Software Development Life Cycle (SDLC): Arti, Cara Kerja, Penerapan, dan Manfaatnya

Diperbarui 17 Des 2021 - Dibaca 9 mnt

Isi Artikel

    Apabila ingin terjun ke dunia pengembangan software, SDLC atau software development life cycle, adalah sebuah hal yang perlu kamu ketahui.

    Sekarang ini, inisiatif tersebut merupakan salah satu cara terbaik untuk terus menghidupkan dan mengelola kualitas sebuah software.

    Tak hanya itu, ia juga digadang-gadang sebagai metode pembuatan software terbaik yang fungsinya akan terus berkembang di masa-masa mendatang.

    Nah, memangnya apa itu yang dimaksud dengan SDLC? Seberapa pentingkah hal tersebut dengan keberlangsungan hidup sebuah software?

    Tenang, Glints sudah rangkum serba-serbinya untukmu. Yuk, simak selengkapnya di bawah ini!

    Baca Juga: 6 Software Absensi Online Berbasis Cloud

    Apa Itu Software Development Life Cycle (SDLC)?

    SDLC

    © Pexels

    Sebelum menerangkan langkah penerapan dan cara kerjanya, pertama-tama kita perlu membahas terlebih dahulu definisi dari SDLC.

    SDLC adalah proses pengubahan dan pembuatan sistem, model, serta metodologi yang digunakan untuk mengembangkan software.

    Singkatnya, dalam dunia rekayasa software, ia merupakan langkah-langkah yang bisa diterapkan para engineer dan developer untuk merancang dan mengelola software.

    Untuk apa SDLC ini? Tentunya untuk menghasilkan output sistem berkualitas tinggi yang sesuai dengan ekspektasi para pengguna dan stakeholder.

    Menurut Stackifysoftware development life cycle adalah sebuah proses yang bisa memproduksi software dengan kualitas tinggi dengan biaya yang rendah.

    SDLC juga memiliki beberapa tahap kerja,  termasuk planning, design, testing, building, dan deployment.

    Model SDLC yang terkenal meliputi waterfall model, spiral model, dan agile model.

    Cara Kerja Software Development Life Cycle (SDLC)

    software development life cycle adalah

    © Pexels.com

    Sejatinya, SDLC adalah sebuah proses yang bisa menurunkan biaya pembangunan sebuah software. Sebab, ia didesain untuk mempersingkat waktu produksi secara serentak.

    Menurut Phoenixnap, SDLC sendiri biasanya dilakukan berdasarkan panduan yang dibuat oleh stakeholders atau klien.

    Rancangan panduan ini dimulai dengan proses evaluasi sistem yang sudah ada demi efisiensi produk.

    Kemudian, tim developer akan mendefinisikan persayaratan-persyaratan dari sistem software yang baru.

    Setelah itu, software akan dibuat dengan beberapa tahap. dimulai dari identifikasi, perencanaan, rancangan, membangun produk, pengujian, pemasaran, dan pemeliharaan.

    Untuk menghindari penggunaan biaya yang terlalu besar, engineer akan meminta feedback dari end-user terhadap produknya.

    Proses SDLC ini dapat mengeliminasi pekerjaan yang berulang-ulang setelah perbaikan yang sudah selesai.

    Langkah Penerapan Software Development Life Cycle (SDLC)

    SDLC

    © Medium

    Seperti yang sudah Glints paparkan, SDLC adalah sistem kerja yang mampu memangkas biaya dari pengembangan sebuah software.

    Uniknya, walaupun ia mengurangi durasi produksi, SDLC dapat membereskan kualitas software yang dirasa masih perlu diperbaiki.

    Dengan tingkat efektivitas tersebut, bagaimana cara kerja dalam software development life cycle? Berikut adalah pemaparannya.

    1. Identifikasi masalah

    Analisis kebutuhan dan masalah adalah syarat paling dasar dan juga utama dalam SDLC.

    Dalam tahapan ini, engineer atau developer menerima semua input yang masuk termasuk dari customer, salesperson, industri, dan juga programmer.

    Setelah input masuk, engineer akan mencoba mempelajari kekurangan dan kelebihan dari sistem. Tujuan utama dari tahapan ini adalah peningkatan dari sistem yang sudah ada.

    2. Perencanaan

    Dalam tahap ini, tim engineer akan merencanakan berbagai persyaratan dalam pembuatan software baru atau software yang sudah ada. Hal ini juga termasuk dari aspek biaya dan juga bahan-bahan yang dibutuhkan.

    Tidak hanya itu, perencanaan ini termasuk pula rincian dari risiko atau skenario terburuk dari software yang akan di-SDLC-kan.

    3. Rancangan

    Tahap kerja selanjutnya yang perlu diterapkan dalam sistem SDLC adalah fase rancangan.

    Tahap kerja SDLC ini dimulai dari mengubah spesifikasi sebuah software ke dalam design plan yang disebut dengan Desain Dokumen Spesifikasi (DDS).

    Semua tim yang bersangkutan termasuk dengan klien akan membantu mereview dari rancangan ini dan menawarkan feedback.

    Sangat penting untuk mengumpulkan semua feedback yang diberikan dalam dokumen ini. Jika ada kegagalan dalam tahap ini, akan berakibat biaya yang melonjak dan menjadi over.

    Bahkan, kemungkinan terburuknya adalah dapat membuat proyek jadi gagal dan bangkrut.

    Baca Juga: Kenapa Perempuan Sebaiknya Mulai Menjadi Pekerja IT

    4. Membangun atau mengembangkan produk

    Dalam tahap SDLC ini, tugas engineer dan tim adalah untuk membangun sebuah produk dari barisan atau bahasa pemrograman.

    Jika tahap sebelumnya sudah dikerjakan dengan sangat detail, mungkin sebenarnya tahap ini dapat dikatakan tahap paling sulit dan membingungkan.

    5. Pengujian

    Dalam tahap pengujian, pertanyaan-pertanyaan seperti “sudahkah kita mendapat apa yang kita mau?” akan terus berulang.

    Dalam pengujian, engineer dan tim harus memastikan bahwa produk yang dibuat tidak memiliki cacat dan sesuai dengan permintaan klien.

    6. Memasarkan Produk

    Jika pengujian sudah selesai, proses kerja SDLC berikutnya yang bisa segera diluncurkan adalah pemasaran produk

    Fase ini bukan tidak menunjukkan bahwa setiap tahap SDLC sudah selesai. Berbagai feedback yang disampaikan oleh user juga harus didengarkan lagi. Bila perlu, akan ada penyesuaian lagi terhadap produk.

    7. Melakukan pemeliharaan (maintenance)

    Tahap kerja terakhir yang perlu dilakukan oleh semua perusahaan dalam sistem SDLC adalah maintenance.

    Dengan keadaaan dan kondisi teknologi yang terus berubah, tahapan terakhir dari SDLC mengharuskan engineer dan tim tetap memelihara produk yang sudah selesai.

    Hal ini perlu dilakukan untuk mengurangi error dan penurunan kualitas pada produk.

    Model-Model Software Development Life Cycle (SDLC)

    software development life cycle adalah

    © techuz.com

    Ada beberapa model yang biasa digunakan dalam menjalankan proses SDLC, di antaranya adalah:

    1. Waterfall model

    Model SDLC ini adalah salah satu model tertua dan tersingkat dalam penerapannya. Dalam sistem ini, setelah satu fase selesai, fase berikutnya harus segera dimulai.

    Setiap fase memiliki rencana kecil dan menurun ke fase berikutnya. Maka dari itu, fase ini dikatakan waterfall atau air terjun karena tiap fase memiliki ‘turunan’ kecil lainnya.

    Namun, salah satu kekurangan dari model ini adalah jika ada satu detail kecil yang tertinggal, dapat mempengaruhi keseluruhan rencana dan berakhir berantakan.

    2. Agile model

    Agile model adalah model SDLC yang dapat memisahkan produk dengan proses dan waktu pengerjaannya secara cepat. Metodologi ini diyakini sangat efektif untuk keberhasilan penciptaan sebuah produk.

    Dalam metode ini, tim akan mencoba tiap produk yang sudah selesai untuk meminimalisir kesalahan.

    Namun, salah satu kelemahan dari metode ini dapat memicu proyek ke arah yang salah dan tidak sesuai dengan kemauan dan ekspektasi dari customer.

    3. Iterative model

    Metode SDLC ini adalah metode yang memiliki repetisi tinggi. Developer akan menciptakan produk dengan versi cepat dan pastinya murah.

    Setelah itu, mereka akan mencoba produk dan merevisi jika ada kesalahan. Salah satu kekurangan dari metode ini adalah dapat mengkonsumsi bahan baku jika ada satu detail yang tertinggal untuk dikerjakan.

    4. V-Shaped model

    V-shaped SDLC model adalah lanjutan dari Waterfall Model. Metode SDLC ini akan mencoba tiap fase dalam proses pengembangan suatu produk.

    5. Big bang model

    Model software development life cycle ini adalah model yang diklaim memiliki risiko tinggi saat dijalankan.

    Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan dalam pengerjaannya, tim akan menginvestasikan semua bahan baku ke dalam projek tersebut.

    Sehingga metode ini akan berhasil jika mengerjakan proyek yang kecil dan cenderung berbahaya untuk proyek besar.

    6. Spiral model

    Metode ini merupakan metode yang paling fleksibel dan mirip dengan iterative model. Metode ini fokus pada repetisi dalam pengerjaannya.

    Manfaat SDLC

    © Freepik.com

    Setelah membaca definisi dan berbagai tahap kerjanya, jelas bahwa SDLC adalah sistem pembuatan serta pengelolaan software yang mumpuni.

    Ia dapat mengurangi durasi proses produksi, mengurangi biaya operasional, dan menjaga kualitas produk untuk waktu yang tidak sebentar.

    Nah, selain hal-hal tersebut, software development life cycle memiliki sejumlah manfaat lain. Berikut adalah penjelasannya dikutip dari Exoft.

    • kontrol manajemen yang lebih baik atas seluruh proyek
    • transparansi dan visibilitas proses pembuatan dan pengelolaan software
    • kejelasan atas persyaratan perancangan software
    • satu visi produk untuk semua pihak yang terlibat
    • hasil yang dapat diprediksi dalam hal waktu, biaya, dan pendapatan

    Baca Juga: 8 Bahasa Pemrograman yang Wajib Dikuasai di 2022 untuk Melejitkan Karier

    Itulah penjelasan Glints mengenai Software Development Life Cycle (SDLC) yang sangat penting untuk pengembangan sebuah software.

    Intinya, SDLC adalah proses pengubahan dan pembuatan sistem serta metodologi yang digunakan untuk mengembangkan software.

    Sekarang ini, ia sering diprioritaskan perusahaan. Maka dari itu, bila ingin terjun ke dunia software development, pelajari dulu sistem ini dengan baik, ya!

    Nah, selain pemaparan di atas, kamu bisa dapatkan informasi lain yang serupa di kanal Software Engineering Glints Blog.

    Di sana, tersedia banyak pembahasan seputar istilah dan teknik pengembangan software lainnya yang sudah Glints rangkum khusus buat kamu.

    Menarik bukan? Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, baca kumpulan artikelnya sekarang juga. Gratis!

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 4.6 / 5. Jumlah vote: 29

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Comments are closed.

    Artikel Terkait