Ikigai: Menghidupi Karir

Diperbarui 24 Mar 2022 - Dibaca 11 mnt

Isi Artikel

    Salah satu pertanyaan yang selalu muncul di setiap fase kehidupan itu “Mau jadi apa?”. Masuk ke jenjang pendidikan dasar, jawabannya cukup sederhana : “Jadi Ranking 1”. Setelah lulus SD, naik sedikit yaitu jadi medalis OSN.

    Ketika SMA, pernah berpikir untuk jadi salah satu debater handal dunia. Seiring berjalannya waktu pertanyaan ini jadi semakin sulit untuk dijawab, apalagi menyadari sudah saatnya mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah ditimba sejak mengenal dunia. Tidak bisa ‘terlalu’ eksperimental lagi karena menyangkut karir di masa depan.

    Mulai ada urgensi untuk mempersiapkan karir yang lebih ‘steady’ untuk kehidupan yang lebih bermakna. Tentunya di tingkat 3 perkuliahan ini saya dihadapkan dengan pertanyaan yang sama

    Mau jadi apa setelah kuliah? — Inner Self


    Proses pencarian jati diri dan tujuan hidup inilah yang cukup menarik kalau ditelisik lebih lanjut. Semakin bertambahnya usia biasanya jawaban atas pertanyaan “mau jadi apa?” terus berevolusi menjadi lebih kompleks dan lebih personal.

    Kompleks tidak selalu lebih muluk-muluk, ada yang jadi lebih realistis, mungkin juga ada yang punya harapan lebih besar tapi seharusnya gambaran kehidupan yang diinginkan menjadi lebih detail, tidak hanya di awang-awang. Hal ini wajar karena sangat terkait dengan experience dan value yang juga mulai terpupuk seiring perjalanan waktu.


    Ikigai (生き甲斐) is a Japanese term for “a reason for being.” The word ‘Ikigai’ usually refers to the source of value in one’s life or the things that make one’s life worthwhile. (Source: Wikipedia)

    Image result for ikigai

    Dalam diagram venn di atas dijelaskan bahwa apa yang disebut dengan ikigai adalah irisan dari “what you’re GOOD AT”, “what you LOVE”, “what you can be PAID FOR”, dan “what the world NEEDS”. Kehilangan salah satu dari keempat komponen tersebut dipercaya bisa mengurangi esensi dari kehidupan seseorang.

    Ikigai diterjemahkan secara bebas menjadi ‘thing that you live for’, semangat yang mendorong kita beraktivitas setiap hari, yang membangunkan kita dari tempat tidur dan memberi tenaga untuk menjalani kehidupan.

    Konsep ini menarik karena ikigai memadukan idealisme dengan realitas dunia yang ada. Di tengah propaganda “follow your passion” yang sedang gencar-gencarnya, konsep ini menawarkan pandangan yang lebih jauh terhadap cara memaknai karir. Karir yang dimaksud bukanlah ‘pekerjaan’ yang biasanya dicari setelah lulus kuliah. Pekerjaan adalah titel yang diberikan perusahaan pada karyawannya, berkaitan dengan profesi.

    Karir bukan merupakan sebuah titik dalam kehidupan. Karir itu mengenai diri kita. Karir itu milik kita. Karir itu tentang perjalanan kita mencapai apa yang kita inginkan dalam hidup. — Rene Suhardono (Your Job is Not Your Career, 2010)


    Finding Ikigai

    Proses pencarian ikigai pasti berbeda dan unik untuk setiap orang. Lama waktu dan approach yang dilakukan setiap orang juga pasti punya kekhasan tersendiri. Jadi perlu ditekankan kalau tidak perlu khawatir kalau belum menemukan rangkaian lingkaran yang pas.

    What you are GOOD AT

    Are you among the best in your workplace/community at this? How about in your city? In your country? In the world?

    Salah satu cara menemukan hal yang kita kuasai biasanya terkait dengan pengakuan dari orang lain. Pengakuan ini bisa didapat dari berbagai macam cara contohnya mengikuti kursus dan mengikuti kompetisi. Saya sendiri cenderung lebih memilih opsi kedua.

    Kenapa? Karena dengan kompetisi banyak hal ++ lainnya yang bisa diperoleh, contohnya pengalaman baru, teman baru, kesempatan jalan-jalan dan makan-makan juga tentunya. Selain itu kompetisi juga menguji kemampuan kita secara komprehensif dengan pembanding yang lebih objektif karena harus menghadapi kompetitor dari berbagai latar belakang keterampilan.

    Intinya, dengan semakin sering memperoleh juara dalam kompetisi seharusnya kita semakin yakin bahwa kita mahir dalam melakukan hal tersebut.


    What you LOVE

    Is what you’re doing something you’re truly passionate about? Could you enthusiastically talk about your industry and/or career for hours on end?

    Menemukan sesuatu yang benar-benar kita cintai itu tidak mudah. Analog dengan proses pencarian pasangan hidup lah kira-kira, karena memang sama-sama hal yang kita cintai, hanya berbeda konteks saja. Lalu, bagaimana menemukannya? Walaupun masih belum 100% yakin, menurut saya hal ini bisa diukur dengan seberapa antusias kita mengobrolkan hal-hal terkait karir kita.

    Antusiasme ini berakar dari ikatan emosional yang kita miliki dengan karir yang dipilih. Kalau mau mengukur diri sendiri biasanya saya menghitung berapa banyak porsi waktu yang bisa dihabiskan untuk mendalami karir tanpa merasakan bosan atau jenuh.


    What you can be PAID FOR

    Have you ever been paid for what you do? If not, are other people being paid for this work?

    Nah, dalam pencarian hal ini sebenarnya saya merasa sangat beruntung bisa berkuliah di jurusan Teknik Informatika ITB angkatan 2016 ditambah bisa memperoleh beasiswa CS Leaders. Bisa dibilang saya berada di “right place, right time”. Sejak tahun pertama, saya mendapat privilege untuk memperoleh pencerahan terkait dunia kerja dan keprofesian lebih dini.

    CS Leaders sangat mengencourage scholars untuk mulai mengikuti internship/magang sedini mungkin bahkan sejak tahun pertama walaupun technical skills yang kita miliki masih sangat minim.

    Awalnya ada keraguan “mana ada perusahaan yang mau mempekerjakan mahasiswa tingkat 1 yang masih belum tahu apa-apa?”. Tapi setelah melakukan menjelajahi internet ternyata cukup banyak platform-platform yang memfasilitasi mahasiswa dalam pencarian magang seperti, Glints.

    Melalui platform seperti ini kepercayaan diri saya sedikit terangkat menyadari ternyata banyak perusahaan yang memerlukan intern. Alhasil saya berhasil memperoleh penghasilan dari magang ini sejak tahun pertama sesuai dengan karir yang saya pilih. Sejujurnya, masa-masa kuliah ini membukakan mata saya tentang apa saja hal yang bisa kita lakukan dan dibayar (DISCLAIMER: tidak selalu dengan uang).

    Saya juga melihat banyak teman saya yang sudah memperoleh penghasilan tetap dengan menjalani karir yang sudah dipilih. Cerita di atas cuma segelintir contoh pengalaman saya, tentunya banyak hal selain magang yang bisa dilakukan contohnya mengerjakan proyek, menjadi pekerja lepas (freelance) atau bisa juga dengan menjadi asisten mata kuliah.


    What the world NEEDS

    Are you helping to solve an actual problem?

    Komponen ini sengaja ditaruh paling akhir karena ini merupakan pertanyaan paling sulit menurut saya. Di tengah gegap gempita disrupsi ide dan solusi, sejatinya banyak orang ‘lupa’ untuk menyelesaikan persoalan yang sebenarnya ada. Saya melihat masih banyak orang yang menciptakan solusi untuk permasalahan yang sebenarnya ‘diada-adakan’.

    World needs disini sejatinya tidak harus earth-shattering, scopenya bisa disesuaikan dengan arah karir kita. Menjadi yang dibutuhkan dunia mungkin bisa sesimpel membantu satu atau sekelompok orang melalui karir kita. Meskipun tidak mudah, tapi satu-satunya cara untuk membuktikannya adalah dengan start doing it!

    “I find out what the world needs. Then I go ahead and try to invent it” ― Thomas A. Edison


    Orang menemukan ikigai dengan jalan dan caranya masing-masing. Mungkin bisa dalam waktu satu tahun atau lebih dari satu dekade. But it’ll be worth the wait. Tetap semangat dalam pencarian karena karir bukan hanya untuk dijalani tetapi untuk dihidupi !

      Seberapa bermanfaat artikel ini?

      Klik salah satu bintang untuk menilai.

      Nilai rata-rata 5 / 5. Jumlah vote: 3

      Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

      We are sorry that this post was not useful for you!

      Let us improve this post!

      Tell us how we can improve this post?


      Comments are closed.

      Artikel Terkait