10 Contoh Jawaban Pertanyaan Interview Kegagalan Terbesar dalam Hidup

Diperbarui 23 Apr 2024 - Dibaca 22 mnt

Isi Artikel

    Dalam setiap interview kerja, ada beberapa pertanyaan yang lazim ditanyakan berulang oleh para rekruter. Salah satu yang sering muncul adalah tentang kegagalan terbesar dalam hidup.

    Pertanyaan ini bukan untuk melihatmu terpuruk atau merasa kecil, tetapi untuk mengetahui bagaimana kamu menyelesaikan kegagalan tersebut dan memberi makna tersendiri dalam hidupmu.

    Kegagalan tidak seharusnya membuat kita semakin terpuruk, melainkan membuat kita semakin kuat dalam menghadapi rintangan hidup yang lainnya.

    Nah, berikut tips memberi jawaban interview yang bijak untuk pertanyaan kegagalan terbesar dalam hidupmu.

    Baca Juga: Pertanyaan untuk Diri Sendiri sebelum Kamu Menerima Pekerjaan

    Pilih Kegagalan yang Berkaitan dengan Karier

    apa pencapaian terbesar dalam hidupmu

    © Freepik.com

    Ketika interview dan kamu dihadapkan dengan pertanyaan kegagalan terbesar dalam hidup, cobalah untuk tetap santai dan mengingat kembali ke kehidupanmu.

    Sebenarnya, walau dibilang “terbesar” sering kali jawaban yang dibutuhkan bukanlah yang benar-benar membuatmu dalam titik terendah.

    Pada intinya, pertanyaan ini berfokus untuk memahami bagaimana kamu menghadapi kegagalan dan belajar dari sana.

    Pasti kamu memiliki suatu kegagalan yang benar-benar membuat kamu bangkit kembali dan belajar lebih baik lagi.

    Berikut cara kamu memilih kegagalan apa yang bisa kamu ambil untuk menjawab hal ini:

    1. Belum lama terjadi

    Pastikan kegagalan ini baru saja terjadi selama 1 tahun belakangan, jangan pilih yang sudah terjadi 3-4 tahun yang lalu.

    2. Ceritanya sungguhan

    Berikan jawaban dengan kejadian yang benar-benar terjadi, seperti kesalahan yang kamu lakukan di tempat kerja atau kampus. Jangan berikan jawaban yang terlalu membual saat ditanyai soal kegagalan terbesar dalam hidup.

    3. Aman 

    Pilihlah pengalaman kamu yang tetap aman untuk diceritakan. Jangan memilih cerita yang terlalu riskan mengenai kesalahan karier kamu yang bisa menjatuhkan dirimu sendiri.

    Sebagai contoh, hindari menceritakan kasus seperti pertengkaran dengan sesama rekan kerja, lupa menghadiri rapat kerja, dan proyek yang tidak berjalan baik karena ulahmu.

    Jika kamu fresh graduate, coba untuk menjawab dengan kegagalan yang pernah kamu alami selama masa perkuliahan.

    Kamu bisa memilih kegagalan yang kamu dapatkan saat kamu berorganisasi atau sebagai bagian dari sebuah kepanitiaan. Kedua pengalaman tersebut akan sangat baik dalam membangun karier kamu nantinya. 

    Misalnya, sebagai fresh graduate ketika kamu menjadi salah satu pengurus di organisasi kampus kamu pernah gagal dalam salah satu program kerja kamu. 

    Lalu, jika kamu sudah pernah bekerja sebelumnya, kamu bisa menjawab pertanyaan kegagalan terbesar dalam hidup dengan kendala apa yang kamu dapatkan di pekerjaan yang sebelumnya.

    Contohnya, kamu bisa menceritakan ketika kamu tidak mencapai target penjualan dalam suatu quarter atau kamu salah memesan suatu barang untuk kantor.

    Baca Juga: 5 Contoh Pertanyaan Interview SEO Specialist

    Jelaskan Solusi Kamu dalam Menangani Kegagalan

    kegagalan terbesar dalam hidup

    © Pexels.com

    Tidak hanya memberikan pengalaman kegagalan, coba beri juga penjelasan mengenai bagaimana kamu menyelesaikan kegagalan tersebut.

    Selain itu, jelaskan juga hal apa saja yang kamu dapatkan dari pengalaman tersebut.

    Ingat, bahwa setiap hal yang kita dapatkan atau berikan itu pasti tetap ada hal baiknya yang bisa membuat kita lebih baik lagi.

    Jika memang kegagalan yang telah kamu buat itu tidak dapat diperbaiki lagi, cobalah untuk tetap memberikan jawaban pada pertanyaan kegagalan terbesar dalam hidup dengan bagaimana kamu bangkit kembali.

    Secara khusus, menurut The Balance Careers, sebutkan langkah-langkah yang kamu ambil agar kesalahan itu tak akan terulang kembali.

    Gambarkan bahwa kamu selalu melakukan yang terbaik untuk ke depannya dan tidak melakukan kesalahan tersebut kembali.

    Cobalah untuk memberikan jawaban yang membuat kamu benar-benar bisa belajar dari kesalahan kamu ini.

    Apabila kamu merasa tidak memiliki pembelajaran yang bisa dipetik, kamu akan terlihat angkuh dan tidak bisa belajar dari kesalahan sama sekali.

    Recruiter juga akan merasa bahwa kamu tidak takut dalam mengulangi kesalahan itu lagi atau kesalahan yang baru.

    Tunjukkan bahwa kamu benar-benar belajar dari kesalahan, tetapi tetap semangat, dan kembali beradaptasi lagi dengan pekerjaan. Hal inilah yang akan menarik perhatian bagi para recruiter.

    Berikan Jawaban Jujur

    wawancara management trainee

    © Canva.com

    Memberi jawaban yang jujur akan selalu menjadi andalan dalam menjawab segala pertanyaan interview. Tidak baik untuk memberikan jawaban yang terlalu dilebih-lebihkan apalagi jika kamu sampai berbohong. 

    Secara khusus, menurut Monster, hindari juga jawaban bahwa kamu tidak pernah membuat kesalahan. Hal ini jelas akan menimbulkan kecurigaan karena secara alamiah manusia akan mengalami kegagalan dalam titik tertentu.

    Kebohongan yang kamu berikan tidak akan berdampak apa-apa kepada perusahaan. Nantinya kamu justru yang akan tidak tenang jika tidak memberikan jawaban yang sebenarnya.

    Recruiter biasanya akan paham juga apabila kamu berikan jawaban kegagalan terbesar dalam hidup yang tidak benar.

    Maka dari itu, pastikan bahwa kamu memilih jawaban yang baik dan jujur. Pasalnya, nanti hasilnya akan kamu rasakan dan hidupmu juga akan jauh lebih tenang karena tidak menyimpan kebohongan.

    Jawaban untuk Pertanyaan Kegagalan Terbesar dalam Hidup

    Nah, kalau kamu masih bingung, Glints sudah siapkan beberapa contoh jawaban yang bisa kamu jadikan referensi.

    Contoh 1

    Contoh jawaban di bawah ini bisa kamu berikan ketika kamu pernah gagal memenuhi deadline yang telah ditentukan.

    “Saya pernah mengerjakan sebuah project untuk client yang ingin meningkatkan traffic website-nya.

    Karena ingin menunjukkan bahwa kami bisa lakukan yang terbaik dengan sumber daya yang ada, saya bilang bahwa kami bisa selesaikan dalam 2 minggu.

    Ternyata, kami membutuhkan satu minggu tamabahan dan mereka pun kecewa.

    Dari situ saya banyak belajar terutama tentang bagaimana mengatur ekspektasi client, mengomunikasikan timeline dengan jelas, dan mempersiapkan waktu tambahan untuk hal-hal di luar dugaan.”


    “I was managing project for a client who was expecting to increase their website traffic.

    I assured them that we could get back to them in two weeks. At that time, I thought we were able to meet the target considering how we had more than enough resources.

    However, it turned out that we took an extra week to finish and they were disappointed.

    I learned that it was very important to manage the client’s expectation, communicate the timeline clearly, and prepare an amount of extra time for unforeseen circumstances.” 

    Contoh 2

    Apakah kamu pernah mengalami kegagalan yang disebabkan karena beberapa hal di luar kemampuanmu?

    Nah, contoh jawaban di bawah ini mungkin bisa jadi referensimu.

    “Pada saat memimpin tim sales, saya terlalu percaya diri pada kemampuan saya. Ternyata, setelah saya riset lebih dalam, permasalahannya bukan hanya terletak pada stategi, tetapi juga inti produk kami.

    Saat itu, saya telah menyadari bahwa goal tersebut tak bisa tercapai. Meskipun begitu, saya berusaha untuk fokus pada hal-hal yang masih bisa saya kontrol.

    Saya berdiskusi dengan atasan dan merekomendasikan beberapa action plan.

    Kejadian itu membuat saya sadar betapa pentingnya kemampuan berpikir kritis, tidak menyalahkan hal di luar kontrol kita, dan fokus pada hal yang masih bisa dikendalikan.”


    “I was overly confident in my abilities when I had to lead the sales team in achieving our goals.

    After doing deeper research, I realized the problems we were facing is not only on the strategy, but also on the core of our products. I knew that I would not be able to meet the initial goals.

    However, I decided to focus on the things I could control. I talked to my higher ups to recommend some of the action items based on my research.

    This situation taught me of the importance of focusing on what you can control and being critical to identify the root cause of problem.”

    Contoh 3

    Contoh jawaban berikut bisa dipelajari oleh kamu yang bekerja di bidang HR. Apakah kamu pernah merasa salah memilih kandidat?

    Coba perhatikan contoh di bawah ini.

    Tahun lalu, saya memilih kandidat yang terlihat tekun dan memiliki potensi yang besar.

    Setelah melihat akun media sosialnya, sebetulnya saya memiliki beberapa keraguan tapi akhirnya tetap memilih dia.

    Tak lama setelahnya, saya menyadari bahwa itu adalah keputusan yang salah karena akun media sosialnya benar-benar mencerminkan perilakunya di tempat kerja.

    Pengalaman tersebut mengingatkan saya untuk tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan dan selalu bertanya kepada senior atau user ketika memiliki keraguan.


    Last year, I decided to choose a candidate who seemed eager to learn and have a lot of potential.

    After checking their social media, however, I had a few concerns but decided to hire them anyway.

    Then I learned it was a huge mistake because their social media strongly indicated their behaviors at work.

    The experience taught me not to rush to make any hiring decisions and discuss with a senior or user if I was not sure about a candidate.

    Contoh 4

    Di tempat kerja, sering kali kita memilih untuk berpura-pura mengerti dari pada mengakui bahwa ada beberapa hal yang masih belum kita pahami.

    Akibatnya, kita malah melakukan kesalahan karena malu bertanya. Pernah mengalaminya? Contoh jawaban berikut bisa kamu gunakan saat ditanya mengenai kegagalan terbesar dalam hidup.

    Saya pernah bekerja sebagai administrator. Pada saat itu, perusahaan menggunakan OS yang sama sekali tidak saya kuasai.

    Karena ragu untuk bertanya, akhirnya saya coba belajar sendiri yang malah membuat saya tidak sengaja menghapus beberapa data.

    Manajer saya pun sempat marah saat mencoba mengembalikan data tersebut. Pengalaman itu membuat saya sadar pentingnya keberanian untuk bertanya dan harus selalu jujur pada diri sendiri.


    I used to work as an administrator. The company used a computer operating system that I was unfamiliar with. I was very hesitant to ask anyone about this.

    So I tried to figure it out on my own and ended up accidentally deleting some data. My managers were furious as we tried to fix my mistake.

    That experience taught me how important it is to ask for help when I need it and to always be honest to myself.

    Contoh 5

    Kegagalan yang paling sering terjadi pada semua orang mungkin disebabkan karena kecerobohan dan kurangnya ketelitian.

    Kesalahan tersebut sangatlah manusiawi, tapi pastikan kamu juga jelaskan apa pelajaran yang kamu petik dari kegagalanmu itu.

    Saya pernah diberi tugas untuk membuat beberapa artikel. Namun, pada saat itu saya juga harus menyelesaikan konten media sosial.

    Jadi, fokus saya agak terpecah. Akibatnya, saya ternyata lupa menyimpan draft sebelum mematikan komputer, padahal deadline sudah sangat mepet.

    Akhirnya saya langsung menulis ulang artikel dan tidak bisa menyelesaikannya tepat waktu.

    Pengalaman ini mengingatkan saya untuk selalu teliti setiap bekerja dan memaksimalkan teknologi yang ada.


    I was once assigned the task of writing a few articles. In the other side, I also had some social media contents to finish.

    My focus was divided. Apparently I shut down my computer without saving the drafts when the deadline was nearly due.

    I quickly rewrote the articles as soon as I realized but failed to complete them before the due date.

    The experience taught me to always be present and mindful of everything I do and to maximize the technology that allows the auto-save settings.

    Contoh 6

    Salah satu kegagalan juga bisa terjadi ketika kita baru saja diberi tanggung jawab baru dalam pekerjaan, misalnya saat baru dipromosikan. Nah, ketika baru duduk di posisi leader ada kebiasaan lama untuk mengerjakan semua sendiri.

    Jika kegagalanmu terkait hal ini, kamu bisa memberikan jawaban semacam ini:

    Sewaktu baru dipromosikan menjadi seorang team leader, saya yang masih terbiasa dengan operasional berusaha mengerjakan segalanya sendiri. Akibatnya, urusan strategi agak sedikit keteteran. Belum lagi saya merasa agak kewalahan dengan tugas-tugas sebagai leader.

    Akhirnya, dari situ saya menyadari bahwa kemampuan delegasi tugas sangat diperlukan. Tidak perlu merasa tidak enak, sebab memang itulah yang seharusnya kita lakukan. Setelah itu, saya berusaha untuk mendelegasikan sebuah tugas ke anggota tim yang tepat, sekaligus memperhatikan workload mereka. Dengan begitu, semuanya jadi lebih lancar. Termasuk ketika saya terpaksa tiba-tiba tidak masuk kantor karena semua sudah terdelegasi dengan baik.


    When I was newly promoted to a team leader role,  I tried to handle everything on my own because this is what I used to do. Consequently, the strategic aspects seemed a bit overwhelming, not to mention the challenges of adjusting to my new leadership responsibilities.

    I realized the importance of delegating tasks. Since then, I made an effort to delegate tasks to the right team members while keeping a close eye on their workloads. This made everything run more smoothly, even when I unexpectedly had to be absent from the office as everything had been well delegated.

    Contoh 7

    Cara tepat menjawab pertanyaan kegagalan terbesar yang pernah kamu lakukan dalam pekerjaan bisa lewat kesalahan yang dulu kamu lakukan tapi kamu kini memperbaikinya.

    Ini menunjukkan bahwa kamu mau mengubah kelemahanmu dan berkembang ke arah yang lebih baik.

    Kamu bisa menjawab seperti ini:

    Saya dulu adalah orang yang cenderung enggan untuk bertanya. Biasanya karena takut dinilai buruk. Alhasil, saat diminta melakukan pekerjaan tertentu saya berusaha melakukannya tanpa bertanya. Sebisa mungkin saya menyelesaikan kebingungan di tengah jalan lewat sumber yang saya miliki, yang sebenarnya terbatas. Hasilnya jelas tidak sesuai harapan.

    Dari situ, saya belajar bahwa bertanya bukanlah hal yang memalukan. Bersikap sok tahu lah yang sebaiknya dihindari. Sejak itu, saya berusaha meminta kejelasan sebelum mengerjakan suatu tugas sampai benar-benar paham. Saya pun tidak ragu untuk bertanya di tengah jalan. Tentu sambil terus mempelajari apa yang sudah ditugaskan agar frekuensi bertanya hal dasar bisa berkurang.


    I used to be someone who was afraid to ask. It’s because I’m worried of being judged by coworkers or my superior. So, when I was assigned to some tasks, I tried to do it on my way without guiding. I attempted to navigate the confusion midway through with the limited resources I had. As expected, my superior isn’t satisfied with the outcome.

    That’s when I learned that asking questions is not something to be ashamed of, instead it’s very normal especially when I was a new employee. Since then, I’ve made a point to seek clarity before diving into a task until I fully understand it. I’m not shy about asking in the middle of the process, all while continuing to learn from the assigned tasks, aiming to reduce the frequency of asking basic questions.

    Contoh 8

    Kamu juga bisa menjawab pertanyaan soal kesalahan dalam pekerjaan dengan meng-highlight skills apa yang kamu kuasai dari kesalahan tersebut.

    Ini akan menunjukkan bahwa kamu adalah orang yang mau terus belajar meningkatkan kemampuan yang dimiliki.

    Sewaktu baru menjadi pimpinan divisi saya merasa bahwa saya harus bersikap tegas agar tim saya memiliki sikap hormat pada saya. Pernah suatu kali, salah satu anggota tim tidak mencapai target yang diberikan. Sebelumnya, dia adalah teman satu tim saya. Sayangnya, saya langsung memanggilnya untuk melakukan evaluasi, tanpa saya ketahui bahwa beberapa anggota keluarganya baru saja mengalami kemalangan.

    Di sini, saya merasa bahwa keinginan dihormati mengalahkan kemampuan berempati. Seharusnya, saat itu saya bertanya lebih dulu alasannya, bukan langsung mengevaluasinya. Sejak itu, saya berusaha untuk mencari tahu penyebabnya dan melihat ada solusi apa yang bisa saya bantu. Ternyata dengan begini, mereka juga tetap menghormati saya. Malah, suasana tim jadi lebih baik karena timbul rasa saling percaya.


    Back when I first took on the role of division head, I felt the need to be firm to earn respect from my team. There was this one time when a team member, previously my teammates, didn’t meet a given target. Unfortunately, I immediately called him in for an evaluation, unaware that some of his family members had just experienced an accident. In this situation, I felt that the desire for respect overshadowed the ability to empathize.

    I should have asked about the reason first instead of jumping straight into the evaluation. Since then, I’ve been trying to understand the reasons behind situations and figure out what solutions I can offer. Turns out, this approach maintains their respect for me. In fact, the team atmosphere has improved because trust has been built.

    Contoh 9

    Kurangnya persiapan juga bisa jadi salah satu kamu gagal menyelesaikan tugas yang seharusnya dijalankan.

    Jika kamu pernah mengalami hal semacam ini, kamu bisa menjawab begini:

    Salah satu kesalahan yang pernah saya lakukan adalah kurang persiapan pada meeting yang saya kira hanya dihadiri tim internal. Ternyata, selain tim internal di sini hadir juga klien prioritas perusahaan. Untungnya, selama meeting saya masih bisa mengumpulkan segala informasi yang kebetulan sudah saya kelompokkan. Jadi, saya bisa mengikuti meeting dengan cukup lancar.

    Akan tetapi, apabila saya ada kesempatan mempersiapkan diri, presentasi yang saya tampilkan pasti dapat lebih maksimal. Di sini saya belajar untuk memperhatikan dengan baik peserta meeting, paling lambat sehari sebelumnya untuk memastikan.


    One of the mistakes I’ve made was being underprepared for a meeting that I thought only involved the internal team. Turns out, some top-priority clients of the company were also present. Luckily, I managed to gather all the information I had already organized during the meeting, so I could follow along pretty smoothly.

    However, if I had the chance to prepare in advance, the presentation would have been way more on point. This taught me the importance of paying close attention to the meeting participants, at least a day before, to ensure everything is in check.

    Contoh 10

    Untuk menjawab pertanyaan soal kegagalan yang kamu lakukan dalam hidup di dunia pekerjaan sebenarnya tidak perlu terlalu susah mencari. Masalah komunikasi dalam pekerjaan tentu jadi salah satu problem yang sering terjadi.

    Jika kamu pernah mengalami masalah dengan komunikasi, ini juga bisa kamu jadikan jawaban.

    Suatu waktu, saya ditugaskan untuk mendekati salah satu klien. Kebetulan kami sudah sering berhubungan sebelumnya, jadi hubungan baik sudah terjalin. Menganggap kami dekat, membuat saya berasumsi ia sudah memahami apa yang saya butuhkan dari klien kami ini. Saya jadi tidak banyak memberi penjelasan.

    Sayangnya, di meeting terakhir, klien kami menolak bekerja sama karena merasa informasinya tidak jelas sehingga kami kehilangan klien. Atasan saya pun cukup kecewa kala itu. Saya kemudian melatih cara komunikasi dan tidak menyepelekan lawan bicara. Semua SOP tetap perlu dijelaskan sekalipun kami punya hubungan yang baik.


    One time, I was assigned to approach a client. Since we had a good relationship from previous interactions, I assumed that our close relationship meant they understood what I needed from them. Thinking we were on the same page, I didn’t provide much explanation.

    Unfortunately, in the final meeting, the client decided to not collaborate with us, feeling that the information provided was unclear, resulting in us losing the client. My boss was pretty disappointed in me. I learned to refine my communication skills and not underestimate the importance of clearly explaining all standard operating procedures, even when dealing with someone I have a good relationship with.

    Baca Juga: Pertanyaan Interview HRD dan Cara Jitu untuk Menjawabnya

    Demikian tips dari Glints untuk kamu menjawab pertanyaan kegagalan terbesar dalam hidup. Pertanyaan ini akan sering kita jumpai pada tahap interview bukan hanya karena rekruter ingin mengetahui kegagalan kita semata.

    Dari pertanyaan itu, akan diketahui pula bagaimana dari kegagalan yang kita perbuat itu, kita bisa belajar dan melakukan yang lebih baik lagi ke depannya.

    Maka dari itu, selalu berikan jawaban yang sudah kamu siapkan dan pikirkan dengan matang agar kamu bisa menjadi kandidat pilihan terbaik mereka.

    Nah, setelah membaca artikel ini, tentu kamu sudah tahu jelas apa dan bagaimana cara menjawab pertanyaan ini di interview kerja.

    Yuk, praktikkan ilmu jawab pertanyaan wawancara kerja ini dengan lamar lowongan kerja yang cocok buatmu! Lihat berbagai peluangnya di Glints sekarang.

    Cek Lowongan Kerja

    Selain artikel ini, ada banyak tips interview lain yang bisa kamu temukan di Glints Blog.

    Ada beragam tips dan contoh jawaban yang bisa bikin kamu memukau di depan rekruter, lho!

    Yuk, cek berbagai artikelnya di sini!

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 4.2 / 5. Jumlah vote: 11

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Comments are closed.

    Artikel Terkait