Bagi Hasil: Apa Itu, Mekanisme, Kelebihan, dan Kekurangannya

Diperbarui 09 Jun 2023 - Dibaca 8 mnt

Isi Artikel

    Bagi hasil adalah sistem yang lazim digunakan terutama mereka yang mengedepankan ekonomi syariah. Tak hanya dalam berbisnis, sistem ini juga sering digunakan dalam perbankan.

    Memang, kata bagi hasil sendiri memang tidak terbatas untuk urusan keuangan syariah saja. Sistem ini misalnya dapat berlaku untuk sebuah kesepakatan dagang.

    Meski demikian, tak dapat dimungkiri bahwa istilah itu memang erat dengan dunia ekonomi syariah.

    Nah, agar kamu tidak semakin penasaran mengenai hal ini, pada artikel ini, Glints akan membahasnya untukmu.

    Langsung saja simak selengkapnya.

    Baca Juga: 3 Jenis Simpanan yang Lazim Tersedia di Bank

    Pengertian Bagi Hasil

    Bagi hasil selain sebagai sebuah kesepakatan dagang, juga merupakan sistem yang dijalankan bank syariah.

    Sebenarnya keduanya hampir sama karena ada kesepakatan antara kedua belah pihak atau lebih untuk membagikan hasil usahanya. 

    Bagi hasil adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dan pengelola dana.

    Mengutip dari Wahedinvest, dalam keuangan syariah, sistem ini mengacu pada dua sistem, yaitu musyarakah dan mudarabah.

    Musyarakah sendiri lebih lazim dikenal sebagai perjanjian bagi hasil dalam bisnis, di mana beberapa orang menyetorkan modal untuk menjalankan usaha.

    Sementara itu, mudarabah merupakan pemberian modal dari satu investor kepada seorang pengelola usaha.

    Jika dalam bank konvensional dikenal dengan istilah bunga, bank syariah membayar bagi hasil atas keuntungan sesuai dengan kesepakatan.

    Jumlah yang dibagikan bergantung dengan kesepakatan tingkat rasio atau nisbah.

    Dari sisi bisnis sendiri, hal ini merupakan bentuk dari perjanjian kerja sama antara pemodal dengan yang menjalankan usaha untuk menjalankan kegiatannya.

    Hal ini menjadi ikatan kontrak terhadap keduanya untuk membagikan hasil bila terdapat keuntungan, serta kerugian sesuai dengan kesepakatan yang berlaku.

    Bagi hasil adalah bentuk return terhadap kontrak investasi tiap waktunya, dengan nilai yang berubah-ubah.

    Besar-kecilnya perolehan kembali itu bergantung pada hasil usaha yang benar-benar terjadi. 

    Mekanisme Bagi Hasil

    Sebelum membahas lebih jauh tentang bagi hasil, kamu perlu mengetahui terlebih dahulu mekanisme yang biasanya digunakan. Mengutip dari Tirto, berikut mekanisme yang perlu kamu ketahui.

    1. Profit sharing

    Profit sharing berarti kesepakatan untuk membagikan keuntungan dari suatu usaha.

    Keuntungan yang berasal dari pendapatan yang sudah dikurangi dengan ongkos produksi atau operasional sehingga hasil yang didapatkan merupakan keuntungan bersih.

    2. Gross profit sharing

    Sedikit berbeda dengan profit sharing, gross profit sharing juga merupakan kesepakatan bagi hasil.

    Hanya saja, pembagian keuntungan hasil usaha dihitung berdasarkan pendapatan yang dikurangi harga pokok penjualan. 

    Laba tersebut belum dikurangi dengan pajak, biaya administrasi, serta biaya pemasaran lainnya. Hal tersebut bisa pula disebut dengan pembagian laba kotor.

    3. Revenue sharing

    Berbeda dengan dua poin sebelumnya. Revenue sharing adalah pendapatan yang belum dikurangi dengan biaya operasional dan komisi dalam sistem perbankan.

    Hal ini dihitung dari total pendapatan pengelolaan dana.

    Dalam sistem syariah, pola ini dapat digunakan untuk keperluan distribusi hasil usaha lembaga keuangan syariah.

    Dalam perbankan syariah, mekanisme yang digunakan kebanyakan menganut prinsip profit sharing atau pembagian laba bersih antara kreditur dan juga debitur. 

    Sementara itu, dalam sistem kesepakatan usaha, mekanismenya bisa ditentukan berdasarkan skema bagi hasil yang dipilih sesuai dengan akad atau perjanjian di awal.

    Baca Juga: Ingin mulai bisnis tanpa modal? Coba 7 cara ini!

    Prinsip dalam Menjalankan Bagi Hasil

    Sebelum melakukan kesepakatan, kamu perlu mengetahui beberapa prinsip yang harus hadir di dalamnya. Hal ini agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan.

    Berikut beberapa prinsip yang perlu kamu ketahui.

    1. Adanya kesepakatan yang jelas

    Dalam sebuah kesepakatan, tentu harus ada kejelasan bagaimana hal tersebut dilakukan.

    Hal ini terutama berlaku untuk permodalan, apakah pihak investor memberikan seluruh modalnya, atau hanya sebagian.

    Jika pihak-pihak yang bersepakat sama-sama menyetorkan modal, perlu ada persentase pembagian jika rasio modal yang diberikan berbeda-beda.

    2. Adanya kejelasan usaha yang dilakukan

    Jenis usaha yang dilakukan dan diketahui harus disepakati bersama, begitu pula jika pengelola modal memutuskan untuk mengganti atau mengembangkan usahanya.

    Hal tersebut penting agar tidak timbul perselisihan di kemudian hari.

    3. Adanya ketentuan waktu

    Dalam bagi hasil, perlu disepakati kapan proses pembagian terjadi kepada seluruh pihak, apakah setiap bulan, atau rentang waktu lainnya.

    Jika terjadi keterlambatan, tentu seluruh pihak harus memahami kondisi bisnis dan bersepakat untuk menerima keterlambatan pemberian hasil.

    4. Adanya ketentuan pembagian

    Seperti dijelaskan sebelumnya, terdapat berbagai mekanisme dalam membagikan hasil. Perlu ditentukan sejak awal bagaimana mekanisme yang akan dilakukan.

    Contoh Perhitungan Bagi Hasil

    Setelah mengenal mekanisme dan prinsip bagi hasil, kamu mungkin penasaran dengan cara menghitung bagi hasil. Berikut Glints berikan contoh cara menghitungnya.

    1. Perhitungan bagi hasil dalam berbisnis

    Kita ilustrikan ada sebuah toko baju yang didirikan oleh 2 orang, Andi dan Budi. Masing-masing mengeluarkan modal awal pendirian.

    Ali memberikan modal sebesar Rp150.000.000 dan modal sebesar Rp200.000.000. Dengan begitu, total modal awalnya adalah 350 juta.

    Berarti, persentase modal masing-masing pemilik Andi dan Budi adalah:

    • Andi = (150 juta/350 juta) x 100% = 43%
    • Budi = (200/350 juta) x100% = 57%

    Toko baju tersebut ternyata mendapat keuntungan sekitar 500 juta dan akan dilakukan pembagian hasil keuntungan. Uang yang akan dibagikan untuk dividen sebesar 200 juta.

    Perhitungan bagi hasil dividen untuk Andi dan Budi dapat dihitung seperti:

    • Dividen untuk Andi = 43% x 200 juta =86 juta
    • Dividen untuk Budi = 57% x 200 juta = 114 juta

    Jadi Andi akan mendapatkan dividen 86 juta dan Budi mendapat 114 juta.

    2. Perhitungan bagi hasil dalam bank syariah

    Kita ilustrasikan ada seseorang bernama Ali yang memiliki saldo Rp3.000.000 di sebuah bank syariah pada 1 mei 2023.

    Ali tidak melakukan penambahan atau pengurangan saldo pada bulan april 2023.

    Berdasarkan kesepakatan, nisbah bagi hasil yang diberikan adalah 35% untuk pihak nasabah dan 65% untuk bank.

    Kemudian, saldo rata-rata tabungan seluruh nasabah bank tersebut pada bulan april adalah Rp3.000.000.000.

    Lalu, pendapatan bank syariah yang dibagihasilkan kepada nasabah adalah Rp200.000.000.

    Rumus untuk menghitung bagi hasil sendiri adalah:

    (Saldo nasabah / saldo rata-rata tabungan nasabah bank) x pendapatan yang dibagihasilkan x nisbah

    Jika dihitung berdasarkan rumus di atas, besaran bagi hasil yang didapatkan Ali adalah:

    (3.000.000/3.000.000.000) x 200.000.000 x 35%
    = 0,001 x 200.000.000 x 0.35
    = Rp. 70.000

    Jadi, Ali akan mendapatkan bagi hasil adalah sebesar Rp70.000.

    Kelebihan dan Kekurangan Bagi Hasil

    Kelebihan bagi hasil

    1. Menguntungkan banyak pihak

    Kelebihan utama dari sistem bagi hasil adalah adanya menguntungkan untuk pihak-pihak yang terlibat.

    Misalnya, investor dan pelaku usaha bisa sama-sama mendapatkan bagi hasil sesuai kesepakatan dagang yang sudah ditetapkan.

    Mereka akan merasa diapresiasi karena sudah membantu perusahaan atau usaha untuk mencapai tujuannya.

    2. Adil sesuai kesepakatan

    Sesuai dengan perhitungan di atas, dapat dikatakan bahwa bagi hasil adalah sistem yang adil untuk setiap anggota yang terlibat.

    Dalam konteks perbankan syariah, perhitungan pemilik dana dan pengelola usaha sudah ditentukan sejak awal sesuai kesepakatan.

    Dalam bisnis, perhitungan bagi hasil juga dilakukan secara adil sesuai dengan bobot persentase modal awal yang dikeluarkan.

    Kekurangan sistem bagi hasil

    1. Perlu supervisi

    Kekurangan dari sistem ini dibandingkan sistem lainnya adalah perlunya supervisi terhadap pengelola usaha terutama untuk menurunkan risiko itikad kurang baik.

    Pihak-pihak yang kurang mengenal satu sama lain cukup rentan menghadapi fenomena tersebut. Umumnya, karena memiliki kesamaan visi untuk memakmurkan perekonomian syariah, mereka akan melakukan kesepakatan.

    Hal itu berbeda dengan sistem konvensional yang terdapat prosedur-prosedur yang memungkinkan terjaringnya pihak-pihak dengan itikad semacam itu.

    2. Penilaian yang merata

    Selain itu, bagi hasil juga bisa membuat beberapa pihak merasa kurang dihargai karena keuntungan akan dibagi sesuai kesepakatan dan tidak memperhatikan faktor-faktor lain.

    Misalnya, ada sebuah pihak yang bekerja lebih giat dari pihak lainnya, sehingga ia merasa perlu mendapat bagi hasil yang lebih tinggi.

    Ternyata, saat terjadi bagi hasil, ia hanya mendapatkan untung sesuai kesepakatan dan kinerjanya tidaklah diperhatikan.

    Baca Juga: Ingin Investasi Syari? Berbagai Investasi Syariah Ini Bisa Kamu Coba

    Demikianlah penjelasan Glints mengenai sistem bagi hasil.

    Jika kamu menginginkan informasi lainnya mengenai keuangan, kamu bisa kunjungi Glints Blog.

    Ada beragam artikel mulai dari produk investasi, tips mengatur keuangan, dan topik menarik lainnya.

    Yuk, temukan dan baca ragam artikelnya dengan klik di sini!

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 4.3 / 5. Jumlah vote: 15

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Comments are closed.

    Artikel Terkait