7 Jenis Branding untuk Menyukseskan Strategi Marketing Bisnismu
Isi Artikel
Di masa sekarang, branding tentu bukan hal yang bisa dipisahkan ketika kamu mau membangun sebuah bisnis. Tak cuma satu, ada jenis-jenis branding yang penting untuk kamu ketahui.
Nantinya, jenis branding yang dipilih akan membantu kamu memetakan lebih jelas strategi yang perlu diambil.
Untuk itu, Glints sudah merangkum berbagai jenis strategi branding untuk referensi kamu.
Apa Itu Branding?
Melansir dari Hubspot, branding sendiri adalah sebuah proses riset, mengembangkan, dan menerapkan beberapa hal yang jadi pembeda antara bisnis yang kamu buat dengan bisnis lainnya.
Dengan begitu, saat melihat hal tersebut, customer akan langsung tahu bahwa itu adalah produk atau bisnis kamu. Bisa dibilang, branding adalah identitas dari bisnis yang kamu jalani.
Jenis-Jenis Branding
Dari jenis-jenis branding ini kamu bisa menggunakan salah satu atau gabungan dari beberapa strategi branding ini.
Semuanya tentu tergantung dengan tujuan dan jenis bisnis yang kamu tekuni. Berikut ini beberapa jenis branding yang dirangkum dari Tailor Brands.
1. Product branding
Jenis branding yang satu ini bisa jadi yang paling sering kamu lihat dan dengar sehari-hari. Product branding ini membuat kamu sangat melekat pada suatu brand produk.
Akibatnya, saat kamu melihat jenis produk serupa sering kali kamu menyebutnya dengan merek atau brand lain.
Kita ambil contoh, seberapa sering kamu menyebut pasta gigi dengan sebutan Odol?
Ya, padahal Odol sendiri sebenarnya adalah sebuah merek (brand) pasta gigi asal Jerman. Pasta gigi ini dulu memang sempat beredar di Indonesia.
Namun, Odol kini tidak lagi dipasarkan di Indonesia. Oleh karena, brand image yang kuat dan kesuksesan product branding, orang Indonesia tetap mengasosiasikan pasta gigi sama dengan Odol.
Product branding yang berhasil juga bisa membuat kamu akan tetap setiap pada suatu merek produk dan enggan beralih.
2. Personal branding
Sesuai namanya, personal branding adalah jenis strategi yang umumnya dipakai untuk individu. Biasanya, personal branding dilakukan oleh selebriti, politisi, atau digital marketer, termasuk influencer.
Tujuannya untuk membangun citra positif dan meningkatkan kepercayaan khalayak pada personalnya.
Saat ini, media sosial jadi salah satu cara yang amat mudah, tepat, sekaligus efektif untuk membangun personal branding ini. Pasalnya, lewat media sosial kamu bisa menyentuh audiens yang lebih luas.
Misalnya, Neil Patel sukses melakukan personal branding dirinya sebagai seorang SEO expert atau Raditya Dika sebagai seorang komika sekaligus content creator.
3. Corporate branding
Berbeda dengan dua sebelumnya yang berfokus pada satu objek, corporate branding merupakan jenis branding yang fokus pada keseluruhan perusahaan.
Corporate branding bisa dibilang sukses jika kamu sudah mengingat nama perusahaan tersebut sebagai salah satu perusahaan yang menjanjikan.
Tak hanya itu, kamu pun akan “percaya” bahwa produk yang mereka keluarkan memiliki kualitas yang baik, sekalipun itu produk baru.
Saat kita berbicara mengenai personal hygiene misalnya, mungkin Unilever jadi salah satu produsen yang terlintas. Ini merupakan salah satu contoh corporate branding yang berhasil.
4. Geographical branding
Jenis-jenis branding tak hanya mencakup orang, objek, atau perusahaan. Wilayah pun bisa diperkenalkan lewat branding. Ini disebut dengan geographical branding.
Geographical branding lebih sering dipakai untuk mempromosikan daerah wisata. Itu sebabnya, branding yang dipakai adalah keunikan daerah tertentu.
Enjoy Jakarta, Jogja Kota Gudeg adalah beberapa contoh geographical branding.
5. Service branding
Jenis branding yang satu ini mungkin bisa jadi salah satu kombinasi dari beberapa strategi lainnya di atas. Service branding lebih menekankan kepada pengalaman konsumen.
Jadi, bukan jasa atau produk lagi yang ingin diperkenalkan, melainkan pengalaman “ekstra” yang bisa didapatkan saat orang memilih produkmu.
Misalnya saja, Sriwijaya Air merupakan maskapai yang menawarkan tiket pesawat termasuk inflight meal, dibandingkan maskapai berbiaya murah lainnya.
6. Co-branding
Strategi co-branding biasanya dijalankan saat ada partnership dari 2 atau lebih perusahaan.
Biasanya ini dilakukan untuk produk yang memiliki kesamaan atau saling terhubung. Bisa juga, ini dilakukan untuk menambah target pasar.
Misalnya saja, Walls dan Oreo yang menciptakan satu varian es krim bersamaan.
7. “No-brand” branding
No-brand branding dikenal juga dengan sebutan minimalist branding. Jenis branding ini mengutamakan kualitas produk yang baik, ketimbang mereknya itu sendiri.
Artinya, mereka yang bermain dengan strategi ini cukup percaya diri bahwa produk yang ditawarkan berkualitas.
Muji adalah salah satu brand yang menggunakan strategi ini.
Untuk generasi milenial, Muji mungkin lekat sebagai tempat membeli barang-barang kebutuhan yang cukup berkualitas.
Padahal, jika diperhatikan, barang-barang Muji tidak mencantumkan merek sama sekali.
Tak hanya satu, kamu bisa menggunakan jenis-jenis branding di atas bersamaan.
Misalnya, kamu akan menggunakan product branding untuk mengenalkan produk terlebih dulu, dan sedikit demi sedikit mulai menjalankan strategi corporate branding.
Ketika keduanya berhasil, peluangmu untuk melebarkan sayap bisnis dengan mengeluarkan produk baru dapat lebih dipercaya.
Itulah jenis-jenis branding yang harus kamu tahu. Seperti yang telah Glints jelaskan di atas, branding berpengaruh pada strategi marketing yang dijalankan bisnis.
Selain mengetahui berbagai jenis branding di atas, kamu juga bisa mengikuti berbagai tips dan trik marketing lewat Glints ExpertClass.
Terdapat webinar, workshop, hingga program mentorship yang akan dibawakan oleh para pakar di bidang marketing.
Makanya, yuk klik di sini untuk cari dan daftar ke Glints ExpertClass