Asal Mula 8 Jam Kerja dan Tips Memaksimalkan Jam Kerja

Diperbarui 29 Mei 2022 - Dibaca 6 mnt

Isi Artikel

    Apakah kamu merasa tak asing dengan rutinitas berangkat pagi, lalu menerjang kemacetan jalanan dan bekerja hingga menjelang malam? Jika iya, mungkin kamu adalah salah satu pekerja yang menjalani jam kerja nine to five setiap harinya.

    Dalam sehari, rata-rata pekerja dituntut untuk bekerja selama delapan jam, dan dituntut pula untuk bekerja secara produktif. Namun sayangnya, jam kerja yang telah diatur oleh perusahaan terkadang tidak berbanding lurus dengan keproduktifan pekerja dalam menjalani pekerjaannya.

    Bahkan, di beberapa industri pekerjaan seperti dalam industri kreatif sudah tak mengenal lagi penerapan delapan jam kerja. Para pekerja di industri tersebut sudah terbiasa bekerja hingga larut malam dan tak lagi mengenal siang dan malam. Untuk itu, Glints akan membahas keefektifan delapan jam kerja, dimulai dari awal mula diterapkan sejak satu abad yang lalu. Yuk, simak ulasan berikut!

    Asal Mula 8 Jam Kerja

    Asal Mula 8 Jam Kerja

    © Inc.com

    Pada era revolusi industri, belum ada penerapan jam kerja yang jelas bagi para pekerja. Saat itu, para pengusaha ingin memaksimalkan produksi pabriknya, dan karena alasan itulah pekerja dipekerjakan selama mungkin. Dari matahari terbit hingga terbenam mereka dipekerjakan, namun dengan upah yang sangat rendah.

    Hal tersebut akhirnya membuat pekerja terpaksa mengikutsertakan anak-anaknya, dengan tujuan untuk mendapat penghasilan lebih. Rata-rata pekerja saat itu bekerja selama 10 hingga 18 jam dalam sehari, enam hari dalam seminggu. Peraturan tersebut rupanya justru mengakibatkan buruknya kualitas kerja para pekerja pabrik saat itu.

    Hingga akhirnya pada tahun 1817, seorang sosialis berkebangsaan Inggris bernama Robert Owen memulai kampanye untuk menerapkan delapan jam kerja. Menurut Owen, seharusnya sehari dibagi dalam tiga waktu. Hal ini bertujuan agar para pekerja mendapatkan keseimbangan antara waktu bekerja dan waktu untuk diri sendiri.

    Slogan Owen yang terkenal saat itu adalah “delapan jam kerja, delapan jam rekreasi, delapan jam istirahat”. Sayangnya, kampanye yang Owen lakukan tidak mendapatkan hasil baik dan akhirnya terlupakan.

    Pada 1884, delapan jam kerja dalam sehari kembali diusulkan oleh Tom Mann yang kemudian membentuk “Eight Hour League”. Berbeda dengan Owen, perjuangan Mann berbuah hasil. Trades Union Congress, yang mewakili mayoritas serikat buruh di Inggris, akhirnya menetapkan jam kerja selama delapan jam per hari.

    Di Amerika Serikat, The Federation of Organized Trades and Labor Unions juga menetapkan delapan jam kerja mulai 1 Mei 1886. Namun sayang, ketetapan tersebut tak diterapkan oleh para pengusaha yang menyebabkan ratusan ribu buruh melakukan aksi mogok kerja.

    Baru pada tahun 1905 lah para pengusaha mulai menerapkan delapan jam kerja. Salah satu pengusaha yang menerapkannya adalah Henry Ford, pemilik Ford Motor Company. Atas inisiatif diri sendiri, Ford juga menaikkan upah pekerja menjadi dua kali lipat.

    Rupanya inisiatif Ford tersebut membuat produktivitas pekerja meningkat. Selain itu, inisiatifnya juga berdampak pada keuntungan perusahaannya yang meningkat dua kali lipat dalam kurun waktu dua tahun. Kesuksesan Ford akhirnya membuat pengusaha lainnya menerapkan hal serupa hingga saat ini.

    Meski telah diterapkan oleh beberapa perusahaan, penerapan delapan jam kerja baru disahkan pada tahun 1937. Hal tersebut ditetapkan oleh pemerintah Amerika Serikat melalui Fair Labor Standards Act yang menjadi acuan banyak perusahaan hingga sekarang.

    Baca Juga: Sejarah Hari Buruh dan Perkembangannya di Indonesia

    Keefektifan Bekerja Selama 8 Jam

    Keefektifan Bekerja Selama 8 Jam

    © Lawdonut.co.uk

    Setiap orang pastinya memiliki cara kerja yang berbeda-beda, karena itulah bekerja selama delapan jam tidak dapat selalu dikatakan efektif. Terlebih pada para pekerja di industri kreatif yang kebanyakan bekerja lebih dari delapan jam.

    Jika demikian, sebaiknya kamu segera mencari siklus kerja yang paling cocok untuk diri sendiri. Contohnya, kamu dapat mencoba konsep bernama Ultradian Rhytm yang pertama kali dicetuskan oleh seorang peneliti bernama Nathan Kleitman.

    Konsep yang disebut Kleitman sebagai basic rest-activity cycle atau siklus dasar aktivitas-istirahat ini sebenarnya sama dengan siklus atau pola tidur seseorang. Pada dasarnya, otak manusia hanya dapat terfokus pada satu pekerjaan selama 90 hingga 120 menit, dan setelah itu membutuhkan waktu selama 20 hingga 30 menit untuk beristirahat sebelum dapat kembali bekerja secara optimal.

    Sejalan dengan konsep tersebut, seorang jurnalis asal Amerika Serikat bernama Tony Schwartz juga menjelaskan pentingnya mengatur energi yang dikeluarkan untuk bekerja. Terdapat empat jenis energi yang perlu diatur menurut Schwarts, yaitu energi fisik, energi mental, energi emosional, dan energi spiritual.

    Baca Juga: Sistem Kerja 996: Apa Itu, Asal, Dampak, dan Aturan Jam Kerja Indonesia

    Tips Agar dapat Bekerja Secara Efektif

    Tips Agar dapat Bekerja Secara Efektif

    © Reed.co.uk

    Memiliki jam kerja yang terbatas atau bahkan berlebihan dapat berdampak pada keefektifan bekerja. Untuk itu, kamu dapat mencoba beberapa tips berikut agar dapat bekerja secara efektif, terlepas dari berapa lama jam kerja yang dimiliki.

    1. Membuat skala prioritas

    Salah satu hal yang sulit dilakukan oleh beberapa orang di tempat kerja adalah belajar berkata tidak. Terbiasa berkata iya pada setiap tugas yang diserahkan padamu justru dapat berdampak buruk, karena justru membuat pekerjaanmu semakin menumpuk dan berpotensi melupakan pekerjaan yang seharusnya dilakukan lebih dulu.

    Untuk itu sebaiknya kamu membuat daftar prioritas pekerjaan yang paling penting dan harus segera diselesaikan, hingga ke pekerjaan yang dapat diselesaikan di lain waktu. Dengan begitu, kamu juga dapat bekerja dengan lebih terorganisir dan dapat menyelesaikan pekerjaan-pekerjaanmu tepat waktu.

    Baca Juga: Yuk Kerja Efektif dan Efisien! Simak 8 Tips Untuk Memaksimalkan Kerjamu

    2. Hindari melakukan beberapa pekerjaan dalam satu waktu

    Mungkin kamu pernah berpikir untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan secara bersamaan, tujuannya tentu untuk menghemat waktu dan kamu pun dapat melakukan pekerjaan baru lainnya. Namun sebenarnya, melakukan beberapa pekerjaan dalam satu waktu hanya dapat membuat hasil dari pekerjaanmu tidak maksimal.

    Menurut Justin L. Gardner, peneliti dari Stanford University, otak manusia tidak dapat bekerja secara optimal bila mengerjakan beberapa pekerjaan dalam waktu yang bersamaan. Karena itu, sebaiknya kamu menyelesaikan pekerjaan yang telah diprioritaskan sebelumnya satu per satu, ya.

    3. Jangan lupakan istirahat

    Waktu istirahat memang merupakan waktu yang diidam-idamkan para pekerja. Namun faktanya, banyak pekerja yang justru melupakan atau melewatkan waktu istirahat demi menyelesaikan pekerjaannya secara tepat waktu.

    Seperti yang telah diulas sebelumnya, waktu istirahat selama 20 hingga 30 menit sebaiknya diambil setelah bekerja selama 90 atau 120 menit. Jika waktu tersebut dirasa terlalu lama atau tidak relevan, kamu juga dapat mencoba bekerja selama 25 menit dan beristirahat selama 5 menit. Bila sudah mengulanginya selama 4 kali, kamu dapat beristirahat dalam waktu yang lebih lama.

    Memiliki jam kerja selama delapan jam atau lebih seharusnya tak menjadi penghalang bagi kamu untuk bekerja selama efektif, selama memiliki siklus kerja tersendiri yang paling cocok untuk dirimu sendiri. Nah, jika kamu belum menemukan bidang pekerjaan yang cocok, kamu dapat langsung sign up di Glints untuk menemukan berbagai lowongan pekerjaan favorit secara gratis!

      Seberapa bermanfaat artikel ini?

      Klik salah satu bintang untuk menilai.

      Nilai rata-rata 4.8 / 5. Jumlah vote: 6

      Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

      We are sorry that this post was not useful for you!

      Let us improve this post!

      Tell us how we can improve this post?


      Comments are closed.

      Artikel Terkait