TalentsTalk Eps 02: Yogi, Growth Analyst at Gojek

Diperbarui 29 Jul 2022 - Dibaca 17 mnt

Isi Artikel

    TalentsTalk adalah sesi ngobrol bareng dengan berbagai narasumber di industri tech. Di episode ke-dua kali ini, tim Glints berkesempatan untuk ngobrol dengan salah satu narasumber yang berprofesi sebagai Growth Analyst.

    Perkenalkan, Yogi, seorang Growth Analyst yang bekerja di salah satu startup unicorn lokasi penyedia jasa ojek online, Gojek.

    Peran Growth Analyst sendiri bisa terbilang cukup baru terdengar gaungnya, peran ini terbentuk semenjak big data menjadi hal krusial dalam menggerakan perusahaan dan teknologinya. Profesi Growth Analyst sendiri terbilang masih sangat segmented, hanya startup-startup tertentu yang memilikinya, sebab semua ini kembali pada di stages manakah suatu startup berdiri.

    Simak obrolan tim Glints dengan Yogi perihal definisi Growth Analyst dan bagaimana kontribusinya pada industri serta user.


    Hi, Yogi! Jelasin dong, menurut lo Growth Analyst tuh apa sih?

    Kalo kita ngomong stream-nya analyst tuh kan ada part dimana lo harus jadi orang yang problem solving, dan banyak juga job desc analyst di industri startup sekarang dengan title yang semakin variatif juga. Ada Business Analyst, Data Analyst, Data Scientist, Business Inteligence Analyst juga.

    Sebenarnya tujuan utamanya analyst adalah sebagai Decision Support System (DSS). Fungsinya untuk pengambil keputusan, lo sebagai pemilik bisnis tentu pengin bisnis lo berkembang kan?  Growth Analyst akan mencari tahu caranya agar suatu bisnis dapat berkembang dengan pendekatan eksperimen dan diuji dengan sains. Itu sih secara general.

     

    Bagaimana latar belakang hingga bisa menjadi seorang Growth Analyst? 

    Kalo gue straightforward sih, background gue kuliah statistik, jadi gue dari dulu emang maunya jadi seorang analyst. Bahkan dari SMA udah sering searching tentang job seperti apa yang mau gue jalanin sekarang ini, contohnya di website careercast untuk lihat kerjaan yang lagi trending.

     

    Apakah di jurusan statistik ada program untuk menjadi seorang analyst?

    Di jurusan gue tuh banyak belajar tentang hal-hal yang enggak pasti juga. Tapi menurut gue kuliah itu untuk mempersiapkan kita ke kehidupan. Kuliah tuh enggak menawarkan kita jaminan pekerjaan soalnya kita yang atur mau kemana, kuliah itu sebagai kunci bagi kita untuk achieve goals. Apa yang gue pelajarin di kampus cukup memberikan gue kesempatan untuk menuju karir sih.

     

    Gimana milestone lo sampe ada di posisi growth analyst?

    Pas kuliah kadang lo belum tahu apa yang akan lo lakukan untuk kerja. Tapi ketika tahun ke-tiga dan ke-empat kuliah, gue coba cari platform untuk mengaplikasikan apa yang gue pelajari ketika kuliah, dan gue nemu salah satu platform freelancing yang mencakup semua orang tech di dalamnya, namanya Upwork.

    Dan gue apply ke ratusan projek, satupun gak ada yg diterima sama mereka, karena kurang kompeten dan dianggap gak ada pengalaman. Gue coba apply ke semua jenis pekerjaan yang ada di situ. Mulai dari data entry, ngisi captcha juga gue masukin, sampai gue juga pernah kena scam!

    Oke tapi gue tetap fokus, karena gue harus dapat pekerjaan, biar paling nggak portofolionya ada gitu. Sampe akhirnya gue nemu salah satu klien di luar negeri, dia butuh orang statistik. Saat dia menjelaskan pekerjaannya, gue sebenarnya gatau nih dia bahas apaan  (?)

    Dan jadilah gue harus hubungin dosen, cari referensi, dan kerjasama juga bareng si pemiik projek. Pada akhirnya, malah kami bertiga lah yang menemukan jawaban untuk research yang dilakukan klien gue.

    Ini menurut gue adalah salah satu pekerjaan yang ada di portofolio gue dan sangat berpengaruh, karena dari situ gue cukup banyak dapat pekerjaan lainnya.

    Dan menurut gue penting sih, kalau lo belum tahu mau kerja di industri apa, paling enggak lo udah ngumpulin portfolio dimana entar pasti bisa digunakan di industrinya.

     

    Setelah ini lo kedepannya masih mau di corporate atau mau membangun yang lain?

    Selama gue masih bisa belajar dan nemuin tempat yang bagus untuk belajar seperti sekarang ini, yaudah gue akan lanjutin karir gue yang sekarang. Tapi kalau gue udah cukup nih sama yang sekarang,  gue akan cari tantangan baru, entah itu berkarir di tempat baru atau bikin sesuatu yang baru. Pokoknya yang bisa bikin gue belajar, karena menurut gue pelajaran itu perjalanan bukan tujuan.

     

    Apa perbedaan pekerjaan lo yang dulu dengan yang sekarang?

    Sama sih, Decision Support System (DSS). Yang beda adalah kaya workflow dan tim-nya terus koordinasinya. Tapi sebagai analyst-nya sendiri tujuannya masih tetap sama.

     

    Apa bedanya struktur role pekerjaan yang dulu dan sekarang?

    Sebagai analyst sama, tapi rolenya beda. Kalau dulu gue tuh BI Analyst (Business Inteligence Analyst) kalau sekarang Growth Analyst. Bedanya tipis sih, orang bilang itu bisa overlap atau tumpang tindih.

    Kalau sekarang ini perbedaannya ada pada bisnisnya dan bagaimana proses eksekusinya; dimana untuk mencapai target harus merhatiin dari berbagai perspektif, dimana kami butuh feature lain dari tech atau copywriting, yang proses eksekusinya dikerjakan berdasarkan keputusan bersama.

    Jadi sebagai analyst tidak hanya mengerjakan analisa saja, tetapi terlibat end-to-end proses eksekusinya. Misalnya dalam experimentation lo harus bisa ngumpulin data yang relevan untuk mencapai tujuan, melakukan proses sampling, dan desain eksperimen, sampai memberi rekomendasi eksperimen.

    Analoginya begini; lo punya gerai bakso, tapi lo pengen bisnis bakso lo ini berkembang, misal buka 50 cabang lah. Tentu lo harus siapin produknya dengan baik dong agar diterima semua orang dan tidak sekedar membuka cabang baru saja. Kaya kualitas bakso dan mienya dll. Sebelum memulai tujuan, tiap tim harus terlibat, apa yang bisa dilakukan untuk mencapai target itu.  

    Nah balik lagi, di lain sisi lo harus bisa nge-tweak bisnisnya, misalnya ngasih promo di jam makan siang. Dan lo harus bisa menjamin ketika lo bikin promo di siang hari, promo yang lo buat itu bisa merepresentasikan hasil dari promo tersebut secara harian.

    Jadi gak hanya anomali “oh kalau siang nih bagusnya kasih promo di hari minggu” padahal hari minggu tuh karena emang gerai bakso lo pasti ramai. Makanya promo lo bisa bagus itu karena lo bikinnya di hari minggu yang sudah jelas kalau gerai bakso lo pasti akan ramai. Nah tugas analyst adalah memastikan promosi bakso lo ini bisa diaplikasikan tiap hari dengan hasil yang sama, bukan karena ada efek lain.

     

    Seperti apa sih output dari analisa campaign lo?

    Jadi misalnya gerai bakso lo ini punya budget 1jt. Lo mau habisin semua dong budgetnya dengan harapan mendatangkan lebih banyak pelanggan. Berangkat dari sini, apa yang Growth Analyst lakukan adalah merancang sebuah eksperimen untuk mengestimasi berapa orang yang lo bisa datengkan kalau semua budget dihabiskan. 

    Caranya adalah mengambil sampel beberapa orang dengan metode sampling yang sesuai, lalu dikasih diskon. Setelah eksperimen selesai, analyst akan memberi rekomendasi apakah eksperimen ini sukses apa tidak dengan pengujian statistik.

    Ketika sukses, maka rekomendasi bisnisnya adalah ke orang yang seperti apa dan di hari apa yang akan mendatangkan banyak orang.

    Dengan begini, budget bisa lebih optimal digunakan dengan penambahan pelanggan yang lebih banyak. Nah disitulah tugas seorang Growth Analyst, memberikan insight lewat metode pengujian yang sesuai.

     

    Menurut lo apa perbedaan peran Growth Analyst dan Digital Marketer?

    Kalau digital marketing dan growth analyst yang di divisi gue sekarang sih begini, peran si Growth Analyst itu untuk mindahin funnel misalnya dari new user jadi returning user. Kalau digital marketing banyakan mainnya di new user, misalnya dari ads facebook sampai akhirnya new user melakukan order pertamanya.

    Nah yang Growth Analyst lakukan adalah melanjutkan new user sampai dia nyaman banget dengan produknya, dan ini yang disebut dengan returning user. Si Growth Analyst harus memikirkan cara agar user bisa terus menggunakan produk.

    Dan tim Digital Marketing dan Growth Analyst ini satu divisi karena jalannya memang harus beriringan mulai dari datengin user sampai nge keep mereka dengan meminimalisir churn.

     

    Terus tools apa aja sih yang lo gunakan dan kenapa harus menguasai tools-tools tersebut?

    Kalau di startup banyakan pengennya gratisan (?),  biasanya pake SQL buat ngambil data. Buat analisa pake R atau Phyton, tools ini bread and butter nya analyst. Semakin datanya growing kami makin butuh tools-tools baru lainnya juga sih, seperti untuk reporting, atau visualisasi data, tapi akan sangat terbantu ketika menguasai paling tidak satu dari 3 tools ini.

    Menurut gue tools itu cuma jadi alat untuk mencapai hasil sih. Lo sebagai analyst kalau gak bisa dapat insight, lo juga harus bisa cari tahu dari teman kantor atau tanya orang di luar perusahaan. Soalnya, ketika bisnis udah mulai grow di situ lah lo belajar hal-hal baru lagi. Terutama di startup ya kaya gitu, harus beradaptasi dengan hal baru untuk bisa bertahan.

     

    Apa saja yang harus dipersiapkan untuk memulai karir sebagai seorang Growth Analyst?

    Lo harus tau dimana saatnya lo perlu belajar, di lain sisi lo juga harus punya network yang banyak. Lo harus bisa tukar ilmu dari temen-temen startup lainnya. Apalagi kalau masih kuliah kan bingung nih mau jadi apa, lo bisa hubungin alumni  kampus yang udah kerja.

    Selain itu kalo ada kesempatan intern ya ikut aja. Banyak tech startup buka intern, menurut gue itu membantu banget mempersiapkan karir. Selain itu, platform freelance juga mulai menjamur di Indo dan luar negeri, mulai dari bidang kreatif, bisnis, data, tech, dan banyak lagi.

     

    Kalau dari segi hard skill bagaimana?

    Ketika lo apply di sebuah perusahaan, lo juga harus bisa liat mereka butuhnya apa. Misalnya perusahaannya besar atau masih kecil. Itu akan membantu lo menentukan skill apa yang harus lo pelajarin.

    Kalo di startup yang masih awal, lo akan kerja sama founder mungkin. Dan kalau lo apply di perusahaan besar, untuk seorang analyst yang paling utama adalah lo harus paham SQL untuk mengambil data. Tapi untuk case yang lain, lo perlu belajar metode-metode khusus misalnya untuk klasifikasi dan prediksi costumer. Kalau untuk Growth, akan lebih mudah kalau sudah familiar dengan desain eksperimen hingga pengujian nya secara statistik

     

    Bagaimana dengan workflow sehari-hari lo? 

    Kalau di tim kami ada objektif untuk target. Nah diawal target itu kita meeting dulu biar tau sebulan ini mau ngapain aja. Minggu depan kami meeting lagi apa yang udah kami lakukan dan apa saja yang harus diperbaiki. Secara garis besar seperti itu..

    Tapi gue sebagai analyst, ada satu hari perlu meeting sama orang untuk dapet sense bagaimana cara mencapai targetnya. Ada satu hari perlu menganalisa, ngoding, ya butuh waktu sendiri untuk masing-masing pekerjaan.

    Untuk analisis kadang bisa cepat. Tapi balik lagi ke hasil meeting butuhnya apa dan butuh beberapa waktu untuk bikin deck analisanya yang kemudian nantinya akan dipresentasi dan direkomendasikan solusinya dari gue sebagai analyst.

     

    Bagaimana ideation setelah analisanya?

    Misal, Goal di awal misalnya acquiring 50k users, nah sebagai analyst, tujuan lo adalah bagaimana caranya mencapai angka tersebut. Misalnya kami tweak “oh si kota ini enak untuk grow users” nah dalam meeting nanti akan kami diskusikan, hasilnya akan kami uji terlebih dahulu melalui eksperimen, kemudian setelah eksperimen selesai, hasil  analisanya akan merekomendasikan apakah ada efek yang cukup baik apa enggak, kalau hasil eksperimen nya memuaskan, kami akan coba terapkan di kota lain juga dengan kondisi yang sama.

     

    Ada tips untuk jadi data driven?

    Gue sendiri awalnya punya kesulitan untuk membentuk mindset data driven. Karena ketika lo ada di jurusan math atau stats, lo akan mencari pekerjaan dimana metode yang lo pelajarin bisa terpakai. Jadi semua approach yang dipakai untuk mencari data pendukung banyak memakai cara rumit yang sebenarnya bisa dengan cara yang simpel.

    Kesulitan itu bisa diatasi kalo lo udah mulai dekat dengan tim lain agar lo bisa liat dari segi bisnisnya dan cara yang mana yang paling efisien untuk menyelesaikan masalah. Jadi, perbanyak diskusi dengan orang di berbagai bidang, karena mindset data driven akan mendukung hipotesa-hipotesa yang udah di konstruksikan dari awal untuk tujuan bisnis.

     

    Apakah lo pernah mengalami miskomunikasi dengan departemen lain?

    Pasti ada. Tapi enaknya di startup orang-orangnya cepat banget respon. Makanya Slack itu penting banget. Jadi lo bisa langsung bahas masalahnya ke beberapa orang tanpa harus ketemu langsung yang memakan waktu lama.

     

    Apakah pernah mengalami error saat campaign berlangsung?

    Pasti ada sih. Karena kalau campaign itu ada banyak variable yang bisa bikin error. Misal kaya lo comparenya salah atau sample-nya salah. Karena seringkali ada variabel-variabel lain yang masuk. Sebagai contoh, gue punya target 1000 orang tapi yang masuk 2000 karena setengahnya akun bohongan. Dari situ pembelajarannya adalah: “kenapa hal seperti itu bisa terjadi, kenapa bisa bocor?” Jadi tim lain harus bikin dokumentasi apa saja yang harus diperhatikan unruk campaign selanjutnya agar tidak terjadi error yang sama.

     

    Ada visi dengan profesi sebagai seorang analyst?

    Growth Analyst itu evolusi dari analyst-analyst yang sebelumnya. Kalo dulu orang ngomongin analyst enggak dikaitkan dengak growth, gak dikaitin sama scientist. Soalnya belum ada big data kan dulu.

    Menurut gue kedepannya akan tetap sama, Growth Analyst membantu proses decision making tapi mungkin tools dan lain lain akan berubah.

     

    Suka duka menjadi growth analyst?

    Suka duka di startup tuh balik lagi lo pengennya kerja kaya gimana.  Gue dulu memang berkekpektasi kerja di suatu startup karena fleksibel, apapun yang terjadi di luar kantor itu masih bisa dengan cepat gue respon. Di satu sisi lo juga bisa remote, tapi kerjanya harus tetap cepat juga.

    Ketika lo ngomongin hardwork, ada satu sisi dimana work-life balance terganggu. Jadi banyak banget yang ingin dipelajarin tapi waktunya terbuang. Di awal-awal ya gitu, enggak ketemu pola untuk istirahat.

     

    Ada mimpi yang ingin lo capai di masa depan?

    Ada sih. Kalo gue sendiri dari awal karir gue memposisikan diri gue untuk terus belajar, belajar apa saja. Tapi jangan sampe jadi yes man, yang malah jadi ngerjain apa saja. Karena lo harus bisa prioritasin apa yang harus dikerjain dan nggak, nah ini untuk awal karir gue. 

    Nah untuk middle carrier gue udah mulai mau sharing ke banyak orang. Karena ketika lo bisa berbagi ke orang lain tuh bisa jadi the joy of learning itu sendiri. Berbagi itu bisa jadi apa saja. Apa pun di masa mendatang yang bisa memberikan ilmu ke orang.

     

    Apa sih motivasi lo untuk sekarang?

    Balik lagi ke goals, misalnya gue mau mengedukasi anak muda dalam waktu 10 tahun lagi, motivasi akan datang ketika gue udah bergerak ke arah goals-nya, nantinya akan terbentuk sendiri habit-nya. Ketika sudah ada motivasi, habit dan pattern akan muncul untuk meraih goals.

     

    Kerja karena passion atau salary?

    Kalau lo sekarang masih di masa kuliah lo cukup beruntung, karena lo bisa bereksperimen banyak hal. Bisa saja lo pengen jadi jurnalis walaupun bukan dari jurusan jurnalistik. Terus lo juga bisa belajar dari komunitas atau intern.

    Menurut gue itu penting untuk bereksperimen banyak hal untuk mencari passion lo di bidang apa. Karena kalau udah kerja agak susah untuk mencoba hal-hal baru. Passion adalah sesuatu yang perlu lo cari terlebih dahulu sebelum salary biar kerjaan enggak nunggu gaji mulu dan enggak terkesan bosen. Tapi di situasi tertentu, mungkin lo butuh salary daripada passion, tergantung butuhnya apa dari dua pertimbangan ini.

     

    Apa sih yang bikin lo betah di kerjaan sekarang?

    Tim sih yang enak. Karena temen-temen yang saling mendukung. Kalau di tim gue tuh akan selalu kasih masukan, Jadi tahu apa yang harus gue kembangin buat diri sendiri dan buat tim juga. Selain itu, selalu terbuka dengan pendekatan yang berbeda dari segi eksekusi, dan selalu aktif dalam ideation.

     

    Saran untuk menjadi seorang analyst?

    Kalau lo saat ini masih kuliah, lo coba banyakin hubungin alumni deh. Menurut gue saat lo kuliah, lo harus cepet-cepet nemuin passion di bidang apa. Biar entar di karir enggak merasa salah kerjaan. Nah untuk nemuin passion  ini dan tahu bagaimana industri yang sekiranya lo minati, langsung aja hubungin alumni kampus, bisa lewat linkedin atau facebook

    Terus pada saat kuliah lo harus banyak-banyak baca dan cari tahu. Kemudian lo harus bangun portofolio. Mungkin dengan ikut seminar atau intern. Jangan lupa lo harus terbuka dengan hal baru juga. Terus kalau misalnya lo udah lulus kuliah dan cari kerja, cari bos yang sesuai dengan kerjaan lo. ketika lo udah nemuin bos yang enak diajak ngobrol dan cukup support untuk membangun karir lo bisa sekaligus menemukan seorang mentor.

    Tonton interview tim Glints dengan Yogi selengkapnya di bawah ini:


    Menjadi seorang Growth Analyst mungkin untuk saat ini  dibutuhkan hanya pada startup-startup tertentu, namun tidak menutup kemungkinan dengan pertumbuhan startup di Indonesia, profesi ini akan semakin dicari. Selain menjadi Growth Analyst juga masih ada beberapa profesi lainnya yang berhubungan dengan data yang diprediksi kian dicari setiap tahunnya. 

    Apakah kamu sudah siap bersaing? Kalau kamu masih ingin ngobrol dengan Yogi seputar Growth Analyst kamu bisa langsung menghubunginya di LinkedIn-nya

      Seberapa bermanfaat artikel ini?

      Klik salah satu bintang untuk menilai.

      Nilai rata-rata 5 / 5. Jumlah vote: 1

      Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

      We are sorry that this post was not useful for you!

      Let us improve this post!

      Tell us how we can improve this post?


      Leave a Reply

      Your email address will not be published. Required fields are marked *

      Artikel Terkait