3 Area Kemampuan Esensi untuk Mendorong Karier UX Designer

Diperbarui 04 Agu 2021 - Dibaca 10 mnt

Isi Artikel

    Selama 2 tahun terakhir menjadi mentor desain di Bukalapak, saya mencoba memahami lebih dalam tentang skill-skill yang diperlukan oleh seorang UX designer (UXD).

    Saya menyimpulkan ada 3 area kemampuan UXD yang esensi saat menavigasikan proses desain dari tingkat abstrak sampai pada sebuah produk/fitur yang diluncurkan.

    1. Craftmanship

    user centered design adalah

    © Unsplash.com

    Craftsmanship merupakan kemampuan atau pengetahuan kita akan tools, metode, dan teknik untuk membangun sebuah konsep sampai menjadi sebuah fitur/produk yang nyata.

    Kita bisa membagi craftsmanship untuk UXD menjadi beberapa area, seperti:

    1. Visual design

    Visual design punya peran penting di dalam UX untuk membangun user interface (UI) yang nyaman dan mudah untuk digunakan.

    Melalui komposisi teks, warna, foto/ilustrasi, dan komponen, kita memprioritaskan konten serta memperjelas apa yang dapat dilakukan oleh user.

    2. Interaction design

    Interaction design berbicara tentang bagaimana kita mendesain produk (website/mobile app) untuk berinteraksi dengan users sehingga mereka bisa mencapai tujuannya. Seperti, membuat akun, memasukkan barang ke keranjang, melakukan pembayaran.

    Skill UX designer ini akan melibatkan beberapa metode seperti sketching, wireframing, membuat user flow, dan prototyping.

    3. Design tools

    Bayangkan design tools sebagai alat untuk memanifestasi kemampuan kita sebagai UXD. Jangan bergantung pada design tools tertentu melainkan selalu berpikir tools apa yang akan membantu kita agar berproses dengan efektif dari tingkat abstrak sampai sebuah fitur/produk diluncurkan.

    Figma, Sketch, dan Adobe XD merupakan pilihan yang populer untuk kita mendesain UI dan membuat prototype.

    Sedangkan jika pekerjaan kita masih pada tingkat abstrak, memanfaatkan pensil, kertas, dan papan tulis untuk memikirkan konsep adalah hal yang efektif.

    4. Other knowledge

    Tentunya, pengetahuan pada disiplin ilmu lainnya seperti engineering (coding), bisnis dan metode riset juga tidak kalah penting.

    Pengetahuan tersebut membantu kita berkolaborasi dan berkomunikasi dengan role lainnya yang akan bersinggungan dengan kita.

    Baca Juga: 9 Pertanyaan Wawancara Khusus UX Designer dan Strategi Menjawabnya

    2. Critical Thinking

    competitive analysis adalah

    © Freepik.com

    Skill berpikir kritis (critical thinking) merupakan landasan dari pekerjaan kita sehari-hari sebagai seorang UX designer.

    Kemampuan ini akan membantu kita menavigasikan proses kita dari tingkat abstrak sampai membangun sebuah solusi, fitur atau produk dengan dasar-dasar yang jelas dan beralasan.

    Berpikir kritis akan memberikan makna dan tepat guna untuk setiap framework, metode, dan tools yang kita gunakan selama proses mendesain.

    Berikut beberapa bentuk critical thinking yang saya highlight untuk seorang UXD:

    1. Identifying

    Kemampuan berpikir di mana kita berusaha mengenali dan memahami situasi atau permasalahan apa yang terjadi.

    Contohnya, seorang UXD mencoba memahami permasalahan user apa yang terjadi dari rendahnya user yang kembali menggunakan produk (mobile app) kita setelah mendaftar.

    Salah satu caranya (bersama dengan UX researcher, jika ada) dengan melakukan wawancara pada user.

    2. Analysing

    Sepintas analysing (analisis) terdengar mirip dengan identifying (identifikasi). Sementara identifikasi berusaha untuk mengenali/memahami gambar besarnya, analisis akan mencari kedalaman dari setiap data dan informasi yang berkorelasi.

    Contohnya, dari permasalahan rendahnya user yang kembali setelah mendaftar. Seorang UXD mencoba menganalisis data-data yang berkorelasi baik secara kuantitatif (angka) dan kualitatif (hasil wawancara user).

    3. Reasoning

    Kemampuan berpikir untuk mengolah data, informasi menjadi sebuah ide/solusi. Dengan skill ini, UX designer berusaha memberikan makna bagi sebuah ide/solusi.

    Salah satu indikator ketika keputusan-keputusan desain kita memiliki makna adalah ketika kita bisa menjawab saat ditanya dengan pertanyaan “mengapa kita mendesain seperti X atau Y?”.

    4. Hypothesizing

    Solusi kita mungkin belum jawaban yang tepat bagi permasalahan user kita.  Saat kita menganalisis data dan informasi, ada kejanggalan dan korelasi yang tidak bisa kita mengerti.

    Kemampuan hypothesizing (berhipotesis) menjadi esensi untuk menavigasikan kita mencari kebenaran dengan cara menguji asumsi atau solusi kita.

    5. Evaluating

    Di dalam proses pengembangan sebuah produk digital, kita mengenal proses yang disebut iterasi atau disebut perbaikan berkelanjutan.

    Kemampuan berpikir secara evaluating (evaluasi) membuat kita mencari learning apa untuk dibawa selanjutnya.

    Baca Juga: Sering Dianggap Sama, Ketahui Perbedaan antara Web Developer dan Web Designer

    3. Interpersonal

    inclusive design vs accessibility

    © Freepik.com

    Saya percaya yang memisahkan antara good UXD dan great UXD adalah bagaimana seorang UXD bisa membangun hubungan yang baik dengan timnya.

    Kita mengenal istilah interpersonal skills sebagai sebuah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain. Saya menemukan, sebagai seorang UX designer, ada 2 interpersonal skill yang esensi di dalam proses kerjanya:

    1. Collaboration

    Sebagai seorang UXD, umumnya kita akan bekerja di dalam sebuah tim (cross-functional) yang terdiri dari roles yang berbeda seperti product manager, engineer, data scientist, business development, ux researcher.

    Di dalam proses kerja kita dari tingkat abstrak sampai fitur/produk dirilis, kita akan bersinggungan dengan roles lainnya.

    Terlebih ketika apa yang sedang kita kerjakan masih terlalu abstrak, kita membutuhkan sebuah medium dimana kita bersama roles lainnya dapat berdiskusi, memahami permasalahannya, merumuskan konsep, sampai menentukan solusi mana yang akan kita pakai.

    2. Communication

    Di dalam sepanjang proses kerja, kita tidak akan lepas dengan berkomunikasi dengan orang lain di tim kita.

    Dengan melatih cara bagaimana kita berkomunikasi, akan membantu kita dalam memahami permasalahan bersama tim produk, mempresentasikan pekerjaan kita sampai menyampaikan hal-hal yang patut menjadi concern tanpa terkesan seperti konfrontasi.

    Baca Juga: 7 Website yang Bisa Kamu Gunakan untuk Memamerkan Portofolio UX Designer

    Penjelasan lengkap tentang skill yang dibutuhkan seorang UX designer sudah pernah saya bahas di kelas Glints ExpertClass yang bertajuk “Understanding And Upscale Your SKills in UX Design” pada hari Selasa, tanggal 1 Desember 2020.

    Kamu bisa belajar lebih banyak tentang desain UX dengan ikut kelas-kelas menarik lainnya yang dibawakan para pakar berpengalaman.

    Klik di sini untuk cari kelas yang sesuai dengan minatmu dan segera beli tiketnya, ya!

      Seberapa bermanfaat artikel ini?

      Klik salah satu bintang untuk menilai.

      Nilai rata-rata 0 / 5. Jumlah vote: 0

      Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

      We are sorry that this post was not useful for you!

      Let us improve this post!

      Tell us how we can improve this post?


      Comments are closed.

      Artikel Terkait