#TalentsTalk Eps 06: Andrien, Product Manager at Xendit

Diperbarui 31 Mar 2022 - Dibaca 22 mnt

Isi Artikel

    TalentsTalk adalah sesi ngobrol bareng dengan berbagai narasumber dari berbagai latar belakang di industri tech. Di episode ke-enam kali ini, tim Glints berkesempatan untuk ngobrol dengan salah satu narasumber yang berprofesi sebagai Product Manager.

    Andrien atau yang biasa dipanggil Dean, adalah seorang Product Manager di sebuah perusahaan fintech,  ini tim Glints akan membahas profesi Product Manager  dan perjalanan karir Dean dalam berkarir sebagai Product Manager.

    Penasaran seperti apa sih keseharian seorang Product Manager? Dan hal apa saja yang harus dikuasai untuk menjadi Product Manager? Simak obrolan tim Glints di bawah ini yuk!


    Hi Dean! Bisa jelasin role sebagai Product Manager itu seperti apa?

    Product Manager itu sebenarnya cukup unik, karena setiap perusahaan beda-beda kebutuhannya. Ada perusahaan yang butuh Product Manager yang ngerti tentang data, ada Product Manager yang ngerti tentang engineering, ada yang harus ngerti cara memahami user dan bagaimana research, ada juga Product Manager yang ditempatin kaya Project Manager.

    Kalo menurut gue Product Manager harus moderat sih. Jadi lo gak bisa ngeliat dari satu sudut, walaupun latar belakangnya dari desain, lo gak bisa cuma lihat produk dari desainnya aja.

    Tapi yang pasti sebagai Product Manager tuh lo enggak boleh ngorbanin user.

     

    Jelasin dong latar belakang lo dulu dan apakah ada korelasinya dengan karir lo sekarang?

    Gue kuliah S1 dan S2 di ITB ngambil Teknik Elektro. Uniknya elektro di ITB tuh banyak kaitannya dengan informatika, karena mereka satu fakultas. Terus elektro yang diajarin di ITB tuh biasanya agak general, gue sempet belajar Data Scientist, belajar coding juga. Itu yang ngebantu gue di kerjaan gue sebagai Product Manager, gue setidaknya mengerti apa yang developer inginkan atau kesulitannya. Jadi gue berusaha untuk mengerti mereka agar kerja lebih optimal.

     

    Pekerjaan lo sebelumnya dengan sekarang ada korelasinya gak?

    Gue mulai kerja dulu sebagai game developer di Agate. Gue semangat kerja di perusahaan game karena dulu kuliah S2-nya terkait game juga. Terus sambil kuliah gue coba cari perusahaan game yang ada di Bandung, dan yang nomor satu itu Agate.

    Pas gue coba lamar kebetulan diterima sebagai Game Developer. Karena titlenya Game Developer gue jadi banyak belajar coding. Kadang-kadang dilibatin bikin hardware dan ideation juga di libatkan. Dari situ gue merasa tertarik di bagian produk.

    Karena di situ gue melihat dari sisi kebutuhan dan gak cuma dari sisi developer. Ketika gue loncat karir dari Agate dan pindah ke Jakarta, itu pun jadi Product Executive juga, jadi ada transisi di situ.

     

    Language yang digunakan saat lo ngoding di Game Developer?

    Kami pakai C# (C Sharp), bikinnya pakai Unity dan Unreal

     

    Karakter seperti apa yang dibutuhkan seorang Product Manager?

    Pantang menyerah (serius ?), lo harus mau belajar, dan harus moderat. Uniknya, lo harus make things works makanya lo harus kreatif juga.

     

    Gimana cara lo mengimplementasikan karakter itu dalam menangani masalah di keseharian dalam pekerjaan lo?

    Gue contohin dari B2C ya. Biasanya kalo perusahaan B2C itu, masalah dateng dari user-nya. Entah dari nasabah atau penggunanya, datengnya pun dari macam-macam entah dari Twitter, Facebook, Playstore atau User ngomong langsung.

    Ketika masalah-masalah itu datang, kami lihat masalah apa sih yang lagi besar, biasanya kami kategorikan masalahnya. Ketika udah dapet core problem-nya, bikin analisanya seperti; “kenapa bisa kaya gini?” dari situ gue dapat akar permasalahannya.

    Tiap bulan biasanya kami kirim kuesioner, terus indepth interview, kami datang ke kota-kota juga. Karena tiap kota punya karakteristik yang beda-beda. Biasanya  setelah kuesioner dan ngobrol sama orang, sudah kelihatan tuh polanya.

    Terus kalau sudah jelas dan terbukti itu adalah sebuah masalah, Product Manager cari solusinya. Biasanya Product Manager enggak langsung memutuskan solusinya “gini aja”, makanya kalau lo enggak moderat dan cari tahu banyak hal, biasanya solusi lo sempit banget.

    Product Manager harus cari berbagai solusi mulai dari A,B,C dan seterusnya. Kemudian didiskusikan dengan tim desain. Engineering, stakeholder, CEO dan CTO.

    Kami cari solusi mana yang terbaik, kalau ada waktu akan dilempar lagi ke user dan validasi solusinya dari mereka. Kalau enggak ada waktu bisa ditentukan oleh internal dan mulai dieksekusi solusinya.

    Nah, biasanya masalah yang dialami kan tidak hanya satu, dan untuk tiap masalah akan ada solusinya juga,  seorang Product Manager juga harus bisa mem-prioritaskan mana yang harus dikerjakan duluan, yang mana sih yang penting.

    Dan salah satu parameter yang menjadi pertimbangan utama adalah dari segi bisnis, ROI seperti apa yang bisa kami hasilkan dari tiap solusi yang akan diprioritaskan.

     

    Nyari insight sampai solving problem berapa lama biasanya?

    Tergantung sih, ada masalah yang butuh waktu cukup lama untuk validasi, karena kompleks banget. Tapi ada juga masalah yang udah jelas banget karena semua user juga mengalami, misalnya masalah seperti bug. Itu kan harus diselesaikan dengan cepat.

    Terus ada juga masalah yang kalau dilihat dari data base sudah bisa langsung kelihatan. Misalnya, banyak nasabah yang pakai bank A tapi kami enggak menyediakan bank A, sehingga banyak nasabah yang kesulitan bayar.

    Tapi umumnya proses analisa masalah sampai solving itu memakan waktu seminggu sampai 2 bulan.

     

    Tantangan Product Manager dalam mencari solusi itu apa?

    Nah itu yang gue bilang kalau jadi Product Manager itu harus mau belajar terus. Karena sekali lo sudah bikin solusi terus lo implementasikan, 99% solusi yang disepakati itu bukan solusi yang terbaik.

    Maka dari itu sekarang kita selalu iterate solusi,  yang dimaksud iterate itu dari tiap solusi yang dibuat untuk kedepannya harus kami tweak atau kami perbaiki secara berkala. Jarang banget PM itu bikin solusi terus lempar aja gitu. Kita harus pikirin terus menerus.

    Makanya kadang-kadang, pembagian tim dan bagimana perusahaan approve suatu solusi akan berbeda-beda. Ada yang approval-nya dari CEO atau CTO, ada juga yang PM-nya yang tentuin. Tergantung perusahaannya juga.

     

    Workflow dari rutinitas lo sehari-hari sebagai Product Manager?

    Gue tiap pagi buka dashboard data, biasanya gue lihat-lihat tren-nya apa sih. Terus gue lihat juga ada yang down gak di sistem. Cek task juga hari ini mau ngapain. Kadang-kadang nyamperin engineer juga untuk cek ada masalah apa.

    Uniknya Product Manager juga, kerjaannya mungkin tiap hari enggak sama, tiap hari bisa berbeda-beda. Bisa aja di satu minggu, gue hanya riset aja kerjaannya. Bisa juga satu hari gue bikin story aja, apa saja yang akan dikerjakan tim engineer. Atau bisa juga satu minggu gue ngobrol sama stakeholder buat diskusi tentang apa yang mau dilakukan perusahaan.

     

    Gimana caranya membangun rasa kepemilikan (sense of belonging) untuk suatu produk?

    Prinsip gue simpel sih. Kalau ada perusahaan lain atau divisi lain nanya tentang apapun yang terjadi di perusahaan maupun product  dan gue gak bisa jawab maka bisa dibilang gue gagal.  Walaupun enggak apa-apa kalau gak bisa jawab saat itu juga, tapi kalau sampai gue bilang “nggak tahu, bukan urusan gue” itu gue gagal.

     

    Bagaimana lo memahami suatu produk? Apakah karena lo tertarik atau karena lo pribadi punya pemahaman atau value sendiri akan suatu produk? 

    Kalau gue kemarin memang nyari dan tertarik di dunia fintech, atau enggak  kedokteran (medical). Soalnya setelah gue melihat tren sekarang, lo butuhnya fintech. E-commerce, media sosial, bisnis apapun ya butuhnya uang juga. Dan kalau medical ya memang impact dan kasih nilai lebih ke orang-orang.

     

    Bagaimana proses untuk tahu kalau lo mau kerja di fintech gimana?

    Sebenernya gue terbuka terus ya, gue nggak mau menutup kesempatan karena gue mau kerja di fintech. Tapi gue sadar banget pas gue kerja di perusahaan e-money. Gue sadar kalau fintech itu sebenarnya banyak, bisa e-money, bisa lending, payment gateway. Jadi bener-bener dibutuhin banget.

     

    Apa yang harus dipahami untuk mulai masuk ke suatu produk?

    Mulai dari yang kecil dulu. Lo harus paham apa yang costumer lo paham. Misalnya lo di e-commerce, lo harus paham apa yang costumer lo pahami mengenai perusahaan lo. Jangan sampai ketika lo wawancara lo enggak bisa jawab pertanyaan customer.

    Terus kalau sudah dari segi customer, lo harus rambah lagi dari sisi bisnisnya, gali juga sejarahnya. Kalau lo dikasih akses ke aplikasi chat-nya, bisa lo baca chat-nya dari awal perusahaan itu berdiri.

    Terus misalnya pakai Jira atau pakai Redmine bisa lo baca lagi tuh, kenapa dulu nge-solve masalahnya dengan cara kaya gini . Nah kalau lo udah tahu sejarahnya biasanya lebih gampang.

     

    Apa tantangan untuk mengembangkan produk fintech?

    Tantangan yang paling besar itu karena Indonesia adalah negara kepulauan. Karakteristik user itu beda banget di berbagai daerah. Enggak bisa lo riset di Jakarta dan berharap itu berlaku di seluruh Indonesia.

    Sementara di Indonesia penetrasi bank-nya rendah. Kadang mereka pakai yang konvensional pun masih sulit dan kami mau datang dengan teknologi, sometimes it doesn’t work.

    Nah, tantangan lainnya kalau di fintech itu adalah regulasi. Tergantung fintech-nya apa, kalau e-money atau payment gateway gitu biasanya ke Bank Indonesia. Kalau pinjaman dan urusan transaksi itu ke OJK. Memang nggak sebebas e-commerce yang kalau mau buat apa, launching nggak ada yang awasin. Kalau finansial itu diawasin banget, satu rupiah aja berarti gitu.

    Dan kami harus bijaksana di user-nya juga, apakah uangnya bener-bener dipakai untuk itu. Begitu juga dengan perusahaan lending, harus validasi dulu kalau orang atau user  beneran ada uangnya dan beneran bayar.

     

    Menurut lo apakah Indonesia secara keseluruhan mulai perlu diubah kebiasannya dengan fintech? 

    Gue sih ngeliat beberapa startup di bidang financial, ada beberapa yang mau penetrasi ke tech city bahkan ke desa gitu. Tapi menurut gue lebih baik ke kota-kota besar dulu, kalau di kota besar udah penetrasinya masuk. Baru masuk ke secondary city, di secondary city itu kan pasti orang-orangnya punya tetangga atau kerabat. Nah itu yang bisa jadi agen perubahan. Karena biasanya orang dari desa atau daerah gitu lebih dengerin orang terdekat mereka.

     

    Bagaimana proses validasi user itu?

    Paling gampang itu tatap muka. Jadi cek ID mereka apakah sesuai dengan wajah mereka. Paling tantangannya cara untuk bikin itu digital. Gimana kita bisa tahu kalau itu beneran KTP-nya dia, atau selfie dan KTP mereka beneran sama.

     

    Apa fokus utama dalam mengembangkan produk?

    Kalau ditanya fokus dan tujuan ya namanya perusahaan ya pasti revenue. Tapi dibagi dua tahap, kalau gue sendiri percaya kalau produk itu bisa bekerja dulu. Nah baru bisa diselesaikan dari sisi desain, terus misalnya dari segi websitenya biar jadi lebih cepat. Nah dari situ baru bisa fokus ke arah engineering dll.

    Tapi yang pasti pikirin dulu apakah itu fungsional dan cocok sama segmen market lo. Jangan sampai lo bikin product tapi enggak ada yang mau.

     

    Apa tools yang lo gunakan seorang Product Manager?

    Biasanya tools yang sering digunakan Product Manager itu tools development kaya Jira, Redmine, Basecamp. Terus software untuk memetakan pekerjaan kaya Trello. Dan juga ada software yang dipakai untuk desain untuk lihat desain mockup seperti Zeplin, Invision. Terus yang paling sering dipakai yaa, Microsoft Office (?) Excel, Powerpoint, Word, Visio.  Terakhir ya software untuk lihat data, tergantung perusahaannya pakai apa.

     

    Lo ada referensi aplikasi yang menurut lo itu bagus banget nggak sih?

    Gue lagi suka main Hago, itu kaya satu aplikasi tapi multiple games dan lo bisa matchmaking juga sama user lain. Untuk aplikasi yang gue pakai sehari-hari, gue suka belanja di Tokopedia dan untuk jalan-jalan Traveloka. Kalau Traveloka gue suka banget User Experience-nya. Kalau Tokopedia ya as simple as mereka lebih murah hehe (?)

     

    Hal apa sih yang membuat pekerjaan lo ini impactful?

    Yang seru dari Product Manager adalah lo bisa merasakan prosesnya dari depan ke belakang sih. Ketika suatu produk launch, lo merasakan dan mengalami dari produk itu masih sebuah ide sampai produk itu beneran launching. Dan ketika produk-nya ROI-nya besar, user feedback-nya bagus wah itu bangga banget.

     

    Technical skill yang harus dikuasai Product Manager?

    Seorang Product Manager itu harus bisa mengisi yang kosong. Misalnya tim desain dari perusahaan itu belum besar, bisa jadi di titik itu lo bantu untuk desain. Atau ketika tim engineer perusahaan belum terlalu besar, lo bisa buat spec-nya lebih detail sehingga engineer lainnya nantinya akan jadi lebih mudah bekerja, atau belum ada BI (Business Inteligence) buat bisnis, lo ikutan riset BI-nya gitu. Atau belum ada researcher, lo bisa ikut research ke user-nya.

    Dan Product Manager itu harus mau belajar, enggak musti excellent di berbagai bidang itu. Misalnya perusahaan gue mau bikin segmen bisnis baru, itu pasti akan dimulai dari nol, dimana resource-nya belum ada, dan kondisinya tentu enggak mungkin perusahaan akan langsung merekrut 10 engineer.  Nah di situ lo harus bisa mengisi kekosongannya, tapi ketika produknya udah mulai terbukti, ya lo mulai mundur lagi. As the company scale up lo juga akan berubah juga.

     

    Apa sih perbedaan dari Project Manager dan Product Manager? 

    Jadi Project Manager itu kalau lo punya suatu proyek, lo udah tahu end goal-nya apa. Misalnya lo mau produksi MacBook, dan lo sudah paham spesifikasinya maka selanjutnya lo akan produksi Macbook itu dan selesai!. Nah kalau Product Manager tugasnya adalah untuk secara berkelanjutan mengelola dan memperbaiki produk yang sudah launching tersebut, misalnya dari contoh Macbook tadi, setelah produknya terjual maka sebagai Product Manager harus terus menggali feedbackKalau Product tuh nggak ada akhirnya. Tapi umumnya Project itu B2B dan Product itu biasanya B2C.

     

    Bagaimana caranya meyakinkan tim lo kalau solusi lo itu yang terbaik?

    Dulu banget gue sempet mikir kalau gue objektif 100%, yang maksudnya gue akan bicara berdasarkan data dan hasil revenue. Tadinya gue pikir dengan cara begitu semuanya akan bekerja dengan baik.

    Ternyata seiring berjalannya waktu, pendekatan personal, bagaimana gue berkomunikasi itu juga penting. Nah itu yang menantang juga jadi Product Manager karena harus objektif tapi harus bisa pendekatan personal juga.

     

    Yang mana lebih mudah ditangani, merombak sebuah produk yang sudah ada atau membuat produk baru?

    Gue suka dua-duanya sih sebenarnya, tapi kalau boleh milih gue akan lebih suka membuat produk baru. Karena biasanya itu menyelesaikan masalah fundamental lebih lanjut. Dibandingkan edit produk yang sudah ada. Mungkin masalah-masalah yang diselesaikan pada saat edit produknya nggak sebanyak daripada lo bikin produk baru yang lebih fundamental.

     

    Karakter seperti apa yang akan lo pilih dalam tim lo?

    Gue dan tim suka orang yang terbuka terus bisa say no. Bilang tidak dengan cara yang nggak ngajak berantem tapi ya (?) Dia mau sharing, bisa terima banyak masukan dan enggak keras kepala sih, dan bukan yes man. Terus harus bisa riset dan punya  empati. Paham teknikal dan bisa berpikir secara analitis juga harus. Jadi cara dia menganalisa, cara dia mikir dan mengolah data harus kuat.

     

    Apa tantangan dalam mengembangkan produk di bidang fintech?

    Untuk peer-to-peer sebenarnya tantangannya bagimana lo bisa bikin modelling yang secanggih manual. Karena ketika lo melakukan manual, udah jelas orangnya siapa. Tapi kalau lo berusaha automasi itu, yang mana kalau berhasil automasi lo bisa scale up kan.

    Nah itu sulit banget bikin modelnya, dan dengan model itu lo bisa mengatur resiko. Resiko sendiri ada di tiga pihak kan; yang minjem punya resiko, yang ngasih pinjaman punya resiko, dan kita yang di tengah juga punya resiko.

    Kalau orang yang minjam kan resikonya kalau dia enggak bayar, dia akan terus bayar denda. Berarti kan kita sebagai orang di tengah harus mastiin dia bisa bayar. Terus bagaimana kita bisa tahu tanggal-tanggal yang optimal untuk orang yang pinjam itu bisa bayar. Apakah benar dia bisa bayar tiga bulan atau dia baru bisa bayar setahun? Nah tantangan itu harus dianalisis  sehingga resikonya turun.

    Nah tantangan dari pemberi pinjaman, kalau penerima pinjaman telat bayar ya pemberi pinjaman bisa ‘buntung’. Sebagai orang yang ada di tengah, kita bantuin dengan tim collection. Gimana kita bisa cegah di awal, kami harus memastikan penerima pinjaman benar-benar terpercaya. Setelah mereka pinjam pun kami harus memastikan mereka bayar dengan menggunakan tim collection.

     

    Apakah ini akan merubah kebiasaan orang? Atau lo ada visi sendiri mengenai P2P Lending?

    Mungkin ini bisa merubah cara orang berinvestasi. Kalau biasanya instrumen investasi itu ada emas, deposito, saham, dollar. Nah ada satu lagi instrumen investasi sekarang, yaitu P2P Lending. Mereka kasih ke orang yang membutuhkan dan mereka bisa dapat bunga invesment.

    Dan lihat demand yang dibagi oleh semua P2P dan fintech, demand-nya meningkat banget. Dari tahun 2017, 2018 dan 2019 di ramlkan meningkat. Bisa dibilang mungkin 10x meningkat.

     

    Apa motivasi lo untuk menjadi  seorang Product Manager?

    Sebenarnya dari dulu gue ingin banget jadi technopreneur. Tapi gue nggak berani coba-coba karena di keluarga, gue itu anak tunggal. Kalau coba-coba ya agak beresiko. Jadi gue mau cari pengalaman yang banyak, cari ilmu dulu, dan cari modal.

    Makanya gue tertarik banget kerja di startup untuk mempelajari sistemnya. Dan menurut gue sebagai Product Manager itu harus banget untuk tahu sistemnya. Dan ini membantu banget untuk suatu saat mewujudkan mimpi gue.

     

    Gimana caranya lo punya work life balance ketika lo harus menjadi seorang problem solver di kehidupan karir lo?

    Trying to be fun! Jadi ketika kerja jangan dipikirin sebagai beban, kalau udah mumet dibawa bercanda aja, kalau udah pusing ya istirahat dulu aja, cari inspirasi lain. Mungkin salah satu bagian menyenangkannya di startup adalah orang-orangnya saling mendukung, jadi walaupun kerja tapi tetap balance dan tetap senang

     

    Tips untuk menentukan apa yang harus diprioritaskan dan menentukan apa yang harus di solved dalam kehidupan sehari-hari?

    Tips dari gue sih harus bisa menyeimbangkan hal yang just do it dan teori. Karena kadang orang banyak baca buku tapi nggak pernah dilakukan juga. Harus tahu kapan untuk just do it dan lo juga harus tahu kapan lo harus pikirin sesuatu matang-matang.

     

    Tips untuk menjadi problem solver?

    Lo harus memahami masalahnya dulu dan lo harus berpikiran terbuka. Lo harus terbuka untuk mempelajari banyak hal. Jadi jangan sampai lo merasa lo udah pintar. Hanya karena lo merasa solusi lo udah benar, jangan sampai asumsikan itu yang paling benar, lo harus memperhatikan variabel lain.

     

    Saran untuk teman-teman fresh graduate yang ingin jadi Product Manager?

    Kalau Product Manager kan datangnya dari berbagai sisi ya (red: jurusan), kalau dari latar belakang engineering, gue kasih tips jangan terlalu ngerjain sesuatu hanya karena lo dikasih tugas itu aja, harus cari tahu kenapanya terus.

    Kalau dari sisi desain, kalian harus perhatikan dari segi bisnis juga. Kalau bikin desain jangan hanya karena mau cepat dan simpel. Padahal simpel aja belum tentu bisa mendatangkan bisnis value.

    Nah kalau dari sisi bisnis, biasanya mereka teknisnya kurang. Jadi ketika komunikasi dengan engineer, mereka akan push engineer kalau mereka lama. Mereka enggak paham kalau masing-masing divisi punya prosesnya masing-masing dalam menyelesaikan sesuatu. Nah dari ketiga itu, penting juga untuk belajar berkomunikasi.


    Jadi Product Manager itu kamu harus menjadi sosok yang berada di tengah-tengah namun di lain sisi juga mampu untuk memimpin sebuah tim dengan tujuan membangun suatu produk yang oke dan memiliki nilai guna yang sesuai dengan pasar.

    Skills yang dibutuhkan pun cukup beragam, dengan banyak bermunculnya startup posisi sebagai Product Manager pun kian dicari.

    Apakah kamu sudah siap untuk memulai karir sebagai seorang Product Manager? Kalau kamu tertarik dengan profesi ini dan masing ingin ngobrol dengan Dean, kamu bisa menghubunginya melalui LinkedIn atau Instagram loh!

      Seberapa bermanfaat artikel ini?

      Klik salah satu bintang untuk menilai.

      Nilai rata-rata 0 / 5. Jumlah vote: 0

      Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

      We are sorry that this post was not useful for you!

      Let us improve this post!

      Tell us how we can improve this post?


      Leave a Reply

      Your email address will not be published. Required fields are marked *

      Artikel Terkait