Strategi Penetapan Harga: Arti, Cara Menentukan, Manfaat, dan Jenis-Jenis

Diperbarui 25 Apr 2023 - Dibaca 15 mnt

Isi Artikel

    Banyak orang yang mengira harga ditetapkan atas nama mendapat untung saja. Padahal, ada banyak jenis strategi penetapan harga alias pricing strategy yang bisa dipakai.

    Melansir Price Intelligently, pricing strategy sering dilupakan oleh banyak business developer. Padahal, pemilihan strategi yang tepat bisa melejitkan penjualan, lho.

    Kira-kira, apa saja strategi penentuan harga itu? Lalu, seperti apa manfaat yang ia tawarkan kepada perusahaan? Yuk, simak penjelasan lengkapnya di bawah ini! 

    Baca Juga: Ingin Penjualan Meningkat? Yuk, Ketahui Sales Tools dan 6 Kategorinya!

    Apa Itu Strategi Penetapan Harga?

    strategi penetapan harga

    © Freepik.com

    Sebelum membahas jenis-jenis beserta fungsinya, pertama-tama kita perlu mengulas terlebih dahulu definisi dari strategi penetapan harga.

    Menurut Chronpricing strategy mengacu pada metode yang digunakan perusahaan untuk menentukan harga produk atau layanan mereka.

    Hampir semua perusahaan mendasarkan harga produk pada biaya produksi, tenaga kerja, iklan, kemudian menambahkan persentase tertentu agar mereka bisa memperoleh keuntungan.

    Harga sendiri merupakan komponen marketing yang bisa menentukan pendapatan suatu perusahaan.

    Sebab, penentuan harga yang tepat akan menciptakan demand atau permintaan yang optimal dari pihak konsumen dan partner bisnis.

    Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa menetapkan harga merupakan salah satu faktor kunci bagi badan usaha untuk meraih keuntungan.

    Cara Menetapkan Harga

    Seperti yang sudah Glints paparkan, strategi penetapan harga sifatnya sangatlah penting bagi perkembangan bisnis perusahaan.

    Sebab, dengan menetapkan harga yang tepat, perusahaan bisa mendapatkan angka demand produk yang tinggi dan penjualan akan ikut meningkat.

    Meskipun demikian, menentukan harga produk bukanlah proses yang bisa disepelekan.

    Untuk mencapai harga yang paling sesuai dengan kebutuhan bisnis mereka, pihak perusahaan harus mengikuti langkah-langkah tertentu.

    Nah, berikut adalah pemaparan mengenai strategi yang bisa perusahaan ikuti untuk keperluan penetapan harga produk bisnis.

    1. Menetapkan biaya harga plus

    Strategi penetapan harga pertama yang bisa diikuti oleh perusahaan besar maupun kecil adalah dengan menentukan harga plus.

    Penerapan metode ini adalah dengan menentukan harga jual dengan berpedoman kepada hitungan jumlah keseluruhan biaya yang digunakan.

    Setelah itu, hasil hitungan akan digabungkan dengan satuan jumlah tertentu untuk menutupi laba, atau sering disebut juga dengan margin.

    Fungsi utama dari metode penetapan biaya harga plus ini adalah supaya perusahaan bisa mendapatkan laba sebesar-besarnya.

    2. Mark up

    Melansir Profit Well, langkah berikutnya yang bisa diikuti perusahaan untuk menetapkan harga produk adalah dengan metode mark up.

    Bagi kamu yang belum tahu, mark up mengacu pada cara menetapkan harga jual suatu unit dengan berpedoman pada harga pokok di awal pembelian.

    Angka yang didapatkan nantinya perlu dikalkulasi dengan beberapa jumlah tertentu, yang disebut dengan mark-up.

    Mark up sendiri menunjukkan harga jual perusahaan yang biasanya lebih daripada biaya produksi.

    Maka dari itu, secara umum, semakin tinggi mark up semakin banyak juga pendapatan yang dihasilkan perusahaan.

    3. Penetapan BEP (break even point)

    Menetapkan BEP atau break even point juga bisa menjadi strategi penetapan harga yang baik bagi perusahaan.

    Metode ini dilakukan dengan cara menetapkan harga jual berdasarkan total biaya pengeluaran dan hasil yang diterima badan usaha secara keseluruhan.

    Jika dilihat dari pengertiannya, tentu saja produsen atau perusahaan yang menerapkan cara ini tidak akan mendapat keuntungan.

    Akan tetapi, di sisi lain, perusahaan juga tidak akan mendapatkan kerugian dan justru bisa menemukan keseimbangan dalam pasar.

    4. Analisis kompetitor

    Jenis metode lainnya yang bisa digunakan perusahaan untuk keperluan pricing strategy adalah dengan menganalisis kompetitor.

    Di sini, perusahaan bisa melakukan riset dan melihat kinerja bisnis dari perusahaan pesaingnya.

    Mereka dapat melihat bahan produksi, pasokan barang, serta harga yang berani dikeluarkan kompetitor untuk produknya.

    Dengan cara seperti ini, perusahaan nantinya bisa menentukan harga yang sekiranya lebih berkenan bagi konsumen dan lebih menguntungkan untuk bisnis mereka.

    5. Riset permintaan pasar

    Terakhir, untuk strategi penentapan harga, perusahaan bisa melakukan riset mendalam terkait permintaan di dalam pasar.

    Tujuan utama metode ini adalah untuk melihat kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi oleh target audiens perusahaan.

    Umumnya, faktor-faktor yang perlu dianalisis pada metode ini merupakan feedback , permintaan harga, serta bentuk kritik dan saran lainnya dari konsumen.

    Manfaat Strategi Penetapan Harga

    jenis pricing strategy

    © Freepik.com

    Pada dasarnya, strategi penetapan harga diperlukan oleh badan usaha untuk menciptakan demand dan meningkatkan penjualan.

    Namun, selain kedua hal tersebut, aspek bisnis ini juga menawarkan sejumlah manfaat lain yang bisa menguntungkan perusahaan.

    Penasaran apa saja? Berikut adalah daftar manfaat pricing strategy, dikutip dari Chron.

    • Perusahaan dapat dengan mudah menembus pasar.
    • Perusahaan dapat memerintahkan poin harga yang lebih tinggi.
    • Membuktikan data kesediaan konsumen membayar yang riil.
    • Membantu perusahaan untuk mengembangkan produk yang lebih berkualitas.
    • Meningkatkan fokus pada layanan pelanggan.
    • Mempromosikan loyalitas pelanggan.
    • Meningkatkan nilai dan image brand.

    Baca Juga: Ingin Penjualan Tidak Terhambat? Ketahui 4 Perbedaan Prospect vs Suspect

    Jenis-Jenis Strategi Penetapan Harga

    Setelah mengetahui cara menentukan dan manfaatnya, kamu juga harus mempelajari jenis-jenis strategi penetapan harga yang tersedia.

    Masing-masing kategori strategi ini sejatinya memiliki definisi dan cara kerja yang berbeda.

    Maka dari itu, sebelum memilih strategi yang akan digunakan, perusahaan harus meneliti kembali kebutuhan dan sumber daya yang mereka miliki.

    Nah, berikut adalah tujuh jenis pricing strategy yang sudah Glints rangkum, disarikan dari HubSpot dan Shopify.

    1. Cost-plus pricing

    strategi penetapan harga

    © Freepik.com

    Pertama, ada cost-plus pricing. Ini merupakan strategi yang paling mudah dan umum dijumpai.

    Dalam teknik ini, kamu tak memperhatikan permintaan pasar atau kompetisi yang ada di sana.

    Misalnya, kamu adalah penjual jus buah. Kamu membutuhkan Rp7 ribu untuk membeli bahan-bahannya. Selain itu, kamu ingin punya keuntungan sebesar Rp5 ribu.

    Ini berarti, harga penjualan jus = Rp7.000+Rp5.000 = Rp13.000.

    Jenis pricing strategy ini juga sering disebut dengan markup pricing.

    2. Competition-based pricing

    Pilihan strategi penetapan harga selanjutnya adalah competition-based pricing. Ia juga kerap disebut dengan competitive pricing atau competitor-based pricing.

    Strategi ini punya konsep yang sama persis dengan namanya. Berapa harga produk yang dijual kompetitormu? Angka itulah yang dijadikan patokan penetapan harga milikmu.

    Kamu bisa menjual produk lebih murah untuk menawarkan harga kompetitif. Sebaliknya, kamu bisa menjual kemewahan atau kualitas dengan membuatnya lebih mahal.

    3. Premium pricing

    premium pricing jenis pricing strategy

    © Freepik.com

    Kata orang, ada harga ada rupa. Atas dasar pepatah ini, strategi premium pricing lahir.

    Tentu saja, selalu ada segmen pasar yang mau membayar lebih demi kualitas. Ada juga orang yang mencari produk mewah dan prestisius. 

    Segmen inilah yang ditarget dalam strategi premium pricing.

    4. Freemium pricing

    Kamu kerja di perusahaan SaaS atau produk digital lainnya? Jika begitu, coba pakai strategi freemium pricing saat melakukan penetapan harga, yuk!

    Seperti namanya, strategi ini menggabung kata “free” dan “premium”. Ada produk yang ditawarkan secara berbayar, namun ada pula yang gratis.

    Tentu saja, fitur yang ditawarkan kedua paket tersebut berbeda. Dengan membayar, pelanggan bisa mendapat layanan yang lebih utuh.

    Paket gratismu juga bisa diibaratkan masa percobaan. Pelanggan boleh mencicipi sebagian layananmu dulu. Jika dirasa cocok, mereka tinggal membeli saja.

    5. Skimming pricing

    skimming jenis pricing strategy

    © Freepik.com

    Saat seri iPhone yang baru diluncurkan, Apple tentu masih menjual iPhone seri lama. Akan tetapi, harga seri lama ini turun.

    Inilah yang disebut dengan price skimming. Dalam jenis pricing strategy ini, awalnya, perusahaan menjual barang dengan harga tinggi. 

    Dengan berjalannya waktu, nilai barang tersebut tentu turun. Nah, harganya akan ikut menurun pula.

    Selain perusahaan gadget, strategi ini juga biasa digunakan oleh pasar swalayan yang menjual makanan. Ketika sudah sore, harga makanan siap saji di sana kerap diturunkan. 

    Ini dilakukan bukan karena kualitasnya sudah buruk. Tujuan sebenarnya adalah mempercepat penjualan agar tak ada makanan yang harus menginap.

    6. Bundle pricing

    Pernahkah kamu melihat skema penjualan seperti di bawah ini:

    • harga kaus: Rp100.000
    • harga celana: Rp75.000
    • jika beli kaus dan celana: Rp150.000

    Nah, strategi yang digunakan dalam penetapan harga itu adalah bundle pricing.

    Kamu menjual dua produk yang terpisah. Akan tetapi, saat digabung, harganya menjadi lebih murah.

    Strategi ini ternyata bisa mempercepat penjualan, lho. Harga yang terasa lebih murah tentu membuat siapa pun tertarik.

    Sayangnya, harga penjualanmu jadi menurun. Ini tentu mengancam angka keuntungan bersihmu.

    Meski begitu, kamu tak perlu khawatir. Jika banyak calon pelanggan yang terpikat dengan harga bundling, kamu tetap bisa memaksimalkan keuntungan.

    7. Psychological pricing

    psychological jenis pricing strategy

    © Freepik.com

    Selanjutnya, ada psychological pricing. Ia terdiri dari beberapa strategi yang berbeda, namun sama-sama berkaitan dengan psikologi manusia.

    Strategi yang jadi bagian dari psychological pricing itu di antaranya:

    a. Odd pricing

    Penulisan harga Rp99.999, bukan Rp100.000, ternyata memiliki dampak, lho. Angka Rp.99.999 akan terasa lebih terjangkau.

    Jika ingin memberi kesan harga murah, kamu bisa menggunakan strategi ini. Ia menuntutmu menulis harga dengan akhiran angka ganjil, bukannya angka bulat.

    b. Even pricing

    Strategi even pricing merupakan kebalikan dari odd pricing. Kamu menuliskan harga Rp100.000, bukannya Rp99.999.

    Ketika kamu menuliskan harga dengan angka bulat, kesan mewah dan prestisius dari produkmu bisa makin menonjol.

    c. BOGOF

    BOGOF merupakan singkatan dari buy one get one free. Dalam bahasa Indonesia, ia disebut dengan beli satu gratis satu.

    Layaknya bundle pricing, strategi ini bisa mempercepat penjualan. Jika tak berhasil, ia juga justru bisa menurunkan laba bersih.

    8. Konsep Elastisitas

    Jenis strategi penetapan harga lainnya adalah konsep elastisitas. Menurut Investopedia, elastisitas berarti pengukuran perubahan jumlah konsumsi produk yang berhubungan dengan perubahan harganya.

    Maksudnya, penentuan harga tak selalu memengaruhi permintaan konsumen pada produk yang kamu jual.

    Konsep ini terbagi jadi dua jenis, yaitu barang inelastis dan barang elastis.

    Barang inelastis vs barang elastis

    Jumlah permintaan pada beberapa produk, seperti BBM atau obat insulin, tak akan berubah meski kamu menaikkan harga. Nah, produk tersebut tergolong sebagai barang inelastis.

    Hal tersebut berbeda jika kamu menjual gadget. Besar kecilnya permintaan sangat tergantung oleh harga yang kamu tentukan. Sehingga, hal tersebut membuat gadget sebagai barang yang elastis. 

    Perlu diketahui adanya barang pengganti juga menjadi faktor suatu barang tergolong elastis atau tidak. 

    Misal, jika suatu produk tak memiliki penggantinya, maka permintaan pada produk tersebut akan tetap sama. Hal ini membuatnya menjadi barang inelastis.

    Sedangkan, produk yang memiliki barang penggantinya, seperti kue, permintaannya bisa berubah ketika harganya naik karena konsumen bisa menggantinya dengan es krim atau permen untuk mendapatkan rasa manis.

    Baca Juga: Kenali Freemium, Model Bisnis Kekinian yang Bisa Tingkatkan Retensi Pelanggan

    Demikian penjelasan singkat Glints soal strategi penetapan harga, dimulai dari definisi hingga jenis-jenisnya yang perlu kamu ketahui.

    Bagaimana, apakah kamu sudah mantap memilih salah satunya? Apakah justru kamu masih ragu dan ingin mempelajari istilah bisnis lainnya?

    Bila ya, tenang saja. Kamu bisa mempelajari selengkapnya pada kanal Business Dev Glints Blog.

    Di sana, tersedia banyak pemaparan mengenai istilah, tips, dan strategi perkembangan bisnis lainnya yang sudah Glints persiapkan hanya untukmu.

    Maka dari itu, tunggu apa lagi? Yuk, langsung baca kumpulan artikelnya sekarang juga. Gratis!

    Artikel ini telah ditinjau oleh: Airlangga Prima Satria, Warehouse Business Development Manager di BSA Logistics Indonesia.

    Temukan Airlangga di LinkedIn dengan klik di sini.

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 4.4 / 5. Jumlah vote: 16

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Artikel Terkait