pikiran.

    Kamu dapat melakukan hal lain yang tak memerlukan biaya lebih, seperti bermain dengan hewan peliharan, menonton video lucu, atau jalan-jalan berkeliling lingkungan tempat tinggalmu.

    Baca Juga: Ingin Menahan Hasrat Belanja Online di Jam Kerja? Ikuti 3 Tips Ini!

    6. Ingat penyesalan saat terakhir kali melakukan impulsive buying

    Hal berikutnya yang dapat kamu lakukan untuk mencegah impulsive buying adalah dengan mengingat penyesalan saat terakhir kali kamu melakukannya.

    Dengan begitu, maka kamu dapat mengurangi perilaku ini ke depannya. 

    7. Buat budget bulanan/periode waktu tertentu

    Rencana pengeluaran yang sudah ditentukan untuk satu bulan bisa menjadi tips efektif mencegah impulsive buying.

    Dikutip dari Maestrack, perilaku ini terjadi karena orang-orang tidak memiliki waktu membuat rencana pengeluaran bulanan.

    Artinya, membuat rencana pengeluaran bulanan bisa membuat seseorang termotivasi untuk mengikuti rencana pengeluaran yang telah dibuat dan mencegah impulsive buying.

    Selain itu, kamu juga lebih mengerti keadaaan finansial dengan lebih baik. Seperti adakah uang ekstra untuk membeli keinginanmu atau tidak.

    8. Buat daftar belanja

    Satu hal penting lain yang perlu kamu lakukan jika kamu impulsive buyer adalah jangan pernah belanja tanpa shopping list atau daftar belanja.

    Dengan adanya daftar belanja, kamu bisa membedakan mana yang benar-benar dibutuhkan dan hanya keinginan sementara..

    9. Hindari window shopping

    Seringkali, keinginan untuk membeli sesuatu muncul saat kamu tidak sengaja melihat suatu barang dan tiba-tiba merasa membutuhkannya.

    Ini bisa terjadi saat kamu melakukan window shopping.

    Bukan cuma di mal atau toko, hal ini bisa dilakukan dalam e-commerce, hanya dengan melihat-lihat barang yang diskon misalnya.

    Kamu bisa dengan tiba-tiba melakukan pembayaran barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan.

    10. Batasi limit kartu kredit

    Jika merasa tetap tidak bisa mengontrol diri, kamu bisa menerapkan tips dengan memberikan batas limit dari kartu kredit.

    Melansir Finance Over Fifty, membatasi atau bahkan membekukan kartu kredit bisa menjadi langkah yang drastis namun efektif.

    Istilahnya kamu dipaksa untuk melakukan transaksi hanya dengan menggunakan cash, sehingga besar kemungkinan kamu tidak akan membeli barang-barang mahal secara impulsive.

    Baca Juga: Anti Boros Belanja Online Setelah Gajian, Cek di Sini!

    Itu adalah beberapa informasi seputar apa itu impulsive buying serta tips mencegahnya yang dapat kamu lakukan. Seperti diketahui, perilaku ini tentu bukanlah hal baik untuk keuanganmu.

    Oleh karenanya, kamu perlu sadar dan memiliki niat untuk menguranginya.

    Meski begitu, ini bukanlah satu-satunya cara membuat kondisi keuanganmu lebih baik. Masih banyak hal yang perlu kamu ketahui dalam mengatur keuangan.

    Untuk itu, kamu dapat mengetahuinya dengan baca ragam artikel Glints Blog yang membahas seputar finansial.

    Kamu cukup klik di sini untuk membaca kumpulan artikelnya, lho. Gratis!

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 5 / 5. Jumlah vote: 3

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Comments are closed.

    Artikel Terkait