Obligasi: Arti, Jenis, Karakteristik, dan Cara Memilihnya
Isi Artikel
Obligasi mungkin adalah kata yang tidak asing lagi. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan instrumen investasi satu ini? Bagaimanakah cara memilih investasi obligasi yang tepat, ya?
Dikutip dari CNBC Indonesia, jumlah pembeli SBR007 yang merupakan salah satu obligasi terbitan pemerintah melebihi target yang ditetapkan sejak awal.
Terdapat 9.956 investor yang membeli surat berharga dengan tenor dua tahun tersebut. Dari jumlah tersebut, 50,85% di antaranya adalah generasi milenial.
Berbagai opsi obligasi yang ditawarkan oleh negara atau korporasi dianggap menggiurkan oleh para investor.
Jika kamu sendiri ingin memahami jenis investasi ini, yuk, simak penjelasan Glints mengenai apa itu, jenis, karakteristik, dan cara memilih obligasi yang tepat!
Apa Itu Obligasi?
Bursa Efek Indonesia (BEI) menjelaskan bahwa obligasi adalah surat utang jangka menengah panjang yang dapat dipindahtangankan.
Investasi ini berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga dan melunasi pokok utang pada periode tertentu kepada pihak pembeli.
Obligasi sendiri dapat diterbitkan oleh korporasi maupun negara.
Periode atau jatuh tempo setiap instrumen investasi tersebut bisa berbeda, tergantung jenis dan penerbitnya masing-masing.
Istilah-Istilah dalam Obligasi
Setelah mengetahui apa itu obligasi, berikut Glints paparkan beberapa istilah yang sering muncul dalam investasi ini.
1. Kupon (interest rate)
Kupon adalah imbal hasil atau bunga yang dibayarkan kepada pemegang obligasi dalam periode tertentu. Biasanya kupon dibayarkan setiap 3 atau 6 bulan sekali.
Terdapat dua jenis kupon obligasi, yaitu fixed coupon dan floating coupon.
Fixed coupon merupakan kupon yang menjanjikan pembagian bunga tetap seperti yang telah disepakati di awal.
Sementara itu, floating coupon adalah kupon yang menjanjikan pembagian bunga yang bisa berubah-ubah, tergantung suku bunga Bank Indonesia (BI).
2. Jatuh tempo (maturity)
Jatuh tempo adalah waktu yang telah ditentukan untuk mengembalikan pokok atau nilai obligasi yang dibeli pemegang investasi ini.
Waktu pengembalian ini bisa beragam, tergantung jenis yang dipilih. Umumnya, pengembalian pokok berkisar antara 365 hari hingga 5 tahun.
Semakin lama waktu jatuh temponya, bunga yang akan diterima pemegang investasi ini juga semakin besar.
3. Nilai nominal (face value)
Face value atau par value adalah nilai pokok yang akan diterima pemegang obligasi saat jatuh tempo.
4. Penerbit (issuer)
Penerbit adalah pihak yang menerbitkan obligasi. Pihak yang dimaksud bisa pemerintah maupun korporasi.
5. Default risk
Default risk adalah risiko yang diterima pemegang obligasi ketika penerbit tidak mampu membayar bunga dan/atau pokok saat jatuh tempo.
6. Liquidity risk
Liquidity risk merupakan risiko yang diterima pemegang obligasi untuk tidak bisa menjual investasinya sebelum jatuh tempo dengan alasan apapun, termasuk saat sedang membutuhkan uang tunai.
7. Klaim aset
Klaim aset adalah situasi saat penerbit obligasi tidak mampu membayar pokok dan/atau bunga. Satu-satunya solusi yang dapat dilakukan adalah menjual aset penerbit dan membagikannya kepada pemegangnya.
8. Peringkat (rating)
Setiap obligasi memiliki peringkat berupa huruf atau angka yang menandakan risiko, seperti AAA, AA+, dan seterusnya.
Semakin tinggi peringkatnya, maka semakin rendah pula risiko dan bunga yang ditawarkan.
Jenis-Jenis Obligasi
Terdapat beberapa jenis obligasi yang tercatat di BEI, antara lain sebagai berikut.
1. Obligasi korporasi
Obligasi ini merupakan jenis yang diterbitkan oleh perusahaan swasta nasional, termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
2. Sukuk
Dikutip dari laman resmi Kementerian Keuangan, sukuk adalah produk investasi syariah yang ditawarkan pemerintah kepada Warga Negara Indonesia (WNI).
Sukuk berupa sertifikat atau bukti kepemilikan atas aset yang mendasarinya.
Hasil penerbitan sukuk akan digunakan untuk pembelian hak manfaat Barang Milik Negara atau pengadaan proyek untuk disewakan ke pemerintah.
Imbalan berasal dari hasil kegiatan investasi tersebut.
Selain pemerintah, sukuk juga dapat diterbitkan oleh korporasi.
3. Surat Berharga Negara (SBN)
SBN dibagi menjadi dua macam, yaitu Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).
SUN adalah surat pengakuan utang yang pembayaran pokok dan bunganya dijamin oleh negara, seperti ditulis Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Sementara itu, SBSN adalah surat berharga yang diterbitkan oleh negara dan menerapkan prinsip-prinsip syariah. Surat tersebut menjadi bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN.
4. Efek Beragun Aset (EBA)
EBA adalah surat berharga yang berisi kumpulan tagihan yang timbul dari surat berharga komersial dan dijamin pemerintah. Tagihan yang dimaksud bisa berupa kredit rumah, tagihan kartu kredit, dan sebagainya.
Karakteristik Obligasi
1. Pendapatan tetap
Obligasi memberikan pendapatan yang tetap atau fixed income kepada pemegangnya.
Nominal pendapatan berupa kupon atau bunga diberitahukan sejak awal dalam bentuk persentase dari pembelian investasi tersebut.
Nantinya, kupon akan dibayarkan secara berkala dalam periode waktu yang telah ditentukan hingga jatuh tempo.
Besaran kupon tersebut biasanya lebih tinggi daripada deposito bank atau Sertifikat Bank Indonesia.
2. Aman
Instrumen investasi yang satu ini sudah dapat dipastikan keamanannya.
Peraturan mengenai kegiatan jual dan beli instrumen investasi itu tertuang dalam UU No. 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara dan UU No. 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara.
Dengan begitu, pemegang investasi tersebut tidak perlu khawatir dengan keamanannya.
3. Mudah diperdagangkan
Karakteristik investasi ini selanjutnya adalah mudah diperdagangkan.
Setelah membeli investasi tersebut, pemegangnya dapat menjualnya kembali di pasar sekunder BEI. Dengan menjualnya, sang pemegang tidak memiliki hak lagi terhadap kupon obligasi.
Pemegang investasi ini dapat menjualnya dengan harga yang lebih tinggi daripada saat ia membelinya. Keuntungan dari selisih harga tersebut disebut sebagai capital gain.
Dalam kondisi lainnya, pemegangnya juga dapat membeli investasi tersebut dengan harga diskon.
Pada akhir tempo, pemegang investasi tersebut tetap akan mendapat keuntungan sesuai nominal yang tertera.
4. Risiko rendah
Risiko berinvestasi dengan obligasi tergolong rendah, apalagi jika dibandingkan dengan saham. Namun, pembelian investasi ini tetap saja memiliki risiko.
Jika membeli obligasi korporasi, kamu berpotensi memiliki default risk atau risiko korporasi tidak mampu membayar pokok dan/atau bunga. Namun, risiko ini sangat jarang terjadi.
5. Banyak pilihan
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat berbagai pilihan obligasi yang dapat kamu pilih.
Pilihan-pilihan tersebut bisa berbeda dari segi penerbit, kupon, atau jatuh tempo.
Kamu bisa memilih opsi yang kamu rasa paling cocok untukmu.
6. Rentan terhadap perubahan ekonomi negara/korporasi
Investasi ini memiliki hubungan erat dengan perubahan ekonomi penerbitnya, yaitu negara atau korporasi.
Perubahan ekonomi yang dimaksud bisa berupa perubahan suku bunga atau bahkan hubungan ekonomi dengan politik.
7. Modal lebih besar
Modal untuk berinvestasi dengan obligasi terbilang lebih besar daripada saham dan reksa dana.
Pembelian saham dan reksa dana bisa dimulai dari Rp 100 ribu atau bahkan kurang dari itu.
Namun, pembelian instrumen investasi ini mulai dari Rp 1 juta, tergantung jenis yang dibeli.
Cara Memilih Obligasi yang Tepat
Setelah mengetahui seluk-beluknya, kamu juga harus tahu cara memilih obligasi yang tepat. Yuk, simak informasinya di bawah ini.
1. Pahami jenis obligasi yang sesuai targetmu
Langkah pertama yang harus dilakukan saat melakukan investasi satu ini adalah memilih jenisnya yang tepat.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, ada beberapa jenis produk yang bisa dipilih. Masing-masing produk memiliki karakteristik dan peluang untung yang berbeda-beda.
Jadi, cobalah pilih jenis obligasi yang sesuai dengan target investasi atau kebutuhanmu saat ini.
2. Riset dan kenali penerbitnya
Selain memahami jenisnya, kamu juga harus mengenal secara mendalam siapa penerbit obligasi yang hendak dipilih.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah seperti track record penerbit, potensi keuntungan yang bisa dijanjikan, dan apakah sudah mendapat izin OJK atau belum.
Dengan begitu, kamu akan tahu apakah penerbit tersebut memiliki jejak investasi yang positif atau justru negatif.
Kemudian, kamu juga bisa menentukan apakah produk obligasi yang dipilih memang terjamin dan bukanlah investasi bodong.
3. Perhatikan suku bunga saat ini
Hal unik yang perlu menjadi perhatian penting pada produk investasi satu ini adalah adalah suku bunga.
Pasalnya, nilai suku bunga perusahaan akan menentukan peluang untung yang kamu bisa dapatkan.
Kita bisa ibaratkan hubungan suku bunga dan obligasi sebagai jungkat-jungkit. Jika satu sisi naik, sisi yang lainnya akan turun.
Jadi, bila suku bunga saat ini mengalami penurunan, imbal hasil obligasi akan meningkat dan begitu pula dengan sebaliknya.
4. Perhatikan kondisi pasar investasi
Sebelum memilih jenis obligasi, sebaiknya kamu juga kenali kondisi pasar investasi saat ini.
Mengapa? Pasalnya, kondisi pasar investasi bisa berubah kapan saja tergantung situasi ekonomi dan politik negara.
Oleh karena itu, coba cek jenis manakah yang bisa memberikan return tertinggi dengan risiko yang mungkin lebih rendah dengan kondisi pasar saat ini.
Demikian penjelasan lengkap dari Glints mengenai apa itu, jenis, karakterisik, dan cara memilih obligasi yang tepat.
Jika sudah merasa cocok untuk memilih investasi ini, kamu bisa mengikuti terus perkembangan informasi mengenai surat berharga yang akan segera diterbitkan pemerintah.
Nah, selain informasi di atas, masih ada banyak lagi informasi seputar investasi yang bisa kamu temukan di Glints Blog, lho.
Mulai dari tips memilih investasi, tips belajar investasi untuk pemula, hingga seluk-beluk produk investasi lainnya.
Menarik, bukan? Yuk, langsung baca informasi selengkapnya di sini!